Diabetes Mellitus: Penyebab, Gejala, Cara Pengobatan dan Pencegahan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 4, 2021 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 12 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Diabetes melitus atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit kronis ketika kadar gula darah (glukosa) di dalam tubuh terlampau tinggi;
  • Ada 3 jenis penyakit diabetes mellitus, yakni diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional (diabetes di masa kehamilan);
  • Pemeriksaan kadar gula darah sangat penting untuk memantau dan mengendalikan kadar gula darah agar tetap terjaga di batas normal;
  • Pasien diabetes melitus tipe 2 dapat diberikan beberapa jenis obat diabetes seperti metformin, sulfonilurea, agonis GLP-1, hingga terapi insulin;
  • Klik untuk membeli obat diabetes secara online ke rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.
  • Dapatkan paket pemeriksaan gula darah (diabetes) yang dilakukan di klinik kesehatan atau homecare dengan promo menarik hanya di HDmall.

Apa itu diabetes melitus?

Diabetes melitus atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit kronis ketika kadar gula darah (glukosa) di dalam tubuh terlampau tinggi dan berada di atas normal. 

Tingginya kadar gula darah penyebab diabetes melitus dapat terjadi karena kurangnya hormon insulin ataupun tidak tercukupinya hormon insulin karena tubuh tidak dapat menggunakannya secara optimal (resistensi insulin). Kedua hal tersebut dapat terjadi secara tunggal atau kombinasi.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket gula darah (diabetes) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Glukosa sendiri berasal dari sumber makanan yang dikonsumsi lalu diolah tubuh dan menjadi sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. 

Kadar gula darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pankreas melepaskan insulin ini ke dalam aliran darah dan membantu glukosa (zat gula) dari makanan masuk ke dalam sel-sel seluruh tubuh.

Akan tetapi jika tubuh tidak membuat cukup insulin atau insulin tidak bekerja dengan baik dapat menyebabkan glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dan membuat glukosa menumpuk dalam darah. Hal ini yang membuat kadar gula dalam darah menjadi tinggi dan menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus.

Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh, termasuk merusak pembuluh darah kecil di organ ginjal, jantung, mata, ataupun sistem saraf. 

Ketika tidak ditangani dengan baik pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit seperti jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan kerusakan pada saraf. 

Pada wanita hamil, diabetes karena kadar gula darah yang tinggi juga dapat menyebabkan masalah selama kehamilan dan membuatnya lebih rentan dalam proses persalinan. Kondisi itu pun berisiko menyebabkan bayi cacat lahir, lahir mati, ataupun lahir prematur. Diabetes saat kehamilan disebut juga dengan diabetes gestasional.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket gula darah (diabetes) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Jenis-jenis diabetes melitus

Secara umum terdapat 3 jenis utama diabetes mellitus, yakni diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.

Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 sering disebut diabetes mellitus tergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi karena sistem imun tubuh menyerang sel beta pankreas yang berperan untuk menghasilkan hormon insulin dan lebih dari 90% mengalami kerusakan permanen. 

Diabetes tipe 1 ini biasanya muncul bukan karena pengaruh gaya hidup dan lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Penyakit diabetes tipe 1 ini termasuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan bertahan seumur hidup tetapi gejala diabetes dapat dikendalikan.

Pada diabetes melitus tipe 1, tubuh tidak memproduksi insulin sehingga membutuhkan tambahan insulin dari luar setiap hari (suntik insulin). Pengobatan untuk diabetes melitus tipe 1 meliputi suntikan insulin atau menggunakan pompa insulin, mengonsumsi makanan sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan mengendalikan tekanan darah dan kadar kolesterol.

Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 ini disebut juga diabetes melitus tidak tergantung insulin. Diabetes melitus jenis ini merupakan jenis yang paling banyak terjadi, hampir 9 dari 10 penderita diabetes adalah diabetes tipe 2. Seseorang bisa menderita diabetes tipe 2 pada usia berapa pun, bahkan pada usia anak-anak. 

Pada diabetes tipe 2, tubuh masih dapat memproduksi insulin tetapi insulin gagal melakukan tugasnya, sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel. Pada penderita diabetes tipe 2, tubuh memproduksi insulin dengan jumlah makin sedikit secara periodik, oleh karena itu dilakukan peningkatan dosis obat atau mulai menggunakan insulin untuk menjaga diabetes agar tetap terkontrol dengan baik.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket gula darah (diabetes) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Perawatan tambahan bagi penderita diabetes tipe 2 termasuk minum obat anti diabetes, mengonsumsi menu makanan sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi aspirin setiap hari (bagi kebanyakan orang), dan mengendalikan tekanan darah dan kadar kolesterol. 

