Sakit Tenggorokan Saat Hamil, Apa Yang Harus Dilakukan?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
Sakit Tenggorokan Saat Hamil, Apa Yang Harus Dilakukan?

Beberapa orang mengira kalau sakit tenggorokan merupakan gejala awal kehamilan. Benarkah demikian? Meski belum ada bukti ilmiah yang membenarkan hal ini, namun perubahan hormon estrogen dan progesteron memang bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan gejala lain seperti mual serta sakit kepala.

Ini artinya sakit tenggorokan bukanlah gejala langsung, melainkan efek dari gejala kehamilan lainnya. Definisi ini diperkuat oleh fakta bahwa tak semua ibu hamil mengalami sakit tenggorokan.

Nah, bagi yang mengalami sakit tenggorokan saat hamil, maka bunda perlu tahu apa saja gejala sakit tenggorokan itu dan bagaimana cara mengatasinya, apalagi kondisi ibu hamil jauh lebih rawan daripada orang biasa.

Tips aman: periksa ke dokter ketika sakit tenggorokan saat hamil.

Gejala atau dampak sakit tenggorokan ketika hamil

Bagi beberapa bunda, kehamilan itu sendiri sudah cukup berat apalagi kalau morning sickness yang diidapnya cukup parah. Belum lagi bila ia menderita sakit tenggorokan juga, maka inilah beberapa gejala sakit tenggorokan pada ibu hamil:

  • Kemerahan pada tenggorokan.
  • Kesulitan menelan.
  • Tenggorokan terus terasa sakit.
  • Demam.
  • Sakit telinga.
  • Amandel jadi bengkak dan kemerahan.
  • Suara serak.

Segera periksakan diri ke dokter kalau gejala di atas dialami lebih dari 7 hari ya bun.

Penyebab sakit tenggorokan saat hamil

Lantas pertanyaannya sekarang, apakah sakit tenggorokan saat hamil bisa dicegah? Untungnya bisa, asalakan bunda tahu faktor apa saja yang berpotensi jadi penyebabnya. Berikut beberapa penyebab sakit tenggorokan saat hamil:

  • Infeksi virus - penyebab sakit tenggorokan paling umum yang berkaitan dengan influenza. Penyakit ini juga ditengarai dengan gejala lain seperti hidung meler, bersin, batuk, demam, menggigil, dan lemas. Flu saat hamil bisa juga dibarengi gejala lain seperti diare dan/ atau muntah, dan ini merupakan gangguan kesehatan yang serius bagi ibu hamil. Untuk mencegahnya, bunda bisa mendapatkan vaksin flu setiap tahunnya.
  • Infeksi bakteri - bakteri Streptokokus grup A adalah yang paling umum menyebabkan radang tenggorokan. Selain itu, bakteri penyebab gonore, klamidia, dan Corynebacterium (difteri) juga dapat menyebabkannya.
  • Infeksi jamur - jenis Candida albicans, yang pertumbuhannya biasanya lebih subur saat hamil karena meningkatnya hormon dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
  • Naiknya asam lambung – Saat hamil, asam lambung bisa naik ke kerongkongan karena hormon kehamilan membuat katup pemisah lambung dan kerongkongan melemah. Gejalanya memberat setelah makan.
  • Asma – radang lapisan saluran nafas di paru-paru yang menyebabkan salurannya menyempit hingga dapat membuat nafas jadi sesak dan pendek. Gejala sesaknya kerap kali disertai dengan nafas berbunyi mengi (wheezing). Asma umumnya dipicu oleh alergi atau hipersensitivitas terhadap debu, serbuk sari, atau lainnya.
  • Sinusitis – menyebabkan sinus tertekan yang terasa nyeri pada daerah sekitar hidung dan dahi, dibarengi dengan hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. Penyebabnya karena infeksi pada lapisan rongga sinus. Pada kondisi ini akan ada dahak/ ingus berlebihan (postnasal drip) yang mengalir ke tenggorokan dan dapat menimbulkan peradangan.

