Jenis Jenis Alergi Dan Cara Menanganinya

Dipublish tanggal: Sep 3, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit

Setiap orang memiliki sistem kekebalan yang dapat menangkal zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Hanya saja tak semua orang memiliki reaksi tubuh yang sama. Beberapa diantaranya sering menyebabkan alergi dan cukup menganggu bagi kesehatan tubuh.

Alergi merupakan suatu reaksi atau respon yang dihasilkan tubuh terhadap suatu zat atau benda yang normalnya tidak menyebabkan penyakit dengan cara berlebihan. Sehingga seringkali muncul beberapa tanda alergi pada tubuh beberapa orang, namun belum tentu gejala tersebut dialami oleh orang lain.

Jenis Alergi pada Manusia

Alergi kulit

Merupakan salah satu alergi yang seringkali dialami oleh banyak orang. Biasanya ditandai dengan kulit memerah, timbul ruam, gatal-gatal dan bengkak. Pada saat kulit bersentuhan dengan zat pemicu alergi disebut dengan zat alergern. Dalam istilah kedokteran, alergi kulit disebut dermantis kontak alergi. 

Ada beberapa pemicu dari alergi kulit diantaranya adalah produk kosmetik, produk kebersihan, obat oles, aksesoris dari logam, tanaman, parfum, dan lateks. Untuk mengetahui alergi seseorang terhadap sesuatu, dapat dilakukan tes alergi. Alergi kulit akan semakin rentan dialami tubuh jika penderita juga memiliki kondisi khusus terhadap kulit seperti eksim.

Alergi makanan

Alergi makanan terjadi saat sistem kekebalan tubuh keliru dalam merespon protein yang berasal dari makan yang di konsumsi. Berdasar zat pemicu, alergi makanan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu immunoglobulin E, non-immunoglobulin E dan gabungan keduanya. 

Gejala yang terjadi bagi penderita alergi makanan immunoglobulin E diantaranya adalah gatal pada rongga mulut, ruam dan gatal pada permukaan kulit, pembengkakan mulut, mual, sakit perut dan muntah. Untuk gejala Non-immunoglobulin E biasanya hampir serupa dengan penderita immunoglobulin E. 

Bedanya, dapat memunculkan geala seperti disebabkan oleh kondisi lain di luar alergi, sehingga kadang salah terdiagnosa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terkena alergi makanan. Diantaranya adalah riwayat keluarga penderita alergi makanan. 

Jika pernah ada anggota keluarga yang mengalami alergi, maka peluang Anda juga semakin besar untuk terkena alergi. Selain itu ada juga faktor usia. Biasanya balita lebih rentan terkena alergi makanan dibanding dengan orang dewasa. 

Namun dalam beberapa kasus, kondisi alergi pada masa balita bisa kembali muncul saat seseorang sudah beranjak dewasa.

Alergi obat

Mengonsumsi obat juga tak selamanya menyembuhkan. Alergi obat terjadi ketika sistem kekebalan (imunitas) menganggap obat yang dikonsumsi sebagai substansi yang dapat membahayakan tubuh. 

Kondisi seperti ini sering menimbulkan beberapa gejala pada tubuh diantaranya adalah ruam atau bentol pada kulit, batuk, demam, gatal-gatal, pembengkakan, dan sesak nafas. Reaksi alergi yang terlampau parah dapat memicu anafilaksis, yaitu reaksi yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem tubuh secara luas. 

Jika sudah sampai pada kondisi tersebut, maka dapat membahayakan dan perlu penanganan darurat. Langkah yang dapat diambil untuk mengurangi resiko alergi pada obat dengan cara memberitahu riwayat alergi saat ingin membeli obat atau pengobatan. 

Perlu juga diperhatikan beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko alergi obat pada seseorang. Faktor tersebut adalah keturunan, penggunaan obat yang berulang, penggunaan berkepanjangan dan alergi obat sejenis.

Alergi debu

Alergi juga dapat terjadi karena debu. Debu disini tak mesti berupa tanah, tetapi bisa juga kulit mati, bulu, spora jamur, tungau dan kutu. Gejala yang sering terjadi adalah bersin dan batuk. Pada gejala awal, alergi debu akan menyebabkan pilek, mata berair dan bersin. 

Tetapi jika sudah terlampau parah, maka penderita akan mengalami bersim yang terus-terusan, ssak nafas hingga serangan asma. Secara sekilas mungkin akan sulit membedakan gejala yang disebabkan oleh alergi debu dan kondisi pilek atau flu biasa. 

Namun jika gejala tersebut sudah berlangsung hingga satu minggu lebih, patut diduga bahwa Anda mengalami alergi debu. 

Cara untuk menghindari alergi debu secara sederhananya adalah dengan selalu menajaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan tidak melewati tempat yang banyak debu dan polusi lainnya. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan masker saat perjalanan atau ke tempat yang berpotensi mengkibatkan alergi debu.

Pengobatan yang dilakukan ketika seseorang terkena alergi ringan biasanya diberikan obat-obatan mengandung antihistamin. Antihistamin bekerja dengan cara memblokir kerja histamin. 

Pada penderita alergi, histamin bekerja tidak normal karena keliru dalam membedakan substansi berbahaya bagi tubuh. Hal ini dapat mengurangi paradangan yang ditimbulkan oleh alergi. Sedangkan pada penerita alergi berat, dokter biasanya akan memberikan obat kortikosteroid.


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Is rinsing your sinuses with neti pots safe? U.S. Food and Drug Administration. https://www.fda.gov/ForConsumers/ConsumerUpdates/ucm316375.htm.
Allergic rhinitis, sinusitis and rhinosinusitis. American Academy of Otolaryngology — Head and Neck Surgery. http://www.entnet.org/content/allergic-rhinitis-sinusitis-and-rhinosinusitis.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app