2 Komplikasi dan Bahaya Tipes Jika Tidak Diobati, Bisa Sebabkan Kematian

Dipublish tanggal: Agu 1, 2019 Update terakhir: Jan 18, 2023 Waktu baca: 3 menit
2 Komplikasi dan Bahaya Tipes Jika Tidak Diobati, Bisa Sebabkan Kematian

WHO melaporkan bahwa sekitar 11-20 juta orang di dunia jatuh sakit akibat tipes. Bahkan, sekitar lebih dari 120.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit tipes tidak boleh disepelekan sebab bisa berakibat fatal hingga mengancam jiwa. Terlebih bila tidak cepat-cepat ditangani, bisa memicu risiko komplikasi dan bahaya tipes.

Kenapa bisa terjadi komplikasi tipes?

Melansir dari NHS UK, sekitar 1 dari 10 orang yang terkena tipes mengalami komplikasi. Kondisi ini biasanya terjadi pada minggu ketiga tipes.

Risiko komplikasi dapat terjadi jika penyakit tipes tidak cepat-cepat ditangani atau bahkan dibiarkan tanpa penanganan. Penggunaan antibiotik yang tidak dihabiskan juga bisa memicu komplikasi tipes.

Ya, khusus untuk antibiotik memang harus dihabiskan sesuai dengan anjuran dokter. Antibiotik ditujukan untuk membasmi bakteri-bakteri penyebab penyakit dalam tubuh, termasuk juga bakteri Salmonella typhi.

Semakin sering Anda tidak menghabiskan antibiotik, bakteri yang ada dalam tubuh bisa jadi resisten alias kebal terhadap obat. Jika nantinya bakteri penyebab tipes kembali masuk ke dalam tubuh, bakteri tersebut tidak akan mempan dengan antibiotik yang Anda minum. Bukannya menyembuhkan, gejala tipes malah jadi makin parah dan tak kunjung sembuh bahkan memicu komplikasi tipes.

Baca Selengkapnya: Tipes (Demam Tifoid) dan Tifus (Typhus), Apa Bedanya?

Komplikasi dan bahaya tipes yang dapat terjadi

Komplikasi dan bahaya tipes bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, baik pria maupun wanita, usia muda atau tua. Selama Anda mengabaikan gejala tipes yang kian parah, semakin berbahaya pula dampak tipes bagi kesehatan.

Ada 2 bahaya tipes yang paling sering terjadi bila demam tifoid tidak segera diobati, di antaranya:

1. Perdarahan saluran cerna

Karena berhubungan dengan saluran pencernaan, gejala tipes yang dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna. Kabar baiknya, kondisi ini tidak mengancam jiwa, tapi tetap saja membuat tubuh terasa lemas dan tidak nyaman.

Tanda dan gejala perdarahan saluran cerna akibat tipes meliputi:

Untuk mengatasi bahaya tipes ini, dokter akan segera melakukan transfusi darah ke tubuh pasien untuk menggantikan darah yang keluar dari tubuh. Operasi mungkin juga dilakukan untuk menutup lubang pada saluran pencernaan dan menghentikan perdarahan.

2. Perforasi

Perforasi merupakan bahaya tipes yang paling serius dan harus diwaspadai. Perforasi adalah kondisi ketika bagian tubuh tertentu mengalami peradangan akibat infeksi bakteri, hingga akhirnya pecah atau berlubang.

Bahaya tipes berupa perforasi bisa terjadi pada saluran cerna bagian manapun, mulai dari lambung hingga usus. Ketika bakteri penyebab tipes mulai memasuki lambung, bakteri tersebut dapat menginfeksi lapisan pelindung rongga perut (peritoneum).

Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan peritonitis. Gejala utamanya adalah menyebabkan sakit perut mendadak yang semakin hari kian memburuk.

Bakteri penyebab tipes dapat dengan cepat menyebar ke dalam darah (sepsis) kemudian menyebar ke organ lain. Ketika bakteri Salmonella typhi berhasil menginfeksi usus, dinding usus bisa berlubang dan memicu kebocoran (perforasi usus). 

Jika tidak cepat-cepat ditangani, infeksi bakteri penyebab tipes dapat mengakibatkan kegagalan banyak organ secara bersamaan. Dampak fatalnya bisa menyebabkan kematian.

Selain dua bahaya tipes paling umum di atas, demam tifoid juga dapat memicu komplikasi lainnya, meliputi:

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi komplikasi tipes?

Kunci utama menghindari bahaya tipes adalah banyak istirahat dan minum air putih. Terlebih bagi Anda yang mengalami diare, minum air putih bisa membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi.

Meskipun gejala tipes sudah berangsur-angsur membaik, sebaiknya jangan buru-buru masuk kantor atau pergi ke sekolah sampai tubuh Anda pulih sebelumnya. Pasalnya, tubuh Anda mungkin masih mengandung bakteri tipes sehingga berisiko menularkannya pada orang lain.

Selain membantu mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan, istirahat total juga dapat menurunkan risiko komplikasi dan bahaya tipes. Bukan hal tidak mungkin jika gejala tipes Anda bisa kembali kambuh sewaktu-waktu.

Namun tak perlu khawatir. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bahaya tipes menjadi komplikasi, di antaranya:

1. Minum antibiotik sesuai anjuran

Selalu habiskan antibiotik yang diresepkan oleh dokter dan jangan sampai tersisa. Hal ini bertujuan supaya antibiotik bisa bekerja maksimal dan mencegah bakteri resisten dalam tubuh. 

2. Lakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya

Tidak hanya memastikan penyebab penyakit, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya juga dapat membantu mencegah komplikasi tipes. Semakin cepat penyakit tipes terdeteksi, maka semakin cepat pula perawatan dilakukan dan meminimalisir risiko komplikasi.

3. Operasi

Operasi biasanya dilakukan untuk menutup lubang pada lambung atau dinding usus yang bocor (perforasi). Dengan tindakan pembedahan, perdarahan internal dapat segera dihentikan sehingga risiko komplikasi bisa ditekan.

4. Rajin cuci tangan

Jika belum benar-benar pulih, jangan sekali-kali mencoba menyiapkan makanan untuk orang lain. Pasalnya, Anda masih bisa menularkan bakteri penyebab tipes ke orang lain ketika mengolah atau menyentuh makanan.

Maka itu, pastikan untuk selalu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan mengolah makanan. Hal ini dapat membantu mencegah terjadinya kontaminasi makanan dan menularkan penyakit pada orang lain.

Baca Selengkapnya: Pengobatan Tipes, Harus Diopname Atau Boleh di Rumah?


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app