Obat Antidepresan Paling Umum dan Efek Sampingnya

Obat ini dapat membantu meningkatkan nafsu makan, konsentrasi, mood, serta membantu Anda tidur lebih nyenyak. Namun, cara kerja obat antidepresan ini tergantung pada jenis obatnya. Berikut ini merupakan contoh obat antidepresan yang paling umum digunakan.
Dipublish tanggal: Jul 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit
Obat Antidepresan Paling Umum dan Efek Sampingnya

Depresi tentunya sangat berbahaya bila hanya didiamkan saja. Berbagai penelitian telah membuktikan adanya kaitan antara depresi dengan beberapa penyakit seperti  obesitas, penyakit hati kronis, hingga gagal jantung

Selain itu, depresi juga dapat menimbulkan pemikiran untuk bunuh diri. Salah satu obat yang biasanya diresepkan dokter untuk mengatasi depresi adalah antidepresan. 

Lalu, apa saja obat antidepresan yang paling sering digunakan, dan apakah memiliki efek samping?

Cara kerja antidepresan adalah dengan menyeimbangkan senyawa kimia dalam otak yang disebut neurotransmiter, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi Anda. 

Obat ini dapat membantu meningkatkan nafsu makan, konsentrasi, mood, serta membantu Anda tidur lebih nyenyak. Namun, cara kerja obat antidepresan ini tergantung pada jenis obatnya.  

Berikut ini merupakan contoh obat antidepresan yang paling umum digunakan.

1. Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)

SNRI dapat menghambat serotonin dan norepinephrine supaya tidak diserap kembali oleh sel saraf. 

Norepinephrine dalam sistem saraf otak dapat memicu ketertarikan terhadap rangsangan dari luar yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu. 

Maka dari itu, obat SNRI dianggap lebih efektif daripada obat jenis SSRI yang hanya berfokus pada serotonin.

Obat antidepresan yang termasuk dalam kelompok SNRI antara lain : duloxetine (Cymbalta), desvenlafaxine (Pristiq), reboxetine (Edronax), dan venlafaxine (Effexor XR). 

Obat ini memiliki efek samping yang berupa :  sakit kepala, mual, muntah, mimpi buruk, insomnia atau gangguan tidur, gemetar, cemas, sembelit, keringat berlebihan, hingga masalah seksual. 

2. Selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRIs)

Serotonin adalah neurotransmiter yang menyebabkan perasaan bahagia, sehingga pada orang yang mengalami depresi, produksi serotoninnya rendah. SSRI dapat digunakan untuk mengobati depresi level sedang hingga berat. 

Cara kerja SSRI adalah dengan memblokir serotonin supaya tidak diserap kembali oleh sel saraf, karena saraf biasanya mendaur ulang neurotransmiter. 

Hal ini dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi serotonin, yang dapat meningkatkan mood Anda.

SSRI adalah jenis antidepresan yang paling sering digunakan karena efek sampingnya yang tergolong rendah. 

Contoh antidepresan jenis SSRI adalah sertraline (Zoloft), fluoxetine (Lovan atau Prozac), escitalopram (Lexapro), citalopram (Cipramil), dan paroxetine (Aropax).

Namun, walaupun efek sampingnya tergolong rendah bukan berarti SSRI tidak menimbulkan efek samping sama sekali. 

Efek samping SSRI yang mungkin muncul, antara lain :

 mulut kering, kejang-kejang, mengantuk, gugup, halusinasi, gangguan fungsi seksual, anoreksia, gatal, biduran, anafilaksis, myalgia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi, dispepsia, hiponatremia, gangguan pendarahan, gangguan penglihatan, dan gangguan pada kandung kemih untuk mengeluarkan urin. 

SSRI juga tidak boleh digunakan jika pasien memasuki fase manik.

3. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)

MAOI bekerja dengan cara menghambat enzim monoamine oxidase yang dapat menghancurkan epinefrin, serotonin, dan dopamin. Ketiga neurotransmiter ini dapat menyebabkan perasaan bahagia.

Contoh antidepresan jenis MAOI adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate), dan isocarboxazid (Marplan). Biasanya MAOI diresepkan dokter ketika antidepresan yang lain tidak menunjukkan perbaikan gejala. 