Diabetes Gestational 

Diabetes gestational merupakan kondisi yang terjadi pada beberapa kasus kehamilan, yakni sekitar 1 dari 20 kasus kehamilan. Selama kehamilan, tubuh memproduksi insulin ekstra yang dihasilkan hormon agar melakukan tugasnya dengan baik.

Namun beberapa wanita gagal memproduksi insulin ekstra, sehingga mereka mendapatkan diabetes gestational. Diabetes Gestasional biasanya hilang bila kehamilan sudah berakhir. Wanita yang mengalami diabetes gestational sangat mungkin untuk berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.

Mengenai diabetes mellitus 

Gejala diabetes melitus

Gejala diabetes akibat kadar glukosa darah yang tinggi dapat meliputi rasa haus yang meningkat (polidipsia), peningkatan buang air kecil (poliuria), penglihatan kabur, mudah mengantuk, mual, menurunnya daya tahan tubuh, dan meningkatnya rasa lapar (polifagia).

  • Sering buang air kecil

Ketika kadar glukosa darah naik di atas 160-180 mg/dL, glukosa akan bocor hingga ke urin karena ginjal tidak sanggup menyaringnya. Ketika kadar glukosa dalam urine meningkat bahkan lebih tinggi, ginjal akan mengeluarkan air tambahan untuk mengencerkan glukosa yang berlebihan tersebut. Hal inilah yang membuat penderita diabetes melitus sering buang air kecil dalam jumlah besar (poliuria).

  • Sering haus

Terlalu banyak buang air kecil yang merupakan salah satu gejala diabetes juga akan menciptakan haus yang abnormal (polidipsia). Hal ini disebabkan adanya banyak kalori yang hilang dalam urin sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Untuk mengimbanginya, maka pasien dengan diabetes melitus akan sering merasa lapar berlebihan (polifagia).

Seseorang yang mengalami trias gejala poliuria, polifagia, dan polidipsia sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah dirinya mengalami diabetes mellitus atau tidak.

Pasien berusia 17 tahun dengan riwayat keluarga memiliki penyakit diabetes mellitus juga disarankan memeriksakan diri ke dokter untuk melakukan skrining diabetes. Pasien berusia 40 tahun ke atas juga disarankan untuk melakukan skrining diabetes melitus.

Baca juga: Waspadai Gejala Diabetes Melitus atau Kencing Manis

Penyebab diabetes melitus

  • Penyebab diabetes melitus tipe 1

Penyebab pasti diabetes mellitus tipe 1 belum diketahui, tetapi dapat dipengaruhi juga oleh peran sistem daya tahan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi melawan bakteri atau virus berbahaya malah menyerang dan menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas. Hal ini membuat tubuh memiliki sedikit atau bahkan tanpa insulin, akibatnya gula menumpuk di aliran darah.

Diabetes tipe 1 diduga disebabkan oleh kombinasi kerentanan genetik dan faktor lingkungan, meskipun penelitian akan faktor-faktor tersebut masih belum jelas.

  • Penyebab diabetes melitus tipe 2

Pada diabetes melitus tipe 2, sel-sel tubuh mengalami resistensi terhadap aksi insulin sehingga pankreas tidak dapat membuat insulin yang cukup untuk mengatasi resistensi ini. 

Beberapa penyebab diabetes melitus tipe 2:

  • Faktor usia - di atas usia 45 tahun
  • Kegemukan atau obesitas
  • Riwayat keluarga - memiliki ibu, ayah, kakak, atau adik dengan diabetes melitus
  • Ras / etnis tertentu
  • Memiliki bayi dengan berat lahir lebih dari 4.000 gram
  • Mengalami diabetes selama kehamilan (gestational diabetes)
  • Tekanan darah tinggi - 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Kedua angka ini penting. Jika salah satu atau kedua angka tinggi, berarti tekanan darah tinggi
  • Kolesterol tinggi - kolesterol total lebih dari 240 mg/dL
  • Kurang aktivitas fisik - berolahraga kurang dari 3 kali seminggu
  • Kadar gula darah yang tinggi pada pemeriksaan sebelumnya
  • Memiliki kondisi kesehatan lain yang terkait insulin, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS)
  • Memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke

Setelah mengetahui beberapa penyebab yang memungkinkan seseorang mengidap diabetes mellitus, maka memperbaiki gaya hidup dan pola makan sangat dianjurkan. Hal ini untuk membantu menjaga kondisi kesehatan serta mengurangi gejala dan keparahan kondisi diabetes yang dialami.

