Calmlet Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Sep 9, 2019 Waktu baca: 5 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Calmlet Tablet adalah obat mengandung alprazolam yang digunakan sebagai obat penenang, anti konvulsan, dan relaksan otot.
  • Manfaat Calmlet Tablet adalah untuk mengobati gangguan kecemasan, gangguan panik, hingga mual muntah akibat kemoterapi.
  • Dosis Alprazolam untuk dewasa adalah 3 x sehari 0,25-0,5 mg. Sedangkan untuk pasien lanjut usia dan pasien debil adalah 2-3 x sehari 0,25 mg.
  • Tidak diperuntukkan bagi wanita hamil (terutama trimester pertama), ibu menyusui, anak-anak, hingga penderita glaukoma sudut sempit akut.
  • Tidak untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan ketergantungan. Hanya boleh digunakan sesuai dosis dan anjuran dokter.
  • Klik untuk mendapatkan obat lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Calmlet Tablet adalah obat yang digunakan sebagai obat penenang, anti konvulsan, dan relaksan otot. Calmlet Tablet mengandung alprazolam, obat yang termasuk golongan benzodiazepine.

Alprazolam biasanya digunakan dalam situasi seperti panik, cemas, kejang otot, dan sulit tidur, yang digunakan hanya dalam terapi jangka pendek. Obat ini termasuk obat golongan benzodiazepine yang bekerja dengan cara meningkatkan efek dari neurotransmitter gamma-Aminobutyric acid (GABA).

Mengenai Calmlet Tablet

Pabrik

Sunthi sepuri

Golongan

Harus dengan resep dokter

Kemasan

Calmlet Tablet dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :

  • Dos 10 x 10 tablet 0.25 mg
  • Dos 10 x 10 tablet 0.5 mg
  • Dos 10 x 10 tablet 1 mg
  • Dos 10 x 10 tablet 2 mg

Kandungan

Tiap kemasan Calmlet Tablet mengandung zat aktif sebagai berikut:

  • Alprazolam 0.25 mg / tablet
  • Alprazolam 0.5 mg / tablet
  • Alprazolam 1 mg / tablet
  • Alprazolam 2 mg / tablet

Manfaat Calmlet Tablet

Berikut ini adalah beberapa kegunaan Calmlet Tablet:

  • Mengobati gangguan kecemasan.
  • Sebagai pengobatan jangka pendek pada gangguan panik, dengan atau tanpa agoraphobia. Namun, obat ini tidak lagi menjadi pilihan utama karena obat-obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) biasanya lebih diutamakan. Di beberapa negara seperti Australia, obat ini tidak lagi dianjurkan untuk pengobatan gangguan panik karena kekhawatiran mengenai toleransi, ketergantungan, dan penyalahgunaan.
  • Dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat lain untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi.

Kontraindikasi

Calmlet tidak boleh digunakan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Memiliki riwayat hipersensitif pada alprazolam atau obat golongan benzodiazepine lainnya.
  • Mengalami myasthenia gravis, insufisiensi pernapasan berat, insufisiensi hati berat, insufisiensi ginjal berat, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, serangan asma akut, sleep apnea sindrom, dan gangguan kepribadian borderline (dapat menyebabkan bunuh diri dan kehilangan kontrol).
  • Penderita glaukoma sudut sempit akut.
  • Wanita hamil (terutama pada trimester pertama) atau ibu menyusui.
  • Sebaiknya tidak dikombinasikan dengan ketoconazole dan itraconazole, karena obat-obat ini secara signifikan mengganggu metabolisme oksidatif yang dimediasi oleh sitokrom P450 3A (CYP3A). 

Efek samping Calmlet Tablet

Berikut adalah beberapa efek samping Calmlet Tablet:

  • Efek samping yang umum adalah mengantuk, kesulitan koordinasi, kelelahan, kelemahan otot, ataksia, dan kepala terasa ringan.
  • Efek samping yang lebih jarang misalnya nyeri kepala, vertigo, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam kulit, dan gangguan penglihatan.
  • Efek samping yang lebih serius, tetapi kejadiannya relatif jarang misalnya depresi pernapasan, ketergantungan, gangguan mental, amnesia, kebingungan, kelainan darah, sakit kuning, retensi urin, dan hipotensi.
  • Efek samping paradoks dapat terjadi, termasuk kegelisahan, lekas marah, kegembiraan, memburuknya kejang, insomnia, kram otot, perubahan libido, dan dalam beberapa kasus, kemarahan dan kekerasan. Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada anak-anak, orang tua, dan individu dengan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol dan atau agresi.
  • Obat ini meningkatkan risiko kejang jika digunakan terlalu sering pada pasien pengidap epilepsi.
  • Penggunaan Calmlet Tablet secara jangka panjang dapat mengakibatkan toleransi, ketergantungan, dan gejala putus obat pada pengurangan dosis.

