Sarkoma Kaposi - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit

Pengertian

Apa itu sarkoma kaposi?

Sarkoma Kaposi adalah sejenis kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Kemunculannya terdapat pada kulit atau pada permukaan mukosa seperti di dalam mulut, meskipun juga dapat berkembang di bagian lain dari tubuh, seperti di kelenjar getah bening, paru-paru, atau saluran pencernaan.

Sel-sel abnormal sarkoma kaposi membentuk bercak atau tonjolan berwarna ungu, merah, atau coklat pada area kulit atau mukosa. Daerah-daerah yang terkena ini disebut lesi. Lesi kulit sarkoma kaposi paling sering terlihat pada kaki atau wajah. Meski terlihat menyeramkan, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan gejala.

Gejala dan bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lokasi tumbuhnya. Misalnya, lesi di kaki atau daerah selangkangan paling parah dapat menyebabkan bengkak dan nyeri pada tungkai yang berada di bawahnya.

Sedangkan sarkoma kaposi yang berada di paru-paru, hati, atau saluran pencernaan dapat menyebabkan masalah serius. Pasalnya lesi kanker ini dapat menyebabkan perdarahan, atau bahkan berpotensi menyumbat saluran napas pada paru-paru.

Berapa angka kejadian sarkoma kaposi di Indonesia?

Sarkoma kaposi merupakan keganasan yang relatif jarang terjadi di dunia. Global Cancer Control (GLOBOCAN) memperkirakan terdapat 44.247 kasus sarkoma kaposi baru dan 26.974 kematian yang berkaitan dengan penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 2012. Dari angka ini, 85% kasus terjadi di benua Afrika.

Saat ini diperkirakan terjadi 2500 kasus sarkoma kaposi setiap tahun di Amerika Serikat, dengan angka kejadian 20.000 kali lebih sering pada pasien AIDS daripada populasi umum dan 300 kali lebih sering daripada kelompok imunosupresi lainnya. Kejadian sarkoma kaposi di Afrika sangat tinggi, yaitu sebesar 37,7 kasus per 100.000 penduduk laki-laki dan 20,5 kasus per 100.000 penduduk perempuan.

Angka kejadian sarkoma kaposi di Indonesia sendiri tidak diketahui karena kurangnya data.

Ikhtisar Penyakit Sarkoma Kaposi

Organ terlibat kulit dan mukosa namun bisa menyebar ke organ lain
Penyebab keganasan
Penularan dapat menular pada pasien dengan sistem imun rendah.
Gejala lesi kulit berupa bintik datar, tidak nyeri, berwarna merah atau ungu pada kulit putih dan kebiruan, coklat atau hitam pada kulit gelap.
Pengobatan terapi anti retro viral, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi.

Tanda dan Gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala sarkoma kaposi?

Tanda-tanda yang paling terlihat dari sarkoma kaposi adalah lesi pada kulit berupa bintik-bintik datar, tidak nyeri, berwarna merah atau ungu pada kulit putih dan kebiruan, kecoklatan atau hitam pada kulit gelap. Tidak seperti memar, lesi pada sarkoma kaposi tidak berubah menjadi putih ketika ditekan. Lesi juga tidak terasa gatal dan tidak mengancam jiwa.

Lesi baru dapat muncul setiap minggu. Bagi sebagian orang, lesi bisa berubah secara perlahan yakni berkembang menjadi benjolan. Ketika sarkoma kaposi menyebar ke tempat lain, maka bisa mengancam jiwa.

Pasien dapat mengalami keluhan:

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika pasien memiliki keluhan lesi di kulit yang tidak kunjung sembuh seperti di atas ataupun ada keluhan lain maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Penyebab dan Faktor Risiko

Apa penyebab sarkoma kaposi?

Para peneliti menemukan bahwa sarkoma kaposi disebabkan oleh virus herpes, HHV-8, juga disebut KSHV. Virus ini mempengaruhi 8 kali lebih banyak pria daripada wanita. Virus dapat menyebar melalui kontak seksual, tetapi hal ini belum diketahui secara pasti.

Siapa yang lebih berisiko terjangkit sarkoma kaposi ?

Pasien dengan HIV- AIDS dan pasien dengan daya tahan tubuh yang menurun drastis lainnya (immunicompromized). Karena orang dengan HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, maka risiko terkena jenis kanker tertentu, termasuk sarkoma kaposi menjadi lebih tinggi. Lesi kulit cenderung memburuk ketika pasien juga memiliki infeksi lain.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Bagaimana memastikan diagnosis sarkoma kaposi?

