HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. SCIENTIA INUKIRANA
Ditinjau oleh
DR. SCIENTIA INUKIRANA

Cybutol: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Sep 10, 2019 Waktu baca: 5 menit

Cybutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Cybutol termasuk obat golongan agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek pada otot-otot bronkus (short acting beta-adrenergic receptor agonist). Obat ini merupakan obat yang berfungsi membuka saluran pernapasan bronkus (bronkodilator) dengan melemaskan otot-otot di sepanjang saluran pernapasan.

Salbutamol adalah obat yang digunakan untuk mengurangi pelebaran otot bronkus seperti pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran otot bronkus karena otot bronkus mengalami relaksasi.

Mengenai Cybutol

Golongan

Resep dokter

Kemasan

Cybutol dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:

  • Dos 30 kapsul serbuk inhalasi + cyclohaler
  • Refill : dos 30 kapsul serbuk inhalasi

Kandungan

Tiap kemasan Cybutol mengandung zat aktif sebagai berikut :

  • Tiap 200 mg/dosis mengandung salbutamol sulfat setara salbutamol 200 mcg dan laktosa secukupnya.

Manfaat Cybutol

Kegunaan dan manfaat Cybutol adalah untuk menangani kondisi-kondisi berikut :

  • Mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma karena alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis asmatis, emfisema pulmonum), dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
  • Mengobati hiperkalemia akut karena kemampuannya merangsang aliran kalium ke dalam sel sehingga konsentrasi kalium dalam darah berkurang.
  • Mengobati kejang bronkus pada pasien yang memiliki penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, Cybutol lebih dipilih karena bekerja lebih lama dan lebih aman, dibanding beta-2 adrenergic lainnya.

Dosis Cybutol

Cybutol diberikan dengan dosis sebagai berikut:

  • Asma serangan akut: 3-4 kali sehari 2-4 mg, dapat ditingkatkan hingga 3-4 kali sehari 8 mg.
  • Profilaksis asma karena olahraga: dengan alat inhalasi atau dry powder inhaler : 2 hirupan tiap 10-15 menit sebelum olahraga, pada anak 1 hirupan sebelum olahraga
  • Pada asma berat: dengan menggunakan alat inhalasi dengan dosis awal 4 hirupan, kemudian dilanjutkan 2 hirupan tiap 2 menit tergantung respon terapi. Maksimal 10 hirupan.
  • Aerosol dosis terukur atau inhalasi serbuk kering:
    • 90-100 mcg (1-2 hirupan), maksimal 800 mcg setiap hari.
    • Anak usia 6-12 tahun diberikan 1 hirup, dapat ditingkatkan 2 hirupan bila diperlukan, maksimal 400 mcg.

Efek samping Cybutol

Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa efek samping Cybutol yang mungkin terjadi antara lain:

  • Efek samping yang umum adalah nadi meningkat, nyeri dada, denyut jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram otot, sakit kepala dan gugup.
  • Efek samping lain yang sering terjadi di antaranya pelebaran pembuluh darah jaringan, aritmia (gangguan irama jantung), ganguan tidur, dan gangguan tingkah laku.
  • Efek samping yang lebih berat tetapi kejadiannya jarang misalnya bronkospasme paradoksikal, urtikaria (biduran), angioedema (pembengkakan pembuluh darah akibat reaksi berat) , dan hipotensi (tekanan darah menurun).
  • Seperti agonis adrenoseptor beta-2 lainnya, Salbutamol juga bisa menyebabkan hipokalemia (kalium darah menurun) terutama jika diberikan pada dosis tinggi.
  • Penggunaan dosis tinggi telah dilaporkan memperburuk diabetes melitus dan ketoasidosis.

Interaksi Obat Cybutol

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Cybutol adalah:

  • Pemberian bersamaan dengan bronkodilator simpatomimetik kerja pendek lain tidak boleh dilakukan karena bisa memberikan efek yang sangat buruk pada sistem kardiovaskular.
  • Obat-obat beta-2 antagonis menghambat kerja salbutamol.
  • Obat-obat golongan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan dengan salbutamol, karena obat beta bloker meningkatkan efek penyempitan saluran bronkus pada pasien asma.
  • Monoamine oksidase inhibitor atau antidepresan trisiklik dapat memperkuat efek salbutamol pada sistem kardiovaskular. Di antaranya bisa memicu hipertensi berat.
  • Bila diberikan bersama atomoksetin, resiko efek samping pada sistem kardiovaskular meningkat.
  • Salbutamol dapat menurunkan konsentrasi digoksin dalam plasma.
  • Pemberian bersamaan dengan metildopa dapat menyebabkan hipotensi akut (penurunan tekanan darah terlalu cepat dalam waktu singkat) .

Perhatian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien jika menggunakan Cybutol adalah sebagai berikut:

  • Keamanan dan efektivitas pada pasien usia 4 tahun atau kurang belum diketahui.
  • Tidak untuk pasien dengan risiko penyakit jantung iskemik, kehamilan kurang dari 22 minggu, kehamilan dengan tisiko seperti infeksi, perdarahan, plasenta previapreeklamsia berat, eklamsia berat dan ibu dengan abortus iminens (keguguran dipertahankan).
  • Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif (alergi) pada salbutamol atau obat agonis adrenoreseptor beta-2 lainnya.
  • Obat ini bisa menyebabkan bronkospasme paradoks yang bisa mengancam nyawa. Jika bronkospasme terjadi segera hentikan pemakaian obat dan hubungi dokter.
  • Pada dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipokalemia, terutama pada pasien dengan gagal ginjal dan orang-orang yang sedang menggunakan obat diuretik tertentu atau obat turunan xanthine.
  • Seperti semua amina simpatomimetik, obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular terutama insufisiensi koroner, aritmia jantung, dan hipertensi.
  • Pasien dengan hipertiroidisme juga harus hati-hati menggunakan obat ini.
  • Seperti obat-obat agonis adrenoseptor beta-2 obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada penderita diabetes melitus karena beresiko terjadinya ketoasidosis. Pemantauan kadar glukosa darah perlu dilakukan.
  • Belum diketahui apakah salbutamol diekskresikan dalam air susu ibu. Pada studi hewan obat ini telah diketahui memiliki potensi tumorigenicity sehingga sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan obat pilihan yang lebih aman atau diberikan dengan jarak yang cukup antara menyusui dan penggunaan obat.
  • Hentikan pemakaian dengan segera jika anda mengalami reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya, karena bisa berakibat yang lebih fatal.

Penggunaan Cybutol oleh ibu hamil

FDA di Amerika Serikat (setara BPOM Indonesia) mengkategorikan Salbutamol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.

Penelitian pada hewan memang tidak selalu bisa digunakan sebagai acuan keamanan obat oleh manusia. Namun efek buruk obat ini pada janin hewan harus menjadi perhatian serius jika ingin menggunakan obat ini pada wanita hamil. Penggunaan salbutamol oleh ibu hamil hanya untuk tujuan tertentu misalnya mencegah kelahiran prematur bilamana manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi.


1 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app