Methylprednisolone: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Jan 14, 2019 Update terakhir: Okt 23, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Methylprednisolone merupakan obat yang termasuk dalam golongan kortikosteroid dan tergolong obat keras yang harus menggunakan resep dokter
  • Methylprednisolone berfungsi meredakan peradangan dan sejumlah penyakit seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), radang sendi, lupus, psoriasis, dan alergi
  • Methylprednisolone juga dapat digunakan pada penanganan gangguan fungsi kelenjar endokrin, gangguan kulit, mata, paru, lambung, sistem saraf dan juga sel darah
  • Methylprednisolone dapat menimbulkan efek samping seperti reaksi alergi berupa ruam kulit, rasa gatal dan bengkak pada wajah, bibir dan atau lidah
  • Pasien dengan infeksi tidak terkontrol, diabetes, ataupun tekanan darah tinggi tidak diperbolehkan untuk menggunakan Methylprednisolone
  • Klik untuk mendapatkan Methylprednisolone atau obat penanganan hormon lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD

Methylprednisolone/Methisoprinol merupakan obat yang termasuk dalam golongan kortikosteroid. Golongan obat ini berfungsi meredakan peradangan dan dapat digunakan dalam penanganan berbagai penyakit, terutama penyakit-penyakit berbasis peradangan ataupun penyakit-penyakit di mana radang merupakan salah satu gejala utamanya. 

Methylprednisolone biasanya digunakan dalam penanganan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Croup, radang sendi, lupus, psoriasis, colitis ulcerosa, alergi, gangguan fungsi kelenjar endokrin, dan gangguan lain pada kulit, mata, paru, lambung, sistem saraf dan juga sel darah.

Mengenai Methylprednisolone

Golongan

Obat keras (K), harus dengan resep dokter

Kemasan 

Methylprednisolone biasanya tersedia dalam bentuk tablet 2, 4, 8, dan 16 mg serta bentuk injeksi (Depo-Medrol) 40 mg yang jarang digunakan.

Kandungan 

Methylprednisolone

Efek Samping Methylprednisolone

Berikut adalah beberapa efek samping Methylprednisolone/Methisoprinol:

  • Reaksi alergi terhadap Methylprednisolone, dapat berupa ruam kulit, rasa gatal dan bengkak pada wajah, bibir dan atau lidah.
  • Gangguan mood berupa depresi, kecemasan, euphoria, perubahan kepribadian dan psikosis
  • Gangguan pada mata berupa gangguan penglihatan dan nyeri mata.
  • Gangguan pada kulit seperti jerawat dan kulit rapuh
  • Gangguan hormonal dan penyembuhan luka.
  • Kesulitan buang air kecil ataupun berkurangnya produksi air kencing.
  • Nyeri pada panggul, punggung, iga, bahu, lengan ataupun tungkai.
  • Nyeri kepala, mual dan muntah.
  • Turunnya kadar kalium dalam darah.
  • Bengkak pada kaki dan tangan.
  • Diabetes mellitus (penyakit gula).
  • Tekanan darah tinggi.
  • Rasa haus berlebihan. 
  • Kelemahan otot.

Oleh karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk memulai pengobatan menggunakan Methylprednisolone tanpa konsultasi dengan dokter. Bila Anda menjalani pengobatan penyakit dengan menggunakan Methylprednisolone, berkonsultasilah secara teratur dengan dokter agar perkembangan kondisi, keluhan serta efek samping yang terjadi dapat diatasi tepat waktu. 

Selanjutnya, jika Anda mengalami gejala-gejala seperti di atas, terutama bila gangguannya cukup serius seperti reaksi alergi, segeralah pergi ke fasilitas medis terdekat agar mendapatkan pertolongan yang tepat. 

Dosis Methylprednisolone

Methylprednisolone/Methisoprinol diberikan dengan dosis berikut:

  • Dewasa : 4-48 mg setiap harinya dan bergantung pada jenis pasien, diagnosis dan kondisinya. Pada anak dan pasien lansia, sangatlah diperlukan pertimbangan dokter sebelum mengkonsumsi obat.
  • Dewasa untuk mengobati Multiple Sclerosis: Dosis awalnya 160 mg dibagi ke 1-2 dosis, kemudian setelah 1 minggu, dosisnya dapat diturunkan menjadi 64 mg setiap 2 hari sekali. 

Kontraindikasi

Methylprednisolone/Methisoprinol tidak boleh digunakan untuk: 

  • Penderita kencing manis karena sering ditemukan bahwa gula darah menjadi lebih sulit dikendalikan saat penggunaan Methylprednisolone, sehingga memerlukan penyesuaian dosis obat diabetesnya. 
  • Pasien dengan infeksi tidak terkontrol, hipersensitivitas terhadap Methylprednisolone, infeksi jamur sistemik, serta penerima vaksin virus hidup yang dilemahkan. Hal ini disebabkan penggunaan steroid dalam jangka panjang dapat melemahkan sistem imun tubuh.
  • Penderita tekanan darah tinggi.

Interaksi Obat

Berikut adalah interaksi Methylprednisolone/Methisoprinol dengan obat-obatan lain:

  • Vaksin yang dibuat dari virus yang dilemahkan tidak boleh diberikan pada mereka yang menggunakan Methylprednisolone, terutama dalam jangka panjang. Vaksin-vaksin yang termasuk golongan ini antara lain adalah vaksin flu, cacar air, dan MMR (Measles, Mumps, Rubella). 
  • Cyclosporine, Troleandomycin, Ketoconazole, Aspirin, Warfarin, Heparin, Phenobarbital, Phenytoin dan Rifampin juga sebaiknya tidak digunakan bersama Methylprednisolone/Methisoprinol

Perhatian 

Pada pasien lanjut usia dan pasien dengan kondisi khusus seperti gangguan ginjal dan hati, diperlukan pertimbangan dari dokter yang merawat dan kemungkinan penyesuaian dosis dari obat lainnya.

Penggunaan Methylprednisolone untuk Ibu Hamil

Efek Methylprednisolone/Methisoprinol pada janin dan bayi yang menyusu tidak diketahui secara pasti. Untuk penggunaan Methylprednisolone pada kedua kondisi tersebut, sangat diperlukan pertimbangan dari dokter yang merawat. Apakah manfaat pengobatan dengan Methylprednisolone/Methisoprinol lebih besar dari kemungkinan timbulnya efek yang tidak diinginkan baik pada janin maupun bayi.

Artikel terkait:


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
University of Illinois Chicago. Healthline (2018). Methylprednisolone, Oral Tablet. (https://www.healthline.com/health/methylprednisolone-oral-tablet)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app