Obat Pencahar (Laksatif): Jenis, Kegunaan, dan Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Mar 4, 2022 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
Obat Pencahar (Laksatif): Jenis, Kegunaan, dan Efek Samping

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Obat pencahar atau laksatif adalah obat yang menginduksi gerakan usus dan/atau melunakkan tinja sehingga memudahkan proses buang air besar;
  • Jenis obat pencahar terdiri dari obat pencahar tipe bulk-foaming, lubrikan, pelunak feses, osmotik, stimulan, dan guanilat cyckase-C agonist;
  • Obat pencahar tipe osmotik atau tipe bulk-forming cocok digunakan untuk mengatasi sembelit dan feses masih berbentuk keras;
  • Jika tinja yang keluar lunak, gunakanlah pencahar stimulan;
  • Obat pencahar hanya boleh digunakan sesekali saja dan dalam jangka waktu singkat. Segera hentikan konsumsi obat pencahar jika sembelit sudah membaik;
  • Klik untuk mendapatkan obat lambung dan saluran pencernaan ke rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Obat pencahar menjadi solusi tercepat untuk mengatasi sembelit. Obat yang dalam istilah medis disebut laksatif ini bisa membantu melancarkan BAB yang mampet akibat berbagai alasan, termasuk feses atau tinja yang keras.

Obat pencahar atau laksatif adalah obat yang menginduksi gerakan usus dan/atau melunakkan tinja sehingga memudahkan proses buang air besar. Obat laksatif juga disebut sebagai katarsis. Selain digunakan untuk mengobati sembelit, obat pencahar ternyata juga berguna untuk mengosongkan usus dari kotoran sebelum dilakukan pemeriksaan kolonoskopi atau operasi.

Obat pencahar bekerja dengan cara menstimulasi usus (stimulan), melembutkan feses (pelunak tinja), mengembangkan feses dengan cara menarik lebih banyak air ke dalam feses (bulk-forming agen), melumasi tinja agar lebih mudah keluar dari usus besar (lubrikan), atau dengan mempromosikan masuknya air ke dalam usus. Semuanya tergantung dari pilihan jenis laksatif yang digunakan.

Jenis-jenis obat pencahar

Obat pencahar tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari pil, kapsul, sirup, supositoria (jenis obat yang penggunaannya dimasukkan ke rektum), dan enema (obat cair yang dimasukkan ke rektum). Tiap jenis pencahar ini memiliki manfaat dan efek sampingnya masing-masing sehingga penggunaannya harus tepat.

Dari cara pakainya, obat yang berbentuk pil, kapsul, atau sirup tentu lebih mudah dikonsumsi. Dibandingkan itu, tipe supositoria dan enema terasa kurang nyaman saat digunakan. Namun, efek pencahar yang dimasukkan secara manual atau disemprotkan melalui rektum ini sering kali bekerja lebih cepat dalam mengatasi sembelit.

Lebih jelas, berikut mekanisme kerja setiap jenis obat pencahar:

1. Obat pencahar tipe bulk-forming (serat)

Jenis laksatif ini memiliki cara kerja yang sama dengan serat makanan alami, yaitu meningkatkan serapan cairan pada feses. Hal ini membuat feses menjadi lebih lembek, mengembang, dan mudah dikeluarkan.

Dibandingkan jenis obat pencahar lainnya, tipe bulk-foaming ini paling banyak direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi sembelit. Beberapa contoh obat pencahar tipe bulk-foaming antara lain Benefiber, Mecamucil, Fibercon, Fiber-Lax, dan Equilactin.

Sama seperti obat lainnya, obat pencahar ini juga memiliki risiko efek samping. Beberapa efek samping obat pencahar tipe bulk-foaming antara lain kram perut, kembung, dan gas berlebih. 

Hal ini sama halnya jika kita mengonsumsi cukup banyak serat dari makanan, jadi kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan. Namun, Anda disarankan untuk memperbanyak asupan air untuk mengurangi beberapa efek tadi.

Selain itu, serat juga dapat mempengaruhi penyerapan jenis obat tertentu. Maka itu, pastikan untuk memberikan jeda 1-2 jam setelah konsumsi obat pencahar sebelum mengonsumsi obat lainnya.

Baca juga: 22 Daftar Makanan yang Mengandung Serat Tinggi

 2. Obat pencahar tipe lubrikan

Sesuai dengan namanya, jenis pencahar ini berfungsi untuk melumasi atau melicinkan. Kandungan minyak dalam obat pencahar tipe lubrikan dapat melapisi dinding usus sehingga mencegah kotoran mengeras dan memperlancar pergerakannya. 

Meskipun laksatif jenis ini sangat efektif mengatasi sembelit, penggunaannya sebaiknya hanya untuk jangka pendek. Pasalnya, jika digunakan dalam jangka panjang, zat minyak dari obat pencahar ini dapat menyerap vitamin larut lemak dan mengurangi penyerapan jenis obat tertentu sehingga tidak maksimal diserap tubuh.

3. Obat pencahar tipe pelunak feses (stool softener)

Stool softener dikenal juga sebagai emollient laxative. Obat pencahar tipe pelunak feses ini bekerja dengan membasahi dan melembutkan feses berkat kandungan bahan aktif berupa dokusat atau surfaktan. 

Berbeda dengan tipe pencahar lainnya, jenis pencahar ini perlu waktu lebih lama dalam menjalankan fungsinya, sekitar seminggu atau lebih. Obat ini biasanya direkomendasikan untuk orang yang baru menjalani operasi, wanita yang baru melahirkan, atau penderita wasir.

