Dampak Buruk Bulimia Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Dampak Buruk Bulimia Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Bulimia tak hanya menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi, namun dapat membawa dampak buruk terhadap kesehatan gigi dan mulut. Bagaimana bisa bulimia memengaruhi kesehatan gigi juga mulut? Berikut uraiannya.

Apa itu bulimia?

Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan pola makan berlebih tak terkontrol pada satu waktu yang disertai oleh perilaku mengeluarkan kembali makanan yang telah masuk ke dalam tubuh dengan cara memuntahkannya secara paksa.

Selain dimuntahkan, cara lain yang digunakan biasanya dengan segera mengonsumsi obat pencahar atau diuretik, puasa serta olahraga yang sangat ekstrem. Dikatakan mengidap bulimia, bila saja mengalami perilaku abnormal tersebut setidaknya sekali seminggu selama minimal tiga bulan.

Penderita bulimia kerap memiliki citra tubuh yang tidak realistis. Mereka begitu terobsesi dengan bentuk tubuh juga berat badan dan menjadi amat sangat kritis terhadap dirinya sendiri. Pikiran obsesif dan perilaku kompulsif seperti ini merupakan dampak dari kesehatan mental yang buruk. Oleh karena itu, meski dicirikan sebagai gangguan makan, namun sejatinya bulimia merupakan salah satu bentuk dari gangguan psikologis.

Berbeda dengan anoreksia, banyak dari penderita bulimia yang justru memiliki berat badan normal bahkan kelebihan berat badan. Mereka pun sangat pintar dalam menyembunyikan perilaku abnormalnya tersebut. Akibatnya, sulit bagi keluarga, teman dekat dan tenaga kesehatan sekalipun untuk dapat mengenalinya.

Dampak buruk bulimia terhadap kesehatan gigi dan mulut

Timbulnya dampak buruk terhadap kesehatan gigi dan mulut pada kasus bulimia ini ditenggarai oleh kebiasaan muntah berulang yang kerap dilakukan penderitanya. Dimana tiap kali muntah, asam lambung akan ikut terbawa naik ke kerongkongan hingga mulut.

Di dalam sistem pencernaan, asam lambung memang memegang peranan penting seperti membantu proses pencernaan makanan dan membunuh mikroorganisme. Namun, bila sampai naik ke kerongkongan, maka akan nampak konsekuensi buruk yang didapat, yakni dada yang terasa panas atau terbakar (heartburn).

Sedangkan pada mulut, asam lambung ini bersifat korosif dengan menghilangkan enamel yang melindungi dentin gigi. Akibatnya yang paling ringan, gigi akan menjadi lebih sensitif dan mudah ngilu ketika terdapat rangsangan seperti panas atau dingin.

Ketika erosi gigi semakin memburuk, maka akan nampak diskolorasi yang membuat gigi nampak kuning dan kusam. Lubang-lubang kecil pun mulai terlihat dan dapat terus membesar hingga dapat berakibat pada tanggalnya gigi.

Paparan asam lambung juga dapat memicu pembengkakan pada kelenjar ludah yang berperan penting dalam melumasi mulut dan membantu menelan makanan. Bila ini terjadi, maka penderita bulimia akan mengalami sejumlah gejala seperti mulut kering, demam, kesulitan menelan hingga pembengkakan maupun luka di dalam mulut serta tenggorokan. Kondisi ini harus segera ditangani sebelum berkembang menjadi infeksi serius.

Komplikasi bulimia pada bagian tubuh lainnya

Berbagai dampak buruk bulimia pada bagian tubuh lainnya:

  • Pada sistem integumen, bulimia dapat menyebabkan kerontokan rambut, kulit kasar juga bersisik serta kuku yang kusam dan rapuh.
  • Pada sistem sirkulasi, bulimia dapat menyebabkan tekanan darah rendah, anemia, aritmia dan dalam kasus yang parah dapat berujung pada gagal jantung.
  • Pada sistem pencernaan, bulimia dapat menyebabkan nyeri ulu hati, refluks asam, perut kembung, diare atau sembelit hingga radang usus.
  • Pada sistem reproduksi, bulimia dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang dapat mengganggu siklus menstruasi hingga membunuh hasrat bercinta.

Wanita hamil yang terus terlibat dalam perilaku makan abnormal seperti bulimia ini berisiko besar menghadapi masalah serius, baik pada dirinya sendiri maupun janin yang dikandungnya. Beberapa diantaranya seperti tekanan darah tinggi selama kehamilan, diabetes gestasional, depresi pasca melahirkan, kesulitan menyusui, kelahiran prematur atau sungsang, bayi berat badan lahir rendah, cacat lahir hingga keguguran.

Mengingat dampak buruknya yang ditimbulkan begitu besar, maka penting untuk segera mengobati kondisi bulimia yang dialami. Pengobatan bulimia sendiri biasanya melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan, psikoterapi dan pendekatan kolaboratif antara dokter, keluarga serta teman dekat.
Rawat inap dibutuhkan untuk kasus bulimia berat dimana penderitanya telah mengalami berbagai komplikasi pada sejumlah bagian tubuhnya, misal seperti pada kerusakan gigi yang parah, kerusakan pada organ-organ pencernaan atau masalah pada jantung.


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Campbell K, et al. Eating disorders in children and adolescents: State of the art review. Pediatrics. 2014;134:582.
Bipolar II disorder. In: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-5. 5th ed. Arlington, Va.: American Psychiatric Association; 2013. http://dsm.psychiatryonline.org.
Using dietary supplements wisely. National Center for Complementary and Integrative Health. https://nccih.nih.gov/health/supplements/wiseuse.htm.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app