Dosis Calmlet Tablet

Calmlet Tablet diberikan dengan dosis sebagai berikut:

  • Dewasa: 3 x sehari 0,25-0,5 mg. Dosis dapat ditingkatkan dengan interval 3-4 hari. Dosis maksimal 4 mg dalam dosis terbagi.
  • Lanjut usia, pasien debil: 2-3 x sehari 0,25 mg. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap.
  • Anak: tidak dianjurkan.

Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Calmlet Tablet harus sesuai dengan yang dianjurkan.

Interaksi Calmlet Tablet

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Calmlet Tablet adalah:

  • Inhibitor CYP3A4 seperti cimetidineerythromycin, norfluoxetine, fluvoxamine, itraconazole, ketoconazole, nefazodone, propoxyphene, dan ritonavir: menghambat clearance hepatik dari alprazolam. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi sehingga meningkatkan efek farmakologis alprazolam secara signifikan.
  • Imipramine dan desipramine: Alprazolam dapat meningkatkan kadar plasma obat.
  • Kontrasepsi oral: mengurangi clearance alprazolam sehingga kadar plasmanya meningkat dan bisa terjadi akumulasi. Hal ini menyebabkan potensi terjadinya efek samping yang merugikan.
  • Alkohol dan obat-obat golongan benzodiazepine: menyebabkan sedasi berat, perubahan perilaku, dan keracunan.
  • Ramuan akar kava-kava: memicu semi-koma.
  • Hypericum: menurunkan kadar plasma alprazolam sehingga mengurangi efek terapeutiknya.
  • Obat digoxin: meningkatkan kadar obat digoxin dalam darah.
  • Obat sedatif hipnotik (central nervous system depressant): memicu ketergantungan.

Perhatian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan Calmlet Tablet adalah sebagai berikut:

  • Pemakaian obat harus dihentikan jika muncul ruam kulit atau tanda lain yang menunjukkan reaksi alergi karena bisa berakibat fatal.
  • Calmlet Tablet menyebabkan pusing dan mengantuk. Jangan mengemudi, menyalakan mesin, atau mengerjakan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi saat menggunakan obat ini.
  • Hati-hati pemberian untuk pasien lanjut usia. Kurangi dosis jika diperlukan.
  • HIndari menggunakan obat ini dalam jangka panjang karena bisa menyebabkan ketergantungan. Potensi ketergantungan meningkat pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
  • Dosis yang lebih rendah direkomendasikan untuk pasien dengan insufisiensi pernapasan kronis, karena berisiko memicu depresi pernapasan.
  • Penghentian pemakaian obat secara mendadak setelah penggunaan jangka panjang berpotensi berbahaya.
  • Dianjurkan untuk menggunakan dosis terbatas pada dosis efektif terkecil untuk menghalangi perkembangan ataksia atau oversedation yang mungkin terjadi, terutama pada pasien usia lanjut atau lemah.
  • Alprazolam masuk ke dalam air susu ibu (ASI). Jangan menggunakan obat ini selama menyusui. Obat-obat golongan benzodiazepine yang digunakan oleh untuk ibu menyusui telah dilaporkan menyebabkan bayi mereka menjadi lesu dan menurunkan berat badan.
  • Reaksi kejiwaan dan paradoks diketahui bisa terjadi akibat penggunaan obat-obat golongan benzodiazepine. Jika hal ini terjadi, penggunaan obat harus dihentikan. Efek samping ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua.

Penggunaan obat Calmlet Tablet untuk ibu hamil

FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) menggolongkan alprazolam ke dalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut :

Terbukti berisiko terhadap janin manusia berdasarkan bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing maupun studi terhadap manusia. Namun jika manfaat yang diperoleh dipandang lebih tinggi dari resiko yang mungkin terjadi, obat ini bisa diberikan.

Seperti obat golongan benzodiazepine lainnya, alprazolam bersifat lipofilik dan cepat menembus membran, sehingga dapat menyeberang ke plasenta dengan serapan obat yang signifikan. Penggunaan pada akhir kehamilan, apalagi dengan dosis tinggi, bisa mengakibatkan sindrom bayi floppy, hipotonia, keengganan untuk mengisap, sianosis, hipotermia, dan depresi pernapasan moderat.

Peningkatan risiko cacat bawaan dan kelainan perkembangan lain yang terkait dengan penggunaan obat golongan benzodiazepine selama kehamilan juga telah dilaporkan.

Artikel terkait:


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Xanax XR – alprazolam tablet, extended release. (2016, December). Retrieved from (http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=aa58fff3-c297-49be-838b-599c32ad9835)
Alprazolam – alprazolam tablet, orally disintegrating. (2016, October). Retrieved from (https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=5ceed721-2e65-4c81-bd84-f110b1ac9d2e)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app