Penyebab Perut Gatal Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
Penyebab Perut Gatal Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Sepertinya hanya ibu hamil yang mengerti benar tentang betapa sulitnya mengendalikan tangan agar tak sampai menggaruk perut gatal. Pertanyaannya sekarang, kenapa sering terjadi perut gatal saat hamil? dan bagaimana solusi aman mengatasinya? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak ulasan berikut.

Apakah normal bila perut gatal saat hamil?

Perut gatal saat hamil sebenarnya merupakan hal yang normal. Kondisi ini biasanya muncul pada trisemester kedua, yaitu antara minggu ke-13 dan 28. Namun perut gatal juga dapat dirasakan ibu hamil ketika usia kandungan masuk trisemester pertama dan ketiga. Pada beberapa kasus, bukan hanya perut saja yang terasa gatal, melainkan payudara, telapak tangan, dan juga telapak kaki.

Penyebab rasa gatal ini rata-rata karena perubahan hormon dan kondisi kulit selama kehamilan. Bunda yang hamil anak kembar biasanya mengalami sensasi gatal lebih intens karena kulit perut dipaksa meregang lebih besar daripada kehamilan lainnya. Yang pasti, bila sensasi gatalnya semakin menjadi-jadi, bunda harus segera berkonsultasi dengan dokter.

Apa Penyebab perut gatal saat hamil?

Sensasi gatal ringan pada perut ibu hamil umumnya tak perlu dikhawatirkan karena umumnya terjadi akibat beberapa faktor normal. Seperti membesarnya perut dan perubahan hormon.

Ketika perut emakin membesar, maka otomatis kulit jadi kian meregang sehingga kelembabannya berkurang dan akibatnya, timbul sensasi gatal. Disisi lain, meningkatkan hormon estrogen juga menyebabkan perut terasa gatal.

Namun demikian, di luar 2 faktor utama penyebab perut gatal tadi, ada beberapa kondisi yang bisa disebabkan oleh masalah kesehatan pada ibu hamil. Belum lagi jika aksi menggaruknya terlalu keras, itu dapat memicu timbulnya ruam.

Berikut beberapa masalah kesehatan penyebab perut gatal saat hamil yang perlu diwaspadai:

1. PUPPP (Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy)

PUPPP merupakan kondisi yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah gatal di perut ibu hamil disertai dengan ruam berukuran besar. Hampir 1% dari ibu hamil mengalami PUPPP yang rata-rata baru muncul pada trisemester ke-3 kehamilan atau 5 minggu terakhir kehamilan. Di samping itu, PUPPP juga bisa muncul setelah proses persalinan.

Sayangnya, penyebab PUPPP masih belum diketahui. Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang baru pertama kali hamil atau mengandung anak kembar berisiko lebih tinggi mengalami PUPPP.

Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah, PUPPP ini bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti paha, pantat, punggung, lengan, atau kaki. Sementara bagian wajah, leher, atau tangan jarang jadi sasarannya.

Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan meresepkan salep topikal, dan bila intensitasnya cukup tinggi, obat seperti antihistamin atau steroid oral agaknya juga diperlukan. Untungnya, PUPPP ini tidak membahayakan janin dan bisa hilang usai melahirkan.

2. Prurigo

Jika bunda mendapati muncul benjolan kecil yang sepertinya disebabkan oleh gigitan serangga, dan itu berubah menjadi luka setelah digaruk, maka besar kemungkinan bunda mengalami prurigo.

Prurigo pada kehamilan biasanya muncul di area perut atau bagian tubuh lainnya, dan kondisi ini rata-rata baru terjadi pada akhir trisemester kehamilan kedua atau awal trisemester ketiga.

Dokter juga akan meresepkan obat yang sama dengan kasus PUPPP untuk menyembuhkan prurigo ini. Prurigo tak berbahaya bagi janin dan bisa hilang setelah persalinan (meski pada beberapa kasus, kondisi ini baru hilang 3 bulan pasca melahirkan).

3. Pemfigoid gestasionis (herpes gestasionis)

Lain halnya dengan kondisi kulit satu ini yang lebih ekstrim, yakni pemfigoid atau herpes gestasionis. Pada mulanya, rasa gatalnya hanya muncul dari bintik merah saja. Tapi ini kemudian berkembang menjadi luka lepuh atau lesi berukuran besar.

Pemfigoid gestasionis ini biasanya baru muncul pada trisemester kedua atau ketiga, namun dapat juga 1-2 minggu setelah melahirkan. Umumnya bintik merahnya muncul di dekat pusar lalu menyebar ke tubuh, lengan, kaki, maupun telapak.

Untuk mengatasinya, dokter biasanya meresepkan obat steroid oral. Sayangnya kondisi ini bisa memberikan dampak pada janin, di antaranya seperti memicu bayi lahir prematur, mengganggu perkembangan janin, hingga memperbesar risiko bayi lahir mati. Ini artinya, bunda harus segera memeriksakan diri kalau sampai mengalami gejala yang disebutkan tadi, apalagi kondisi ini juga bisa muncul berulang (umumnya lebih parah) pada kehamilan berikutnya.

4. Impetigo herpetiformis

Impetigo herpetiformis tidak disebabkan virus herpes, namun infeksi kulit ini merupakan salah satu bentuk psoriasis selama kehamilan. Gangguan kulit yang muncul pada trisemester ketiga ini ditandai dengan bercak merah berisi nanah yang perlahan berkembang menjadi ruam putih besar berisikan nanah.

Bercak tadi bisa muncul di paha, selangkangan, perut, ketiak, bawah payudara, dan area lainnya. Selain bercak pada kulit, impetigo herpetiformis juga menimbulkan gejala lain seperti mual, muntah, diare, demam, serta menggigil.