  • Penyebab diabetes gestasional

Selama kehamilan, plasenta menghasilkan hormon untuk mempertahankan kehamilan. Hormon-hormon ini membuat sel-sel menjadi lebih tahan (resisten) terhadap insulin. Biasanya, pankreas akan merespons dengan memproduksi cukup insulin tambahan untuk mengatasi resistensi ini.

Tetapi terkadang pankreas tidak dapat melakukannya. Ketika hal ini terjadi, maka jumlah glukosa yang bisa masuk ke sel-sel tubuh menjadi terlalu sedikit dan kebanyakan yang tinggal di darah sehingga mengakibatkan terjadinya diabetes gestasional.

Pecegahan diabetes mellitus

Penyakit diabetes mellitus tipe 1 tidak bisa dicegah, tetapi untuk diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah dengan cara:

  • Menjaga pola hidup sehat berupa mengurangi makanan tinggi karbohidrat dan lemak
  • Meningkatkan asupan makanan tinggi serat
  • Meningkatkan aktivitas fisik dengan bberolahraga teratur 30–45 menit sehari sebanyak 3-5 kali per minggu
  • Menurunkan berat badan berlebih

Baca juga: Kadar Gula Darah Normal dan Cara Mencegah Diabetes

Diagnosis diabetes melitus

Untuk memastikan diabetes melitus perlu dilakukan anamnesis (tanya jawab) secara detail pada pasien terkait keluhan yang dialami, riwayat penyakit diri dan keluarga, riwayat penyakit dahulu yang pernah dialami hingga riwayat kebiasaan sehari-hari. 

Sejumlah tes pemeriksaan, termasuk pemeriksaan fisik diperlukan guna mengetahui ada atau tidaknya gangguan fisik yang dialami meski hal itu jarang terjadi. Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sangat penting untuk menegakkan diagnosis. 

Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (GDS)
  • Pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP)
  • Pemeriksaan kadar gula darah 2 jam post prandial (GDPP)
  • Pemeriksaan kadar hemoglobin (HbA1C)

Baca juga: 4 Tes Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pengobatan diabetes melitus

Pengobatan di rumah

Untuk mengatasi diabetes melitus perlu dilakukan terapi non farmakologi berupa pengaturan diet dan juga peningkatan aktivitas fisik. Diet sehat yang bisa dilakukan adalah pembatasan makanan tinggi karbohidrat terutama karbohidrat sederhana seperti gula, coklat, roti, serta membatasi makanan tinggi kolesterol seperti santan, gorengan, jeroan, maupun telur puyuh.

Sementara itu, makanan yang perlu ditingkatkan adalah makanan tinggi serat seperti sayur dan buah terutama apel. Namun beberapa buah yang tinggi gula dan lemak juga sebaiknya dibatasi seperti mangga, pisang dan durian. 

Peningkatan aktivitas fisik terutama dengan olahraga teratur sangat disarankan misalnya berenang, jalan cepat, dan bersepeda. Olahraga sebaiknya dilakukan teratur 30-45 menit tiap sesinya sebanyak 3-5 kali setiap minggu.

Pengobatan di rumah sakit

Untuk saat ini, satu-satunya cara pengobatan diabetes mellitus tipe 1 adalah dengan menggunakan suntik insulin. Terdapat beberapa jenis insulin, yaitu: insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari, insulin kerja singkat yang bekerja 30-60 menit dan bertahan maksimal 8 jam, dan insulin kerja cepat bekerja 5-15 menit dan dipertahankan hingga 4-6 jam. Biasanya jenis-jenis insulin itu digunakan secara kombinasi.

Insulin diberikan dengan cara injeksi (suntikan) dan dapat dilakukan dengan 2 cara:

  • Menggunakan jarum dan alat suntik atau pena
  • Menggunakan pompa insulin

Dokter dan perawat akan membantu dan mengajari untuk menggunakan alat-alat ini dengan baik sehingga nantinya bisa melakukan pengobatan secara mandiri di rumah.

