Hipoalbuminemia: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Feb 6, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Apr 2, 2019 Waktu baca: 5 menit

Setiap detail komponen tubuh manusia memiliki fungsinya masing-masing. Baik itu berupa organ yang dapat dilihat dengan mata langsung, hingga bagian terkecil tubuh manusia yang hingga saat ini dikenal sebagai sel, memiliki tugasnya sendiri-sendiri dan akan tubuh akan mengalami gangguan jika salah satu dari komponen ini mengalami gangguan. 

Sebagai contoh, apakah Anda pernah melihat orang yang gagal ginjal mengalami pembengkakan pada kakinya? Hal ini disebabkan oleh suatu kondisi medis yang disebut dengan hipoalbuminemia. Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel yang satu ini.

Albumin dan Fungsinya

Albumin adalah salah satu jenis protein yang paling banyak ditemukan dalam darah. Protein albumin dihasilkan oleh hati beredar ke aliran darah untuk membantu tubuh menjaga keseimbangan cairan. Oleh sebab itu jumlah protein darah ini harus selalu dalam keadaan seimbang untuk menunjang fungsi normal dalam tubuh.

Albumin adalah salah satu jenis protein yang berfungsi untuk menjaga cairan agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain fungsi utama ini, fungsi albumin lainnya yaitu membawa nutrisi penting dan hormon, dan memberikan tubuh protein yang dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perbaikan jaringan.

Untuk dapat mengetahui berapa kadar albumin dalam darah, maka diperlukan pemeriksaan serum albumin. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada albumin dalam urine, maka diperlukan pemeriksaan urinalisis. 

Kadar serum albumin normal dapat menunjukkan bahwa ginjal dan hati bekerja dengan benar, begitu pula sebaliknya. Nilai normal albumin serum dalam darah adalah 3,5-5,9 g / dL. Sedangkan kisaran normal albumin urin adalah sekitar 0 – 8 mg / dl.

Apa itu Hipoalbuminemia?

“Hipo” artinya kurang sedangkan “emia” berarti di dalam darah maka hipoalbuminemia merupakan kondisi kekurangan kadar albumin dalam darah. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang dengan penyakit yang berat atau penyakit kronis.

Salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan hipoalbuminemia adalah penyakit peradangan dan biasanya muncul bersamaan dengan gangguan ginjal dan gangguan hati.

Penyebab Hipoalbuminemia

Hal ini bisa dipicu oleh beberapa faktor seperti kekurangan konsumsi sumber makanan yang mengandung albumin, kehilangan albumin secara tiba-tiba seperti pada kasus luka bakar atau gangguan ginjal pada penyakit Nephrotic Syndrome atau albumin yang dirusak oleh sistem kekebalan orang itu sendiri.

Hipoalbuminemia bukan lah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang ditimbulkan oleh penyakit tertentu yang menyebabkan kadar albumin dalam darah berkurang. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kondisi hipoalbuminemia adalah :

  • Diabetes (penyakit kencing manis)
  • Hipertiroidisme, yang menyebabkan kelenjar tiroid Anda menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid
  • Kondisi jantung, termasuk gagal jantung
  • Lupus, suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh Anda menyerang tubuh Anda
  • Sirosis hati, suatu kondisi hati yang mengalami kerusakan yang parah setelah menderita penyakit hati dalam waktu lama.
  • Sindrom nefrotik,suatu kondisi ginjal yang menyebabkan Anda membuang banyak albumin ke urin sehingga albumin dalam darah jumlahnya sangat sedikit.
  • Sepsis suatu kondisi dimana infeksi terjadi pada seluruh tubuh, oleh karena itu sistem kekebalan tubuh berusaha menyerang patogen, tetapi karena patogen terlalu banyak, sistem kekebalan tubuh seringkali salah target dan menyerang albumin sehingga menyebebabkan albumin dalam darah berkurang
  • Luka bakar juga dapat menyebabkan kehilangan albumin dalam jumlah besar. Albumin hilang karena ikut menguap bersama cairan tubuh yang hilang saat seseorang mengalami luka bakar.

Di Indonesia hipoalbuminemia paling sering ditemukan pada pasien yang menderita gangguan ginjal atau yang dikenal dengan istilah sindrom nefrotik.

Apa tanda dan gejala seseorang mengalami Hipoalbuminemia?