5. Intrahepatic cholestasis of pregnancy (ICP)

Meski jarang terjadi, ICP merupakan gangguan kulit yang intens sensasi gatalnya. Masalah kulit ini biasanya baru muncul pada trisemester ketiga. Penyebabnya berkaitan erat dengan gangguan hati, yakni saat empedu tidak mengalir dengan normal.

Jika garam empedu sampai berakumulasi di bawah kulit, maka itulah yang memicu gatal dan ruam (biasanya di area telapak dan perut). Selain gatal intens, ICP kerap menimbulkan gejala lain seperti mual, tidak enak badan, serta hilang selera makan. ICP ini juga berbahaya karena dapat memicu bayi lahir mati.

Kapan saatnya periksa ke dokter?

Bunda diimbau segera memeriksakan diri ke dokter kalau:

  • Merasakan gatal parah di perut atau bagian tubuh lain.
  • Mengalami gatal bukan karena kulit kering atau sensitif.
  • Gatalnya menyebar ke seluruh tubuh.
  • Gatalnya parah, disertai ruam (bisa karena PUPPP atau ICP), dan muncul di trisemester ketiga.
  • Sensasi gatalnya dibarengi dengan warna feses terang, urin gelap, muntah, mual, lelah, serta hilang nafsu makan.

Metode pengobatan rumah untuk atasi perut gatal saat hamil

Nah kalau ternyata gatalnya tidak dikarenakan masalah kesehatan, maka bunda bisa mencoba metode pengobatan rumahan berikut untuk meredakannya.

1. Mandi dengan oatmeal

Oatmeal bisa meredakan kulit iritasi dan gatal. Karenanya tambahkan secangkir oatmeal ke dalam air hangat, lalu gunakan itu untuk mandi. Alternatif lainnya adalah dengan memasukkan oatmeal ke dalam kaos kaki panjang berbahan nilon, lalu ikatkan itu dekat keran air. Tujuannya supaya air dari keran bisa mengguyur kaos kaki sehingga air mandi mengandung oatmeal.

2. Berendam air baking soda

Bunda juga bisa menuangkan ½ cangkir baking soda (bukan baking powder) dalam air hangat, lalu rendam tubuh selama mungkin. Cara lain adalah dengan mengoleskan pasta campuran baking soda dan air ke atas perut atau area lain yang terasa gatal.

3. Gel lidah buaya

Setelah mandi, jangan lupa oleskan gel lidah buaya untuk melembabkan sekaligus meredakan iritasi kulit.

4. Kompres dingin

Cara mudah lain untuk meredakan perut gatal saat hamil adalah menggunakan kompres dingin.

5. Oleskan pelembab

Oleskan pelembab ke perut secara rutin. Pilih yang formulanya lembut dan bebas parfum tambahan.

6. Minyak kelapa

Mengoleskan minyak kelapa ke perut gatal juga bisa melembabkan sekaligus meredakan sensasi gatalnya.

7. Cuka apel

Alternatif alami lainnya adalah dengan mengoleskan cuka apel ke perut karena bahan inipun juga dapat meredakan iritasi dan gatal.

Obat untuk perut gatal lain yang bisa dibeli di apotek

Untuk bunda yang tak mau repot dan ingin membeli saja obat di apotek, pilih obat gatal yang memenuhi kriteria di bawah ini:

1. Pelembab berbahan dasar minyak

Produk ini ideal untuk perut gatal karena sifatnya yang mudah meresap dalam kulit. Kalau ingin menambahkan wewangian, gunakan bantuan 1-2 tetes minyak esensial, apakah lavender atau kemenyan. Hindari minyak esensial seperti pala, rosemary, jasmin, basil, mawar, langon kleri, serta jintan yang memang tak diperbolehkan untuk ibu hamil.

2. Losion calamine

Calamine mengandung zinc carbonate, zinc, dan besi oksida yang dapat meredakan gatal pada kulit. Oleh sebab itu, oleskan sedikit losion calamine ke kulit gatal beberapa kali dalam sehari.

3. Losion vitamin E

Untuk mencegah gatal saat hamil, aplikasikan losion atau minyak vitamin E. Gunakan secukupnya saja karena kadar berlebihan bisa menimbulkan masalah jantung pada bayi.

Tips meminimalisir perut gatal ketika hamil

Meski mungkin tak ada usaha yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, namun munculnya sensasi gatal saat hamil dapat diminimalisir dengan cara berikut:

  • Tidak mandi menggunakan air panas. Sebaliknya, gunakan air dingin saja.
  • Hindari penggunaan sabun yang aromanya kuat karena bisa membuat kulit kering. Lebih baik, gunakan sabun yang formulanya ringan karena lebih lembut untuk kulit.
  • Kenakan pakaian longgar yang bersih dan kering. Memakai busana ketat atau basah hanya membuat kulit rawan kena gesekan sehingga dapat memicu iritasi penyebab gatal.
  • Jangan berjemur terlalu lama di bawah paparan sinar matahari karena aksi ini bisa bikin kulit kering.
  • Oleskan pelembab secukupnya sesering mungkin, dan pilih produk yang memiliki pH netral.
  • Matikan AC saat tidak diperlukan karena mesin pendingin ruangan inipun juga bisa menyebabkan kulit kering.
  • Minum banyak air agar tubuh terhidrasi dan kulit terjaga kelembabannya.

Itulah tadi beberapa informasi yang dapat kami berikan seputar penyebab perut gatal dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat bagi kita semua.


23 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tunzi M, et al. (2007). Common skin conditions during pregnancy. (https://www.aafp.org/afp/2007/0115/p211.html)
Studdiford JS, et al. (2017). Pruritic rash during pregnancy. (https://www.aafp.org/afp/2017/0401/p453.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app