Selain itu, MAOI dapat menimbulkan interaksi dengan beberapa makanan, seperti anggur. keju, dan acar/asinan. Maka, Anda harus menghindari makanan tersebut apabila sedang mengonsumsi antidepresan jenis MAOI.

Antidepresan jenis ini memiliki efek samping seperti, 

pusing, kepala berputar, sulit tidur, penglihatan kabur, mengantuk, kenaikan berat badan, perubahan tekanan darah, serta munculnya timbunan cairan dalam seperti pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.

4. Trisiklik

Cara kerja trisiklik adalah dengan langsung menghambat sejumlah neurotransmiter, termasuk epinefrin, serotonin, dan norepinephrine, supaya tidak kembali terserap dan mengikat reseptor sel saraf. 

Umumnya obat ini diberikan pada orang-orang yang tidak menunjukkan perubahan gejala setelah diberikan SSRI. 

Contoh obat antidepresan yang termasuk dalam golongan trisiklik ini adalah dosulepin (Prothiaden atau Dothep), clomipramine (Anafranil), amitriptyline (Endep), nortriptyline (Allegron). doxepin (Deptran), dan imipramine (Tofranil).

Efek samping yang ditimbulkan setelah mengonsumsi antidepresan ini antara lain : 

mulut kering, pandangan kabur, mengantuk, berkeringat, konstipasi, retensi urin, aritmia, blokade jantung (khususnya pada penggunaan amitriptyline), serta detak jantung yang meningkat dan tidak teratur.

Efek samping ini dapat dikurangi resikonya bila pada awalnya pasien diberi obat dalam dosis rendah, lalu kemudian dinaikkan secara bertahap. 

Pendosisan antidepresan secara bertahap khususnya digunakan pada lansia yang mengalami depresi, karena terdapat risiko penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan pusing kepala hingga pingsan.

5. Noradrenaline and specific serotonergic antidepressants (NASSAs)

Cara kerja antidepresan jenis NASSAs ini adalah dengan meningkatkan kadar serotonin dan noradrenalin. Salah satu obat yang termasuk dalam antidepresan jenis NASSA antara lain mirtazapine (Avanza). 

Serotonin dan noradrenalin merupakan neurotransmiter yang mengatur mood dan emosi. Selain itu, serotonin juga ikut mengatur nafsu makan dan siklus tidur. 

Obat antidepresan jenis NASSA ini memiliki efek samping seperti pusing, gejala flu, rasa mengantuk, berat badan naik, mulut kering, sembelit, dan nafsu makan meningkat,

Namun, perlu diingat bahwa efek obat akan lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan psikoterapi dan menjalani gaya hidup sehat. 

Obat antidepresan sering menjadi pilihan pengobatan pertama yang diberikan dokter untuk para penderita depresi. Namun, antidepresan tersebut tidak mungkin manjur hanya dalam 1 malam. 

Biasanya diperlukan waktu minimal 3 – 4     minggu sebelum Anda melihat dan merasakan perubahan suasana hati Anda. Kadang juga ada yang butuh waktu lebih lama. 

Dengan minum obat sesuai arahan dokter dapat membantu meningkatkan efektivitas obat dan mempercepat penyembuhan.

Selain minum obat yang diresepkan dokter, mungkin dokter juga merujuk Anda untuk menjalani psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi intrapersonal sebagai pengobatan pendamping depresi. 

Terutama pada depresi di level sedang hingga berat.

Selain melakukan pengobatan medis, makan sehat dan olahraga rutin adalah “pengobatan alternatif” terbaik untuk penderita depresi. 

Selain memperbaiki suasana hati, olahraga teratur juga bermanfaat karena dapat menurunkan tekanan darah, melindungi terhadap penyakit jantung dan kanker, serta meningkatkan rasa percaya diri.

Depresi bukanlah suatu tanda kelemahan, cacat karakter, atau sesuatu yang dapat hilang seketika. Depresi adalah gangguan jiwa nyata yang membutuhkan pengobatan medis rutin dan berkelanjutan supaya bisa sembuh.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
List of Depression Medications (114 Compared). Drugs.com. (https://www.drugs.com/condition/depression.html)
Medications for Depression: SSRIs, Natural Treatments & More. Healthline. (https://www.healthline.com/health/depression/medication-list)
Depression Medications: Antidepressants Drugs for Depression Treatment. WebMD. (https://www.webmd.com/depression/guide/depression-medications-antidepressants)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app