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, hipoalbuminemia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang ditimbulkan oleh penyakit tertentu. Hipoalbuminemia biasanya muncul bersamaan dengan gangguan ginjal dan gangguan hati. 

Oleh karena itu gejalanya meliputi gangguan pada ginjal seperti pembengkakan pada tubuh yang dikenal dengan istilah edema. Hal ini terjadi karena albumin yang seharusnya menjaga cairan dalam pembuluh darah berkurang, sehingga cairan mengalami kebocoran dan merembes ke bagian tubuh lain yang menyebabkan pembengkakan di jaringan yang berupa cairan.

Selain itu, kadar albumin pada urin akan meningkat, karena saringan pada ginjal yang seharusnya dapat mencegah albumin melewati ginjal mengalami kerusakan, sehingga albumin masuk ke urin yang mengakibatkan peningkatan kadar albumin pada urin.

Selain berhubungan dengan gejala seperti pada gangguan ginjal, hipoalbuminemia bisa terjadi karena adanya kerusakan pada hati, mengingat albumin diproduksi di hati. Gejala seperti kuning, perut membesar karena berisi cairan (asites) bisa terjadi bersamaan dengan munculnya gejala hipoalbuminemia.

Berikut adalah gejala-gejala umum yang sering ditimbulkan pada kondisi ini:

Diagnosis Hipoalbuminemia

Beberapa tes penunjang yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini adalah:

  • Tes darah. Untuk mengukur kadar albumin dalam darah.
  • Pemeriksaan rasio albumin kreatinin. Untuk mengukur kadar albumin yang bocor melalui urine.
  • Tes pencitraan (USG, ekokardiografi, foto rontgen). Untuk mendeteksi kemungkinan sirosis atau gagal jantung dan mendeteksi penyebab terjadinya peradangan.
  • Biopsi. 

Apakah pemberian albumin merupakan terapi yang tepat untuk mengobati Hipoalbuminemia?

Hipoalbuminemia bukan suatu indikasi untuk pemberian albumin, Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan hanya memberi efek sementara. Tetapi pemberian albumin juga diperlukan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan. 

Pengobatan hipoalbuminemia yang paling tepat adalah dengan mencari penyebab terjadinya hipoalbumin, mengingat hipoalbumin adalah gejala yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.

Pada kebanyakan kasus, peningkatan penggantian asam amino dan atau protein akan memperbaiki kadar normal plasma albumin secara efektif dibandingkan larutan albumin secara langsung, contohnya pemberian makanan tinggi protein seperti telur, kacang kedelai dan daging biasanya disarankan untuk membantu pengobatan hipoalbuminemia. 

Beberapa kasus hipoalbuminemia yang disertai dengan cedera, infeksi atau pankreatitis tidak dapat diberikan suplemen larutan albumin secara langsung. Walaupun diberikan, efeknya tidak akan bekerja seperti yang diharapkan. Pada keadaan ini albumin mungkin hanya digunakan sebagai terapi tambahan.

Selain itu, pada penderita gangguan ginjal, obat-obatan untuk menangani hipertensi, seperti captopril dapat membantu mencegah keluarnya albumin lewat urine. Jenis obat lain yang bisa digunakan adalah kortikosteroid dimana dapat mencegah turunnya kadar albumin pada penderita yang mengalami peradangan.

Alkohol juga dapat menurunkan kadar protein dalam darah yang akan memperburuk kondisi Anda. Oleh karena itu berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol juga bisa dilakukan untuk membantu penyembuhan Anda.

Apa yang harus menjadi perhatian anda jika anda memiliki gejala ini?

Hipoalbuminemia yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti paru-paru basah, otot yang mengecil dan melemah, efusi pleura yang merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan paru-paru yang terendam air sehingga membuat sulit untuk bernapas.

Hipoalbuminemia bisa diperiksa dan diobati dengan mudah, oleh karena itu jika Anda memiliki gejala atau pemeriksaan laboratorium Anda menunjukan bahwa Anda mengalami hipoalbuminemia, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vincent J, et al. (2003). Hypoalbuminemia in acute illness: Is there a rationale for intervention? DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1514323/)
Sun J, et al. (2015). Risk factors and prognosis of hypoalbuminemia in surgical septic patients. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4636415/)
Strunden MS, et al. (2011). Perioperative fluid and volume management: Physiological basis, tools and strategies. DOI: (http://doi.org/10.1186/2110-5820-1-2)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app