Penyebab Mual Muntah dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mei 14, 2019 Waktu baca: 3 menit
Penyebab Mual Muntah dan Cara Mengatasinya

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Mual dan muntah seringkali menjadi gejala suatu penyakit, seperti keracunan makanan, serangan jantung, penyakit batu empedu, cedera otak, diare, GERD, bulimia, akibat konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan atau bahkan tanda awal kehamilan
  • Muntah yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan kondisi berbahaya yakni dehidrasi atau kekurangan cairan, terutama muntah pada bayi dan anak-anak
  • Untuk membantu mengatasi mual dan muntah, minum air putih lebih banyak untuk meningkatkan jumlah cairan tubuh, menghindari makanan padat serta konsumsi obat-obatan
  • Jika mual dan muntah disertai dengan gejala lain seperti nyeri dada, penurunan kesadaran, demam, diare, dan frekuensi nafas yang tidak teratur atau normal, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter

Mual dan muntah merupakan gejala yang sering kita jumpai.  Mual merupakan sensasi tidak nyaman pada perut bagian atas sehingga menimbulkan rasa ingin muntah. Sedangkan muntah adalah keluarnya isi lambung melalui mulut.

Mual dan muntah merupakan gejala, bukan penyakit yang berdiri sendiri. Oleh karena itu mual dan muntah dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi dan penyakit yang mendasarinya. Mengetahui penyebab mual dan muntah sangatlah penting agar dapat mengatasinya dengan cara yang tepat.

Penyebab Mual dan Muntah

Kondisi medis atau penyakit penyebab mual dan muntah, antara lain:

  • Mabuk kendaraan (motion sickness)
  • Hamil muda (mual terjadi pada 50-90% dari seluruh kehamilan, muntah terjadi pada 25-55% dari seluruh kehamilan)
  • Obat pencetus muntah seperti obat kemoterapi
  • Rasa sakit yang sangat
  • Stres emosional (seperti rasa takut)
  • Makan berlebihan (kekenyangan)
  • Penyakit kandung empedu, misalnya batu empedu
  • Keracunan makanan
  • Infeksi virus saluran cerna (diare)
  • Reaksi terhadap bau tak sedap atau bau tertentu
  • Radang tenggorokan (anak-anak)
  • Serangan jantung
  • Gegar otak atau cedera otak
  • Tumor otak
  • Ulkus lambung
  • Gastroesofageal Refluks Disease (GERD)
  • Beberapa bentuk kanker
  • Bulimia atau penyakit psikologis lain
  • Gastroparesis atau pengosongan lambung yang lambat (gangguan otot lambung yang tidak berfungsi dengan baik akibat kondisi seperti diabetes)
  • Menelan racun atau minum alkohol secara berlebihan

Penyebab muntah biasanya berbeda-beda sesuai dengan usia. Muntah pada anak-anak paling sering disebabkan oleh infeksi virus, keracunan makanan, alergi susu, mabuk, makan berlebihan, batuk, atau penyumbatan usus, dan penyakit di mana anak mengalami demam tinggi.

Waktu dari mual atau muntah juga dapat menunjukkan penyebabnya. Ketika muncul tak lama setelah makan, mual atau muntah dapat disebabkan oleh keracunan makanangastritis (radang selaput lambung), maag, atau bulimia. Mual atau muntah 1-8 jam setelah makan, juga bisa berarti keracunan makanan. Makanan yang memiliki kandungan bakteri tertentu, seperti salmonella (penyebab demam tifus), biasanya memakan waktu lebih lama untuk menimbulkan gejala mual dan muntah.

Muntah yang terus menerus dapat menyebabkan kondisi berbahaya yakni dehidrasi atau kekurangan cairan, terutama muntah pada bayi dan anak-anak. Terlebih lagi, mereka belum bisa mengatakan apa yang sedang dirasakannya. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui tanda-tanda dehidrasi pada anak.

Cara Mengatasi Mual dan Muntah

Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkannya, maka dirasa perlu melakukan cara untuk mengatasi mual dan muntah dengan tepat. Berikut ini adalah cara mengatasi mual dan muntah secara umum tanpa memandang usia dan penyebabnya:

  • Banyak minum air putih secara bertahap (sedikit-sedikit tapi sering).
  • Menghindari makanan padat sampai muntah telah berlalu.
  • Menghentikan semua obat-obatan, terutama yang dapat mengiritasi lambung dan membuat muntah semakin memburuk. Namun jangan menghentikan konsumsi obat apapun sebelum konsultasi dengan dokter.
  • Terjadi muntah dan diare yang berlangsung lebih dari 24 jam. Cairan rehidrasi oral seperti oralit harus digunakan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi.
  • Wanita hamil yang mengalami morning sickness bisa makan beberapa crackers sebelum turun dari tempat tidur atau makan camilan tinggi protein sebelum tidur (daging atau keju).
  • Muntah yang berhubungan dengan pengobatan kanker (kemoterapi) sering dapat diobati dengan terapi obat jenis yang lain. Ada juga obat yang dapat digunakan untuk mengontrol muntah yang berhubungan dengan kehamilan dan mabuk perjalanan. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat-obatan tersebut.

Kapan Harus ke Dokter?

Periksanlah ke dokter apabila: 

  • Mual berlangsung selama lebih dari beberapa hari atau ada kemungkinan kehamilan.
  • Perawatan di rumah yang dianjurkan sebelumnya tidak berhasil, ada dehidrasi, atau diketahui sebelumnya telah mengalami cedera (seperti cedera kepala atau infeksi) yang mungkin menyebabkan muntah.
  • Pasien Dewasa harus berkonsultasi dengan dokter jika muntah terjadi selama lebih dari dua hari, diare dan muntah berlangsung lebih dari 24 jam, atau terdapat tanda-tanda dehidrasi.
  • Bayi atau anak di bawah enam tahun harus ke dokter jika muntah bertahan lebih dari beberapa jam, disertai mencret, ada tanda-tanda dehidrasi, ada demam tinggi (38 C), atau jika anak belum kencing selama enam jam.
  • Anak berusia 6 tahun ke atas harus segera dibawa ke dokter jika muntah berlangsung seharian; diare disertai dengan muntah berlangsung selama lebih dari 24 jam; muncul tanda-tanda dehidrasi, demam tinggi (38,5 C) atau anak belum kencing selama 6 jam.

Anda harus mencari perawatan medis darurat (UGD) apabila mual dan muntah disertai dengan:

  • Darah pada muntahan (berwarna merah terang atau kehitaman "ampas kopi")
  • Nyeri dada
  • Gangguan penglihatan
  • Sakit kepala parah atau leher kaku, takut adanya radang selaput otak
  • Lemah lesu, kebingungan, atau kesadaran menurun
  • Sakit perut atau kram parah
  • Demam lebih dari 38,5 C
  • Diare
  • Frekuensi napas dan nadi sangat cepat dan lemah
  • Bau nafas

9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app