Seperti Inilah Gejala Awal HIV 3 Bulan Pertama

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 2 menit
Seperti Inilah Gejala Awal HIV 3 Bulan Pertama

Gejala awal HIV dapat bervariasi antar orang. Jika Anda merasa khawatir akan tertular penyakit mengerikan ini, maka cermatilah gejala awal HIV di 3 bulan pertama. Ironisnya, banyak yang mengabaikan, lantaran gejalanya mirip dengan gejala flu pada umumnya. Padahal mengenali gejala HIV sejak awal memberikan peluang pengobatan yang lebih optimal.

Tanda pertama infeksi HIV biasanya muncul dalam 1-2 bulan setelah tubuh terpapar oleh virus. Sebagian besar akan mengalami gejala seperti flu yang parah sebagai respons alami tubuh terhadap virus. Ini disebut periode 'serokonversi'.

Selama periode 3 bulan pertama ini, sangat penting untuk mengidentifikasi apakah memang HIV penyebabnya, karena viral load atau jumlah virus dalam tubuh sedang tinggi-tingginya. Untuk itu harus dipastikan memalui pemeriksaan atau tes darah, namun harus memilih waktu yang tepat. Baca: Kapan saatnya tes HIV?

Sebelum melakukan tes, ketahui 8 gejala awal HIV 3 bulan pertama berikut ini:

1. Demam

Demam atau peningkatan suhu tubuh pada HIV biasanya acap kali disertai gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. Pada titik ini virus bergerak ke aliran darah dan mulai bereplikasi dalam jumlah besar. Ketika itu terjadi, sistem kekebalan bereaksi dengan menimbulkan reaksi peradangan guna menghalau virus, salah satu efeknya suhu tubuh meningkat.

2. Kelelahan dan sakit kepala

Respons peradangan yang dihasilkan oleh sistem kekebalan juga dapat menyebabkan rasa lelah dan lesu. Kadang-kadang bisa membuat penderitanya merasa kehabisan napas saat berjalan atau umumnya tidak bertenaga. Sakit kepala pun kerap menyertainya.

3. Nyeri otot dan sendi

Demam, lelah, sakit kepala, dilengkapi dengan nyeri otot dan sendi. Itulah gejala awal HIV di 3 bulan pertama yang terlihat mirip dengan penyakit lain. Perlu mencurigainya apabila terdapat beberapa faktor risiko penularan HIV.

4. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh dan melindungi darah dengan menyingkirkan bakteri dan virus. Kelenjar ini cenderung meradang ketika ada infeksi. Bagian kelenjar yang sering membengkak diantaranya di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan.

5. Ruam kulit

Salah satu gejala HIV yang khas yaitu munculnya ruam pada kulit. Ruam kulit dapat terjadi pada awal atau akhir perjalanan serokonversi HIV. Dalam beberapa kasus, ruam dapat muncul mirip dengan bintil-bintil seperti jerawat merah muda. Lebih lanjut, simak: Ciri-ciri Ruam HIV pada Kulit yang Jarang Diketahui

6. Mual, muntah dan diare

Banyak orang mengalami masalah sistem pencernaan sebagai gejala dari tahap awal HIV. Namun, mual, muntah dan diare juga dapat muncul pada tahap-tahap selanjutnya akibat  infeksi oportunistik seiring semakin melemahnya sistem pertahanan tubuh.

Pada kondisi ini, hal yang sangat penting dan harus dipenuhi adalah asupan cairan. Jangan biarkan tubuh dalam keadaan bahaya akibat dehidrasi.

7. Sakit tenggorokan dan batuk kering

Gejala-gejala sebelumnya juga terkadang disertai dengan sakit tenggorokan, dari sini akan menyebabkan batuk kering parah dapat berlangsung selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotik.

8. Berkeringat di malam hari

Kebanyakan orang akan berkeringat di malam hari selama tahap awal HIV. Bahkan gejala ini dapat terus bertahan saat kondisi kekebalan tubuh kian menurun dan infeksi semakin parah.

Karena begitu banyaknya gejala dan variasinya, maka tes HIV sangat penting dilakukan guna memastikan diagnosis yang tepat. Jika Anda merasa telah terpapar HIV lantaran telah melakukan aktifitas berisiko, maka lakukanlah tes HIV meskipun tanpa merasakan gejala apapun.

Perlu diingat juga bahwa bagi Anda yang mengalami gejala-gejala ini, maka tidak secara otomatis berarti menderita HIV-positif. Banyak penyakit lain yang dapat menyebabkan gejala seperti itu. Itulah pentingnya memeriksakan diri ke dokter.


39 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app