4. Obat pencahar tipe osmotik (hiperosmolar)

Obat pencahar tipe ini bekerja dengan meningkatkan kadar air dalam usus dan jaringan di sekitarnya. Dengan banyaknya air pada usus berarti membuat tinja lebih lunak dan mudah untuk dibuang.

Beberapa pencahar jenis ini seperti Miralax, Paralax, MOM (milk of magnesia) dan Kristalose merupakan obat dengan zat aktif penghidrogenasi yang dapat menarik cairan ke usus.

Jika Anda menggunakan obat pencahar tipe osmotik, sebaiknya perbanyaklah minum air putih. Tak hanya membuat obatnya bekerja lebih efektif, hal tersebut juga bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kram perut dan munculnya gas berlebih.

5. Obat pencahar tipe stimulan

Jenis laksatif ini bekerja dengan merangsang saraf yang mengendalikan otot-otot yang melapisi saluran pencernaan. Dengan begitu, hal ini akan mempercepat pergerakan tinja di usus halus dan usus besar. 

Obat pencahar tipe stimulan juga dapat meningkatkan penyerapan cairan pada tinja. Beberapa merek yang umum digunakan di antaranya, Dulcolax, Correctol, Ex-lax, dan Senokot.

Yang harus diperhatikan, hindari menggunakan obat pencahar tipe stimulan dalam jangka waktu lama. Pasalnya, jenis obat pencahar ini bisa melemahkan kemampuan alami tubuh untuk buang air besar dan menyebabkan ketergantungan dengan obat pencahar. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan kram perut dan diare.

6. Obat pencahar tipe guanilat cyckase-C agonist

Jenis pencahar satu ini akan mengubah bentuk tinja dan meningkatkan jumlah air pada rongga saluran usus serta meningkatkan gerakan gastrointestinal. Salah satu contoh obat pencahar tipe guanilat cyckase-C agonist adalah Plecanatide (Tulance) yang merupakan obat resep untuk penderita konstipasi idiopatik kronis.

Meskipun dinilai efektif dalam meningkatkan BAB menjadi lebih rutin, obat ini berisiko menyebabkan diare dan pada anak-anak dapat menyebabkan dehidrasi berat.

Obat pencahar apa yang harus saya gunakan?

Meskipun obat pencahar bisa ditemukan dengan mudah di apotek, gunakan obat sesuai dosis dan cara penggunaan yang tepat. Selain itu, perhatikan juga dengan efek samping yang muncul sebab beberap orang mungkin kurang cocok dengan kandungan tertentu pada obat. Alih-alih sembuh, yang ada malah sembelit semakin menjadi.

Setiap jenis obat pencahar memiliki fungsi dan cara kerjanya masing-masing. Maka itu, pilihlah laksatif secara bijak dan alangkah lebih baik jika Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum minum obat pencahar.

Jika setelah 2-3 hari Anda masih merasakan sembelit dan feses masih berbentuk keras, cobalah gunakan obat pencahar tipe osmotik atau tipe bulk-forming. Namun, jika tinja yang keluar lunak, gunakanlah pencahar stimulan selain pencahar tipe bulk-forming. Konsultasikan dengan dokter jika konstipasi masih terjadi setelah mengonsumsi pencahar.

Catatan: Meskipun obat pencahar umumnya dijual bebas tanpa harus diresepkan, beberapa penyakit radang usus seperti Crohn dan kolitis ulsertiva tidak cocok dengan obat jenis ini.

Berapa lama sebaiknya obat pencahar digunakan?

Idealnya, laksatif hanya boleh digunakan sesekali saja dan dalam jangka waktu singkat. Segera hentikan konsumsi obat pencahar jika sembelit Anda sudah membaik.

Setelah sembuh dari sembelit, sebaiknya mulai terapkan pola hidup sehat seperti minum cukup air putih, makan makanan berserat dan olahraga teratur. Selalu konsultasikan dengan dokter jika konstipasi yang Anda alami cukup parah.

Dalam beberapa kasus, mungkin dokter akan meresepkan obat pencahar untuk beberapa hari. Namun, ingatlah bahwa obat laksatif tidak untuk digunakan secara terus-menerus.

Apa efek samping obat pencahar?

Seperti kebanyakan obat-obatan, laksatif juga memiliki beberapa efek samping, mulai dari yang ringan hingga berat. Namun, efek ini biasanya akan berhenti segera setelah penggunaannya dihentikan.

Efek samping obat pencahar umumnya meliputi:

Segera konsultasikan ke dokter jika Anda masih mengalami konstipasi setelah minum obat pencahar lebih dari seminggu. Penggunaan laksatif untuk jangka panjang tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan diare parah, obstruksi usus (saluran usus terhalang oleh kotoran), serta terjadinya ketidak seimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh.

Adakah alternatif selain menggunakan obat pencahar?

Sembelit yang belum parah sebenarnya tidak melulu harus diatasi dengan laksatif. Beberapa gaya hidup sehat yang dijalani dengan disiplin akan mengurangi tingkat keparahan sembelit atau bahkan menghilangkannya sama sekali.

Beberapa pola hidup sehat yang dimaksud antara lain:

  • Konsumsi lebih banyak serat. Usahakan untuk mengonsumsi minimal 30 gr serat setiap hari. Anda bisa mengonsumsi buah, sayuran dan sereal yang merupakan sumber serat yang baik;
  • Tambahkan bulking agen pada menu makanan Anda. Bahan seperti tepung gandum utuh akan membuat tinja jadi lebih lembut, meskipun efek sampingnya mungkin membuat sedikit kembung;
  • Minum banyak air, minimal 8 gelas per harinya;
  • Olahraga secara teratur.

Baca selengkapnya: Cara Mengatasi Sembelit, Efektif dan Aman


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app