Diare - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 10, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Apr 25, 2019 Waktu baca: 4 menit

Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan penyakit diare.

Penyakit Diare merupakan masalah global yang menjadi penyebab kematian pada anak nomor dua setelah pneumonia. Berdasarkan data, hampir sembilan juta anak usia di bawah lima tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.

Kebanyakan orang yang meninggal akibat diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan serta orang-orang dengan HIV adalah yang paling berisiko terhadap komplikasi kematian.

Diare sering dikaitkan dengan infeksi gastrointestinal (saluran cerna), yang dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, virus dan parasit.

Mikrorganisme tersebut menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau bisa juga dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk, misalnya tidak cuci tangan sebelum memegang makanan atau makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu.

Apa Saja Gejala Diare?

Selain tinja encer dengan frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih, tanda dan gejala diare lainnya dapat berupa:

Penyakit Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri juga dapat menyebabkan muntah. Disamping itu, gejala khas berupa tinja encer bercampur darah dan lendir paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri, disebut disentri.

Gejala yang ringan biasanya berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Maka apabila mencret berlangsung selama lebih dari beberapa hari dianggap sebagai diare kronis dan mungkin merupakan tanda dari penyakit yang mendasarinya, seperti penyakit radang usus atau infeksi yang berat.

Jika berkepanjangan (kronis), diare dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat mengancam nyawa sehingga membutuhkan perawatan dokter. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan elektrolit - garam kalium dan natrium.

Cairan dan elektrolit yang hilang selama diare perlu diganti segera karena tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa cairan tersebut.

Hal yang membuat diare berbahaya adalah dehidrasi yang bisa terjadi akibat banyaknya cairan yang hilang dari tubuh.

Baca juga: Tanda-tanda Dehidrasi yang Harus Anda Waspadai

Apa Penyebab Diare?

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu penyebab diare adalah infeksi, namun ada juga penyebab lainnya, ringkasnya sebagai berikut:

  • Infeksi. Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit. Sumber penyebaran yang paling sering adalah memalui air yang terkontaminasi oleh tinja atau kotoran. Dengan demikian penyakit ini lebih sering terjadi pada lingkungan dengan sanitasi air bersih yang kurang memadai, baik untuk minum, memasak dan mencuci (terutama peralatan makan). Rotavirus dan Bakteri Escherichia coli merupakan dua agen penyebab diare yang paling sering di negara berkembang.
  • Malnutrisi. Anak-anak yang kekurangan gizi akan lebih berisiko tinggi terkena penyakit ini, dan diare itu sendiri akan menyebabkan gejala yang lebih buruk bagi mereka. Karena setiap terkena mencret, maka sudah pasti akan membuat mereka kekurangan gizi yang lebih buruk. Maka tak heran bahwa gizi buruk pada anak balita paling sering disebankn oleh diare kronis.
  • Penyebab Diare lainnya. Mencret juga dapat menular dari orang ke orang, diperburuk oleh kebersihan pribadi yang buruk. Makanan merupakan penyebab utama diare ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis. Air dapat mengkontaminasi makanan selama pencucian. Ikan dan seafood dari air yang tercemar juga dapat menyebabkan diare.

Bagaimana Diare Didiagnosis?

Untuk menegakkan diagnosis diare, dokter akan melakukan anamnesis atau wawancara terhadap riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Jika dibutuhkan dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tes laboratorium dengan menggunakan sampel urin, darah dan feses.

Pemeriksaan tambahan untuk menentukan penyebab diare antara lain:

  • Tes pencitraan untuk memeriksa peradangan dan kelainan struktur pada usus, melalui USG, rongsen, CT scan dan sebagainya
  • Kultur tinja untuk memeriksa bakteri, parasit atau tanda-tanda penyakit lainnya

Dalam kasus diare parah atau kronis, dokter mungkin menganjurkan kolonoskopi atau sigmoidoskopi untuk menentukan apakah ada masalah usus yang menjadi penyebabnya:

  • Kolonoskopi untuk melihat seluruh usus dari tanda-tanda kelainan ataupun penyakit.
  • Sigmoidoskopi untuk memeriksa rektum dan kolon yang lebih rendah.

Upaya Mengobati Diare

Sebagian besar diare dapat sembuh dengan sendirinya setelah dua sampai tiga hari, dan paling sering membutuhkan waktu satu hingga dua minggu.

Satu-satunya pengobatan diare yang paling diperlukan adalah mencegah dehidrasi, yang dapat dilakukan dengan minum cairan pengganti dan campuran elektrolit (Oralit).

Baca juga: Cara Membuat Oralit Sendiri di Rumah

Kecukupan mineral seperti natrium, magnesium, kalsium dan kalium sangat penting dalam menjaga fungsi tubuh dan kelistrikan jantung agar tetap berdetak normal.

Obat-obatan yang fungsinya menghentikan diare tidak dianjurkan untuk orang-orang dengan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasit karena dapat memperpanjang infeksi dan membuat mencret malah menjadi lama tak sembuh-sembuh.

Pada kasus seperti ini, dokter bisanya meresepkan antibiotik. Sedangkan diare yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya dengan atau tanpa obat.

  Jika diare disertai adanya darah dan lendir, maka segeralah berobat kedokter, karena besar kemungkinan penyebabnya adalah bakteri.

Langkah Pencegahan

Meskipun penyebab diare itu bermacam-macam, namun kita dapat mencegahnya melalui langkah-langkah berikut ini.

  • Cuci tangan lebih sering.
  • Gunakan sabun untuk mencuci tangan selama 20 detik.
  • Gunakan pembersih tangan saat tidak ada air dan sabun.
  • Mudahkan akses ke air minum yang bersih dan aman;
  • Sediakan sanitasi air yang baik;
  • Pada bayi, terapkan ASI eksklusif selama enam bulan;
  • Kebersihan pribadi yang baik dan mengonsumsi hanya makanan yang bersih;
  • Vaksinasi rotavirus.

Dengan memahami seluk beluk penyakit diare, saya berharap pembaca sekalian dapat lebih terarah harus bagaimana bertindak dalam hal pencegahan dan mencari pertolongan yang tepat apabila ada yang mengalami penyakit ini.


37 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Ratini, M. WebMD (2017). Digestive Disorder. Treatment for Diarrhea. (https://www.webmd.com/digestive-disorders/understanding-diarrhea-treatment)
Huguera, V. Healthline (2016). What Causes Diarrhea? (https://www.healthline.com/health/diarrhea/chronic-diarrhea)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app