Dibandingkan alat suntik jarum, pompa insulin sangat mudah digunakan, namun harganya relatif mahal. Alat ini biasanya lebih diutamakan untuk penderita yang sering mengalami hipoglikemia, suatu kondisi di mana kadar gula darah turun terlalu rendah.

Alternatif lain pengobatan diabetes melitus tipe 1 adalah transplantasi sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (sel islet). Namun karena resikonya yang cukup tinggi, banyak penderita diabetes tidak menempuh cara ini.

Pengobatan diabetes melitus tipe 2

Dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2, terdapat beberapa macam obat diabetes yang bisa digunakan. Obat-obatan ini bisa diberikan secara tunggal maupun kombinasi dari dua atau lebih obat.

Jenis obat diabetes, antara lain:

1. Metformin

Metformin adalah obat diabetes lini pertama yang digunakan untuk pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2. Metformin bekerja dengan cara menekan produksi glukosa oleh hati dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin.

Kelebihan mengonsumsi metformin dibandingkan jenis obat lain adalah obat ini tidak menyebabkan kenaikan berat badan sehingga cocok diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan. 

Pengobatan diabetes dengan metformin terkadang mengakibatkan efek samping ringan seperti mual, muntah dan diare. Obat diabetes ini juga dikontraindikasikan untuk penderita yang juga mengalami masalah ginjal.

2. Sulfonilurea

Jika metformin tidak efektif menurunkan kadar gula darah penderita diabetes, obat diabetes jenis sulfonilurea biasanya digunakan sebagai pengganti. Sulfonilurea bermanfaat untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Obat-obat jenis ini bisa diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan metformin. 

Beberapa jenis obat sulfonilurea di antaranya, glimepiride, glibenclamide, glipizide, gliclazide, dan gliquidone. Obat diabetes ini harus digunakan di bawah pengawasan dokter, karena jika tidak digunakan dengan benar dapat meningkatkan resiko terjadinya hipoglikemia terutama pada lansia.

3. Pioglitazone (Thiazolidindione)

Pioglitazone bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh penderita terhadap insulin. Peningkatan sensitivitas insulin ini mengakibatkan gula yang diubah menjadi energi lebih banyak, sehingga kadar gula dalam darah menjadi menurun. 

Obat diabetes biasanya digunakan dalam kombinasi dengan metformin, obat-obat golongan sulfonilurea, atau keduanya. Tetapi penggunaannya untuk mengobati diabetes sangat perlu diperhatikan karena sempat diketahui dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.

4. Gliptin (Dipeptidyl Peptidase-4 Inhibitor)

Gliptin atau penghambat DPP-IV(misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, dan vildagliptin) menghambat pemecahan hormon GLP-1 (glucagon-like peptide-1), hormon yang terkait dalam produksi insulin. Dengan menghambat pemecahan hormon GLP-1, gliptin bermanfaat meningkatkan sekresi insulin menghambat sekresi glucagon.

Obat ini biasanya diberikan untuk penderita diabetes yang tidak bisa menggunakan metformin atau sulfonilurea, atau dikombinasikan dengan kedua obat-obat tersebut.

5. Agonis GLP-1

Agonis GLP-1 (misalnya, Exenatide dan liraglutide) adalah obat diabetes yang bekerja dengan mekanisme mirip hormon GLP-1 alami. Kedua obat ini banyak digunakan untuk mengobati penderita diabetes yang menggunakan metformin atau sulfonilurea dan mengalami obesitas.

6. Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat

Acarbose digunakan untuk penderita diabetes yang tidak cocok dengan obat-obat lain. Acarbose bekerja dengan cara memperlambat pemecahan karbohidrat menjadi gula dalam tubuh sehingga dapat mencegah peningkatan kadar gula darah.

7. Nateglinide dan Repaglinide

Obat diabetes ini bekerja dengan cara merangsang pankreas melepaskan lebih banyak insulin ke dalam darah. Dengan demikian glukosa yang diubah menjadi energi akan lebih banyak sehingga kadar gula tidak akan meningkat.

8. Terapi Insulin

Penderita diabetes yang menggunakan obat-obatan yang diberikan secara oral, kadang-kadang membutuhkan terapi tambahan berupa suntikan insulin. Jenis dan cara pemakaian suntikan insulin untuk penderita diabetes melitus tipe 2 sama dengan yang digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 1 yang sudah dijelaskan di atas.

Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit yang harus mendapatkan penanganan serius. Penanganan yang tepat sejak tanda-tanda awal muncul, akan mencegah penyakit ini semakin memburuk dan menimbulkan komplikasi.

