Asma - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 10, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Apr 25, 2019 Waktu baca: 3 menit

Apa itu Asma?

Beberapa diantara kamu pasti pernah melihat seseorang dengan inhaler yang tak pernah absen dari tasnya. Orang tersebut kemungkinan menderita asma. Asma membuat penderitanya kesulitan bernafas karena sebab tertentu seperti alergi atau peradangan. Pada artikel berikut akan dibahas mengenai penyebab, gejala dan cara mengobatinya.

Menurut penelitian, Indonesia menduduki peringkat ke-19 sebagai negara dengan jumlah kematian akibat asma.

Asma adalah gangguan pada sistemgt;napasan yang mengakibatkan penderita kesulitan bernapas, napas berbunyi, batuk hingga yang lebih parah yaitu nyeri dada. Asma yang terlambat ditangani dan sudah parah dapat berujung pada kematian. Berikut adalah penyebab, gejala dan cara mengobati asma.

Penyebab terjadinya Asma

Sebenarnya belum jelas apa penyebab utama dari asma. Namun terdapat beberapa pemicu dari kakunya otot-otot pada saluran pernapasan sehingga makin sempit jalur yang dilalui oleh udara.

Beberapa hal tersebut adalah debu, udara dingin, infeksi, bulu binatang, asap rokok, aktivitas fisik hingga terpapar oleh zat kimia tertentu. Asma menjadi lebih parah setelah dahak muncul dan memenuhi saluran pernapasan.

Mengetahui pemicu asma sangat penting bagi penderita agar sebisa mungkin menghindari kontak dengan hal-hal tersebut. Sementara resiko seseorang mengidap asma semakin besar apabila seseorang:

  • Mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit asma
  • Menderita infeksi paru-paru ketika masih anak-anak
  • Lahir prematur atau berat badan saat lahir kurang dari 2 kg
  • Berada pada lingkungan perokok

Gejala terjadinya Asma

Gejala utama yang nampak dari penderita asma adalah kesulitan saat bernapas, batuk yang tidak kunjung reda, bernapas mengeluarkan suara atau mengi hingga merasa nyeri pada bagian dada. Penting bagi penderita untuk segera menggunakan inhaler.

Dengan inhaler, penderita dapat bernapas dengan normal kembali. Pada suatu waktu, asma dapat berubah lebih parah. Inhaler tidak lagi terlalu berfungsi, batuk mengi sampai dengan muka dan jari membiru. Jangan sampai hal ini terjadi pada kamu.

Segera datangi dokter agar adanya asma dan penyebabnya segera terdeteksi dan kamu bisa menghindari hal-hal buruk dari sakit asma.

Dokter biasanya akan melakukan wawancara pada penderita sebelum melakukan pemeriksaan. Beberapa pertanyaan tersebut adalah seberapa sering mengalami sesak nafas, mengi, sesak napas dan kebiruan pada bibir dan kuku.

Jika jawaban penderita cenderung mengarah pada asma, biasanya dokter akan mencari tahu pemicu asma dan melakukan tes spirometri untuk memastikan positif tidaknya asma. Spirometri merupakan uji kinerja paru-paru berdasarkan volume nafas menghirup napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan nafas dalam satu detik. 

Hasil yang didapat dibandingkan dengan volume udara yang dikeluarkan oleh orang normal. Jika setelah menggunakan inhaler volume udara yang dihembuskan lebih baik maka bisa dipastikan bila menderita asma. Dengan mengetahui penyebab asma, penderita dapat membatasi kontak dengan pemicu agar tidak kambuh.

Untuk mengetahui pemicu secara spesifik dokter akan melakukan tes laboratorium.

Berikut adalah beberapa tes untuk mengetahui pemicu asma:

Tes Peradangan

Tes ini mengukur kadar oksida nitrat pada hembusan nafas penderita. Apabila hasilnya cukup tinggi maka positif mengalami peradangan. Selain itu bisa juga dengan melakukan tes pada dahak penderita.

Tes Responsivitas

Tes ini menggunakan serbuk kering atau mannitol dan melakukan olahraga. Setelah melakukan hal tersebut, penderita akan menghembuskan napas ke spirometri. Jika volume napas turun drastis maka bisa dipastikan penyebab asma adalah salah satu dari kedua hal diatas.

CT Scan dan Rontgen

Tes ini digunakan bila seluruh tes telah dilakukan namun hasilnya negatif. Dengan CT Scan atau Rontgen dapat diketahui penyebab lain dari sesak napas yang kemungkinan besar bukan karena asma.

Tes arus puncak ekspirasi (APE)

Pengukuran status alergi

Cara mengobati penyakit Asma

Maksud dari pengobatan ini adalah mengendalikan gejala agar tidak sering terjadi sehingga asma lebih terkontrol. Selain itu biasanya dokter akan memonitor apakah asma semakin parah atau tidak melalui tes PFM seperti yang sebelumnya telah dijelaskan.

Memburuknya asma memerlukan pengobatan khusus dan penanganan sesegera mungkin. Obat-obatan asma diberikan dalam bentuk serbuk dan menggunakan inhaler. Agar jumlah obat yang mencapai paru-paru optimal, penderita dapat menggunakan alat tambahan yaitu spacer. 

Penggunaan spacer juga mengurangi efek samping obat seperti radang tenggorokan dan sariawan. Terdapat dua jenis inhaler yaitu inhaler pencegah dan inhaler pereda. Inhaler pencegah membantu penderita yang asmanya kambuh lebih dari dua kali seminggu.

Obat yang berada di dalam inhaler ini adalah obat-obatan steroid misalnya buclemetasone. Inhaler pereda dapat meredakan asma dengan cepat. Inhaler ini berisi beta2-agonist yang dapat melemaskan otot-otot pernapasan yang kaku dan menyempit.

Inhaler ini tidak memiliki efek samping namun sebaiknya tidak untuk dipakai lebih dari 3 kali dalam seminggu. Segera konsultasikan ke dokter agar asma dapat ditangani segera. 


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2018). Diagnosing Asthma. (https://www.webmd.com/asthma/diagnosing-asthma-tests)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Asthma. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/symptoms-causes/syc-20369653)
NIH (2014). National Heart, Lung, and Blood Institute. Asthma. (https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/asthma-for-health-professionals)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app