Dokter dapat mendiagnosa sarkoma kaposi hanya dengan melihat kulit pasien. Untuk memastikannya, maka dokter perlu melakukan tindakan biopsi jaringan yakni mengambil sampel jaringan dari suatu titik dan melihatnya di bawah mikroskop.

Fecal occult blood test bisa dilakukan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi dalam tinja, yang bisa menjadi tanda sarkoma kaposi di saluran pencernaan. Foto rontgen thorak (dada) juga dapat mengungkapkan kelainan yang menunjukkan sarkoma kaposi di paru-paru.

Jika pasien mengalami kesulitan bernapas, dokter juga dapat menyarankan melakukan tindakan bronkoskopi untuk melihat ke dalam saluran pernapasan. Jika pasien mengalami masalah perut maka dokter akan melakukan pemeriksaan endoskopi.

Obat dan Pengobatan

Bagaimana cara mengobati sarkoma kaposi di rumah?

Pengobatan sarkoma kaposi hanya berupa terapi medikamentosa ataupun tindakan operatif dari dokter.

Apa saja penanganan dan obat sarkoma kaposi di layanan kesehatan?

Pengobatan tergantung pada berapa banyak lesi yang dimiliki dan seberapa besar lukanya, dimana mereka berada, serta seberapa baik sistem kekebalan tubuh pasien bekerja.

  • Dalam banyak kasus, terapi antiretroviral adalah cara terbaik untuk mengobati sarkoma kaposi aktif. Bahkan dapat membersihkan lesi kulit.
  • Jika pasien hanya memiliki sedikit lesi maka dokter dapat membuangnya. Tindakan ini tidak akan menyembuhkan namun bisa membuat kulit terlihat lebih baik. Dokter akan memotong jaringan atau membekukannya untuk menghancurkan lesi.
  • Terapi radiasi juga diketahui dapat membunuh sel kanker atau mencegahnya tumbuh.
  • Begitu sarkoma kaposi telah menyebar, maka pasien akan membutuhkan obat-obatan yang masuk ke seluruh tubuh untuk membunuh kanker. Obat kemoterapi untuk sarkoma kaposi meliputi doxorubicin; paclitaxel; vinblastine. Kemoterapi dapat memiliki efek samping, termasuk rambut rontok, muntah, dan kelelahan. Jika pasien mengalami HIV-positif, maka perlu mempertimbangkan bahwa kemoterapi dapat menurunkan jumlah trombosit dan sel darah putih dan meningkatkan kemungkinan Anda terkena infeksi.
  • Jenis pengobatan lainnya adalah terapi biologis. Terapi ini bekerja dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien. Dokter dapat meresepkan interferon alfa (Intron A) jika jumlah CD4 pasien lebih dari 200 dan memiliki sistem kekebalan yang cukup sehat.
  • Terapi yang ditargetkan, seperti terapi antibodi monoklonal dan penghambat tirosin kinase (TKI), masih dalam tahap uji klinis. Terapi ini mencoba untuk menghancurkan sel kanker dan menjaganya agar tidak tumbuh tanpa merusak sel-sel yang sehat.

Komplikasi

Apa bahaya komplikasi sarkoma kaposi yang mungkin timbul?

Pasien dengan sarkoma kaposi sering mengalami gangguan gastrointestinal yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sarkoma kaposi juga dapat melibatkan parenkim paru, bronkiolus, pleura. Biasanya pasien dengan keterlibatan gangguan paru terjadi pada pasien HIV stadium lanjut.

Jika sarkoma kaposi sudah mengganggu organ-organ viscera, maka prognosis menjadi lebih buruk. Kematian dapat terjadi akibat penyebaran tumor atau dari infeksi oportunistik lainya yang menginfeksi pasien sarkoma kaposi dengan AIDS.

Pencegahan

Bagaimana mencegah sarkoma kaposi?

Tidak ada tindakan khusus yang bisa dilakukan untuk mencegah berkembangnya sarkoma kaposi selain mencegah penurunan sistem kekebalan tubuh. Karena sistem kekebalan tubuh yang berfungsi normal dapat diandalkan dalam menangkal infeksi HHV-8 dan menekan pertumbuhan abnormal sel - sel menjadi lesi sarkoma kaposi. Oleh karena itu pasien HIV yang belum mendapat terapi anti retro viral disarankan untuk segera memulainya.


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app