Penyebab lainnya:

  • Otot tenggorokan terlalu lelah, misalnya karena sering berbicara terlalu keras tanpa jeda.
  • Paparan zat kimia atau polutan, seperti debu, asap, aroma menyengat, dan lain-lain.

Kenali sakit tenggorokan berbahaya akibat bakteri Streptokokus

Sakit tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptokokus memiliki intensitas yang umumnya lebih parah dan bisa menular. Gejala sakit tenggorokan akibat bakteri ini antara lain:

  • Menggigil.
  • Tenggorokan memerah.
  • Terkadang bercak-bercak merah yang lebih pekat.
  • Sakit kepala.
  • Mudah lelah.
  • Membengkak dan sensitifnya kelenjar limfa di leher.
  • Nafsu makan menurun.
  • Muncul nanah pada amandel.
  • Sakit perut.

Radang dan sakit tenggorokan akibat streptokokus, ibu hamil harus tahu!

Meski tidak membahayakan kehamilan, namun bunda diimbau untuk periksa ke dokter kalau mengalami sakit tenggorokan jenis ini.  Sebab pada kasus yang tergolong parah, penyakit ini dapat merusak katup jantung dan ginjal. Namun untuk sakit tenggorokan biasa yang tak terlalu parah, maka cukup disembuhkan dengan metode pengobatan rumahan.

Tips mengatasi dan mencegah sakit tenggorokan saat hamil

Berikut adalah beberapa tips praktis –tanpa efek samping - untuk mencegah atau mengatasi sakit tenggorokan ketika hamil:

  • Hindari mengonsumsi minuman dingin dan bersoda karena dapat memperparah gangguan tenggorokan.
  • Minum banyak air agar tubuh tetap terhidrasi.
  • Berhenti mengonsumsi makanan fast food atau hasil proses, terutama yang mengandung zat pewarna dan pengawet.
  • Sebaliknya, pilih menu yang sehat, kaya vitamin dan mineral saja.
  • Minum teh herbal seperti lemon tea atau green tea untuk meredakan sensasi gatal dan sakit di tenggorokan.
  • Hirup uap panas agar nafas lebih lega dan sakit akibat infeksi tenggorokan jadi berkurang.
  • Berkumur dengan air garam sedikitnya 3 kali sehari karena garam ampuh lawan bakteri. Bunda juga bisa menambahkan sejumput bubuk kunyit dalam air garam sebagai agen anti-inflamasi dan antiseptik.
  • Istirahat cukup.
  • Jangan menggunakan peralatan, handuk, atau gelas minum yang sama dengan mereka yang sakit tenggorokan untuk meminimalisir risiko tertular.
  • Kurangi bicara, biarkan pita suara beristirahat.
  • Cuci tangan setiap kali usai bersin atau batuk, ini merupakan cara terbaik untuk mencegah infeksi.
  • Hindari rokok dan asap rokok karena dapat memperburuk sakit tenggorokan.

Di samping dengan menjaga diri seperti saran di atas, bunda juga bisa memanfaatkan bahan atau cara alami untuk meredakan sakit tenggorokan.

Bahan alami untuk meredakan sakit tenggorokan:

1. Teh lemon madu

Sementara madu bekerja menenangkan tenggorokan, lemon akan berperang melawan bakteri dan membersihkan dahak yang ada. Untuk membuat teh lemon madu, bunda tinggal menuangkan madu dan perasan lemon ke dalam air panas. Minum selagi hangat.

2. Humidifier atau uap panas

Uap dari air panas yang dihirup dapat membasahi selaput membran sehingga tenggorokan tak lagi kering. Untuk tujuan serupa, bunda juga bisa mengaktifkan humidifier di kamar.

