Darah Keluar Usai Berhubungan Seksual, Apakah Berbahaya?

Lantas, bagaimana jadinya jika pendarahan anda alami setelah berhubungan seksual beberapa kali dengan pasangan? Beberapa orang akan merasa khawatir dan takut apabila ini merupakan tanda penyakit. Namun, sebaiknya anda ketahui dulu alasan mengapa vagina bisa berdarah ketika berhubungan seksual.
Dipublish tanggal: Jul 7, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 28, 2019 Waktu baca: 2 menit
Darah Keluar Usai Berhubungan Seksual, Apakah Berbahaya?

Vagina berdarah usai berhubungan seksual umumnya akan dialami oleh wanita yang memang baru pertama kali melakukan hubungan seksual. Hal ini disebabkan oleh selaput dara yang robek ketika berhubungan intim pertama kalinya. 

Meski tidak semua wanita akan mengalami pendarahan ketika berhubungan intim pertama kali.

Lantas, bagaimana jadinya jika pendarahan anda alami setelah berhubungan seksual beberapa kali dengan pasangan? Beberapa orang akan merasa khawatir dan takut apabila ini merupakan tanda penyakit. 

Namun, sebaiknya anda ketahui dulu alasan mengapa vagina bisa berdarah ketika berhubungan seksual.

Penyebab pendarahan pada vagina setelah berhubungan seksual

Perlu Anda ketahui bahwa pendarahan pada vagina saat berhubungan seksual merupakan hal yang normal. Pendarahan setelah berhubungan seksual disebut sebagai post-coital bleeding dan dapat dialami sekitar 10% wanita. 

Anda juga tidak perlu khawatir ini merupakan pertanda kanker atau tidak, karena menurut penelitian pendarahan di vagina setelah berhubungan seksual yang disebabkan kanker hanya terjadi pada 1 dari 1000 wanita.

Meski begitu, jika pendarahan pada vagina Anda terus-menerus terjadi dan tidak berhenti meski Anda tidak sedang menstruasi, maka sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter.

Beberapa faktor dapat menyebabkan pendarahan pada vagina, seperti di bawah ini:

1. Radang serviks

Serviks atau leher rahim dapat mengalami peradangan akibat terjadinya erosi pada leher rahim. Hal ini umumnya dialami oleh wanita yang masih muda, wanita yang mengkonsumsi alat kontrasepsi pil maupun mereka yang sedang mengandung.

2. Terjadi gesekan ketika berhubungan seksual

Berhubungan seksual memiliki risiko terjadi gesekan yang dapat menyebabkan vagina menjadi iritasi. Hal ini terutama dialami apabila vagina dalam kondisi kering sehingga gesekan mudah terjadi. 

Wanita yang telah memasuki masa menopause umumnya akan mengalami vagina kering atau kurangnya cairan pelumas alami sehingga menyebabkan gesekan mudah terjadi

3. Luka di bagian genital

Luka di bagian genital dapat menyebabkan pendarahan pada vagina ketika berhubungan seksual. Luka genital umumnya disebabkan oleh adanya penyakit menular seksual seperti sifilis dan herpes

4. Mengalami polip serviks

Pendarahan pada vagina bisa disebabkan karena adanya polip jinak di bagian serviks. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena polip yang masih jinak dapat mudah diangkat oleh dokter kandungan tanpa melalui prosedur operasi yang memberatkan

5. Mengalami gangguan tertentu pada leher Rahim

Adanya gangguan pada serviks seperti kanker serviks menyebabkan vagina mudah berdarah ketika berhubungan seksual. Meski peluangnya kecil, namun Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami pendarahan terus-menerus ketika berhubungan seksual

6. Ektropion serviks

Ektropion serviks terjadi pada permukaan leher rahim gangguan ini umumnya dialami oleh wanita hamil, wanita yang mengkonsumsi pil KB serta wanita muda. Ektropion serviks tidak berbahaya dan dapat menghilang dengan sendirinya. 

Anda juga tidak perlu khawatir berlebihan karena Ektropion serviks tidak sama dengan kanker

7. Adanya cedera pada lapisan rahim

8. Vaginitis

Vaginitis merupakan peradangan yang terjadi di vagina yang ditandai dengan gejala adanya keputihan tidak wajar serta rasa gatal berlebihan di area kewanitaan.

9. Atrofi vagina

Atrofi vagina dialami wanita karena kekurangan hormone estrogen. Kondisi ini ditandai dengan adanya pengeringan, peradangan dinding vagina serta penipisan. Umumnya dialami ibu menyusui maupun wanita menopause.

Cara mencegah pendarahan di vagina

Pastikan ketika berhubungan seksual, vagina anda telah memiliki cairan pelumas alami yang cukup agar tidak terjadi gesekan yang menyebabkan iritasi. Selain itu, selalu jaga kesehatan area kewanitaan agar terhindar dari infeksi jamur dan bakteri.

 


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tarney, C. M., & Han, J. (2014). Postcoital bleeding: a review on etiology, diagnosis, and management. Obstetrics and gynecology international, 2014, 192087. https://doi.org/10.1155/2014/192087. National Center for Biotechnology Information. (Accessed via: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4086375/)
Shapley, Mark & Jordan, Joanne & Croft, Peter. (2006). A systematic review of postcoital bleeding and risk of cervical cancer. The British journal of general practice : the journal of the Royal College of General Practitioners. 56. 453-60.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/7021408_A_systematic_review_of_postcoital_bleeding_and_risk_of_cervical_cancer)
Tarney, Christopher. (2014). Postcoital Bleeding: A Review on Etiology, Diagnosis, and Management. Obstetrics and gynecology international. 2014. 192087. 10.1155/2014/192087.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/264127188_Postcoital_Bleeding_A_Review_on_Etiology_Diagnosis_and_Management)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app