Komplikasi diabetes melitus

Diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan berbagai komplikasi penyakit kronis. Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat diabetes:

1. Kerusakan mata (Retinopati)

Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan pembuluh darah pada retina tersumbat, bocor atau munculnya pembuluh darah baru sehingga menghalangi cahaya sampai ke retina. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kebutaan.

Oleh karena itu, bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi menderita penyakit diabetes disarankan untuk memeriksakan mata secara rutin. Hal ini dilakukan agar resiko terkena retinopati diabetik dapat terdeteksi secara dini, sehingga penanganan dapat segera dilakukan.

2. Kerusakan saraf (Neuropati)

Selain menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, bisa juga terjadi kerusakan sel-sel saraf.  Kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan selubung syaraf. 

Gejala diabetes komplikasi akibat berusakan saraf bisa berupa kesemutan atau terasa seperti terbakar pada ujung jari-jari tangan atau kaki. Jika dibiarkan akan menyebar ke bagian tubuh yang lain.

3. Penyakit jantung dan stroke

Penderita penyakit diabetes memiliki resiko tinggi mengalami gangguan pada organ jantung dan otak. Resiko yang mungkin terjadi pada kesehatan jantung misalnya angina, yang terjadi karena aliran darah ke jantung terhambat. Stroke juga bisa terjadi karena aliran darah ke otak juga terganggu akibat penyumbatan pembuluh darah ke otak.

4. Penyakit ginjal (Nefropati)

Sama seperti organ tubuh lainnya, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak proses penyaringan di organ ginjal. Apabila tidak diwaspadai dan ditangani secara serius bisa menyebabkan komplikasi diabetes lainnya, yakni gagal ginjal.

5. Depresi

Penderita diabetes mellitus tipe 2 umumnya memiliki kecenderungan mengalami gejala depresi. Belum dapat diketahui apa yang menjadi penyebab kondisi iini terjadi, tetapi mungkin disebabkan oleh faktor psikologi karena efek metabolik yang terjadi dapat mempengaruhi fungsi otak. Hal ini juga bisa disebabkan karena pola makan yang buruk serta pengaruh pengobatan.

Baca juga: Pengaruh Stress terhadap Diabetes dan Gula Darah

6. Risiko pada wanita hamil dan bayi

Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes melitus bisa membahayakan kesehatan ibu dan janinnya. Berat bayi diatas normal di atas 4 kg (giant baby), penyakit jantung bawaan, kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka adalah beberapa bahaya yang bisa dialami bayi jika penanganan penyakit diabetes gestasional tidak dilakukan dengan baik. 

Sindrom gangguan pernafasan, hyperbilirubinemia, hipoglikemia (gula darah rendah), diabetes melitus tipe 2, bahkan kematian bayi dalam kandungan juga bisa terjadi akibat komplikasi diabetes.

7. Luka yang terinfeksi atau ulkus diabetikum

Ulkus diabetikum merupakan luka yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf tepi, kerusakan struktur tulang kaki, maupun penebalan serta adanya penyempitan pembuluh darah. Gejala ulkus diabetikum yang terjadi pada penderita diabetes dapat berupa pembengkakan kaki, kemerahan, serta iritasi.

8. Disfungsi seksual

Kerusakan pembuluh darah dan saraf akibat penyakit diabetes beresiko menyebabkan difungsi seksual, misalnya impotensi. Pada wanita, kerusakan saraf akan menurunkan tingkat kepuasan saat berhubungan intim. Untuk itu, penting untuk mengendalikan gula darah agar terhindar dari risiko komplikasi.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Picconi F, Mataluni G, Ziccardi L. Association between Early Neuroretinal Dysfunction and Peripheral Motor Unit Loss in Patients with Type 1 Diabetes Mellitus. J Diabetes Res. 2018 Oct 4;2018:9763507. doi: 10.1155/2018/9763507. eCollection 2018. (http:/dx.doi.org/10.1155/2018/9763507)
Chiefari E, Arcidiacono B, Foti D, Brunetti A. Gestational diabetes mellitus: an updated overview. J Endocrinol Invest. 2017 Sep;40(9):899-909. doi: 10.1007/s40618-016-0607-5. Epub 2017 Mar 10. (http:/dx.doi.org/10.1007/s40618-016-0607-5)
Whitley HP, et al. (2015). Selecting an A1c point-of-care instrument. (http://spectrum.diabetesjournals.org/content/28/3/201)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app