3. Berkumur air garam

Ini merupakan salah satu cara mengatasi sakit tenggorokan paling aman saat hamil. Air garam tak hanya menghidrasi selaput tenggorokan, namun juga dapat meredakan iritasi. Bunda tinggal memasukkan 1 sdt garam ke dalam segelas air hangat, lalu berkumurlah setiap 1 jam sekali.

Hindari berkumur memakai mouthwash saat hamil karena bahannya dapat menyapu bersih flora alami dalam mulut sehingga membuka peluang bagi jamur untuk berkembang pesat.

4. Teh chamomile

Teh ini tak hanya membantu bunda terlelap, namun juga dapat meredakan sakit dan melawan bakteri. Bunda bisa menambahkan madu ke dalamnya kalau mau.

Dan soal teh peppermint, meski itu terdengar menyehatkan, namun bunda tidak disarankan mengonsumsinya karena teh ini dapat melebarkan otot ‘pintu’ lambung sehingga sakit tenggorokan akibat asam lambung bisa bertambah parah.

5. Teh jahe

Jahe mengandung agen antijamur dan antibakteri yang dapat mengurangi inflamasi di tenggorokan. Untuk membuat sendiri, bunda tinggal memasukkan parutan jahe segar ke dalam air panas. Biarkan jahenya meresap dalam air selama 5 menit, lalu tambahkan madu sebagai pemanis, dan minum tehnya. Bunda juga bisa menambahkan daun mint segar.

Nah kalau cara rumahan tadi tidak berhasil, maka saatnya periksa ke dokter ya bun. Jangan tunda lagi khususnya kalau bunda juga diare atau muntah, sesak atau nafas pendek, pusing, tidak bisa menelan makanan atau air, demam tinggi, dan menurunnya pergerakan janin.

Simak juga: Obat Tradisional Radang Tenggorokan, 100% Alami

Jenis obat sakit tenggorokan yang aman saat hamil

Ketika hamil, bunda harus lebih teliti dalam memilih jenis obat yang diminum karena tak semuanya aman bagi janin. Berikut beberapa jenis obat tenggorokan yang aman untuk ibu hamil:

  • Sucrets – lozenges (tablet hisap) dyclonine hydrochloride
  • Chloraseptic (tidak boleh dikonsumsi selama lebih dari 2 hari) – lozenges (benzocaine) atau spray (phenol)
  • Halls atau Robitussin – lozenges (menthol)
  • Vicks – lozenges dengan madu (dextromethorphan hydrobromide)

Sedangkan untuk antibiotiknya (biasanya dapat dibeli dengan resep dokter) adalah Cephalexin, Penicillin, dan Amoxicillin.

Dua hal yang perlu diingat soal antibiotik ini adalah bahwa obat ini tak bisa dipakai untuk mengatasi sakit tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu, jangan sampai antibiotiknya tidak habis (sesuai saran dokter) karena dapat memperbesar risiko kambuh di kemudian hari.

Obat yang harus dihindari

Menurut University of Michigan Health System, bunda sebaiknya tidak minum obat apapun selama trisemester pertama kehamilan karena masa ini merupakan momen krusial bagi perkembangan janin.

Setelah trisemester pertama berakhir, bunda disarankan menghindari tipe obat yang sifatnya ‘all in one’ karena biasanya berisi kombinasi beberapa bahan sekaligus. Mengonsumsi obat tertentu dalam dosis tinggi tidak aman untuk bunda maupun janin. Oleh karenanya, hindari jenis obat berikut:

  • Ibuprofen
  • Codeine
  • Bactrim
  • Naproxen
  • Aspirin
  • Obat herbal yang belum jelas keamanannya
  • Fluconazole – untuk infeksi jamur

Lebih baik sebelum minum obat atau melakukan perawatan tertentu, bunda berkonsultasi lebih dulu dengan dokter. Semoga apa yang kami sampaikan tadi sudah jelas dan bermanfaat bagi kita semua. Salam sehat!


20 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app