Itraconazole: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 4, 2019 Update terakhir: Okt 23, 2020 Tinjau pada Mar 19, 2019 Waktu baca: 4 menit

Jamur memang merupakan flora normal pada tubuh manusia, tetapi kebanyakan jenis jamur hidup tanpa menimbulkan bahaya di kulit kita maupun di organ-organ lain. Namun, beberapa jenis jamur dapat berkembang dan berkembang biak di permukaan tubuh kita sehingga menyebabkan infeksi pada kulit, mulut atau vagina. 

Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah kelompok jamur Tinea. Infeksi jamur yang terjadi pada mulut dan vagina disebut dengan thrush. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebih yang merupakan salah satu jenis jamur yang tumbuh pada tubuh manusia yang disebut Candida.

Tidak hanya infeksi jamur seperti panu, infeksi jamur kadang-kadang juga terjadi di dalam tubuh . Anda lebih berisiko terkena infeksi jamur pada organ-organ dalam jika sistem kekebalan tubuh Anda tidak berfungsi dengan baik. Misalnya, jika Anda menjalani kemoterapi, atau jika Anda mengonsumsi obat untuk penyakit rematik, atau jika Anda mengidap HIV / AIDS. Infeksi jamur internal bisa berakibat fatal.

Banyak golongan obat jamur yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Tetapi begitu berbicara infeksi jamur pada organ dalam (kecuali otak), Itraconazole adalah pilihan utama yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Itraconazole bekerja dengan cara membunuh berbagai jenis jamur yang berbahaya bagi tubuh.

Mengenai Obat Itraconazole

Golongan:

Obat resep

Kemasan:

Kapsul

Kandungan:

Anti jamur

Manfaat Obat Itraconazole

Itraconazole adalah obat keras yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Di Indonesia, obat ini beredar dalam bentuk kapsul dan suspensi. Sebagai obat antijamur, obat ini termasuk ke dalam golongan triazole yang memiliki spektrum kerja yang lebih luas dari fluconazole

Dokter akan meresepkan obat ini dengan waktu konsumsi yang dibatasi, mengingat penggunaan obat ini dapat menyebabkan berbagai macam efek samping. Obat ini digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur, antara lain: 

  • Oesophageal candidiasis (infeksi jamur pada tenggorokan)   
  • Oral candidiasis (infeksi jamur pada mulut)      
  • Oropharyngeal candidiasis (infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan)     
  • Vulvovaginal candidiasis (infeksi jamur pada vagina)      
  • Pityriasis versicolor (panu)    
  • Tinea corporis (jamur pada tubuh)      
  • Infeksi jamur pada kaki     
  • Infeksi sistemik oleh karena jamur    
  • Histoplasmosis         
  • Blastomycosis (penyakit Gilchrist)    
  • Aspergilosis (infeksi jamur di paru-paru)

Perlu diingat Itraconazole tidak direkomendasikan bagi anak-anak dan wanita hamil, konsultasikan dengan dokter Anda tentang pilihan obat jamur yang dapat digunakan untuk wanita hamil dan anak-anak.

Bagaimana dosis dan penggunaan obat Itraconazole?

Obat ini adalah obat keras yang memerlukan resep dokter dalam penggunaannya. Informasi di bawah ini bukanlah pengganti petunjuk dokter. Selalu konsultasikan kondisi kesehatan Anda dengan tenaga medis profesional apalagi menyangkut penggunaan obat yang harus disertakan dengan resep dokter.

  • Kandidiasis orofarings, 100 mg/hari (200 mg pada pasien AIDS atau neutropenia) selama 15 hari.
  • Vulvovaginitis kandida, 200 mg 2 kali sehari selama 1 hari.
  • Ptyriasis versicolor, 200 mg/hari selama 7 hari.
  • Tinea korporis dan tinea kruris, 100 mg/hari selama 15 hari, atau 200 mg/hari selama 7 hari.
  • Tinea manus dan pedis (jamur pada telapak kaki dan tangan), 100 mg/hari selama 30 hari.
  • Onikomikosis (infeksi jamur pada kuku), 200 mg/hari selama 3 bulan, atau bertahap 200 mg 2 kali sehari selama 7 hari diulangi setelah interval 21 hari; dua tahap untuk kuku jari tangan, tiga tahap untuk kuku jari kaki.
  • Histoplasmosis, 200 mg, 1-2 kali sehari. Alternatif pada infeksi sistemik, 200 mg sekali sehari (kandidiasis 100-200 mg/hari), untuk infeksi invasif atau diseminata dan meningtis kriptokokus sampai 200 mg dua kali sehari. Terapi pemeliharaan pada pasien AIDS dan profilaksis pada neutropenia, 200 mg sekali sehari; dosis digandakan bila kadar dalam darah rendah.

Efek samping apa yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat ini?

Penggunaan Itraconazole dapat menyebabkan mual, sakit perut, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, pusing, kenaikan enzim hati, gangguan haid, reaksi alergi (pruritus, ruam, urtikaria, angioudem), hepatitis dan ikterus kolestatik (terutama bila pengobatan melebihi satu bulan); neuropati perifer / gangguan saraf akibat mengkonsumsi obat ini (hentikan obat), pernah dilaporkan sindrom Stevens-Johnson, hipokalemia pada penggunaan jangka panjang dan rambut rontok.

Hindarkan penggunaan obat ini bersamaan dengan astemizole, terfenadine dan cisapride karena dapat menyebabkan perburukan efek samping.

Interaksi Obat Itraconazole

  • Itraconazole dapat meningkatkan risiko gangguan sistem pernapasan apabila dikonsumsi dengan fentanyl.
  • Itraconazole dapat meningkatkan risiko melemaskan otot jantung apabila dikonsumsi dengan verapamil.
  • Meningkatkan kadar obat di dalam darah, seperti kortikosteroid, alprazolam, digoxin, antikoagulan dan lainnya.
  • Itraconazole dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia apabila dikonsumsi dengan methadone atau cisapride.
  • Dapat menyebabkan keracunan ergotamine yang berdampak pada gangrene pada kaki.

 Peringatan

  • Hindari pemberian itraconazole pada pasien yang memiliki riwayat gagal jantung
  • Hentikan pemberian itraconazole jika muncul gejala gagal jantung.
  • Hindari pemberian itraconazole pada pasien yang memiliki gangguan hati dan ginjal.
  • Beritahukan kepada dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini atau obat antijamur lainnya.
  • Beritahukan kepada dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit liver atau gangguan paru.
  • Jangan mengemudi jika sedang mengonsumsi obat ini. 
  • Hindari mengonsumsi alkohol selama menggunakan obat ini.
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi obat ini, segera temui dokter untuk penanganan lebih lanjut.



11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app