Ataroc: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 25, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Ataroc obat apa?

Ataroc adalah obat yang digunakan untuk meredakan sesak napas akibat asma, bronkitis serta emfisema paru. Obat ini digolongkan dalam kelas adrenoseptor beta-2 kerja panjang (long acting), yang berarti efek obat ini akan lebih lama dibanding obat asma umum (short acting) seperti salbutamol dan terbutalin.

Ataroc digolongkan ke dalam jenis obat keras sehingga penggunaannya harus dengan resep dokter dan tidak boleh sembarangan. Sebagai tambahan informasi berikut kami ulas kegunaan, dosis lazim, efek samping, kontraindikasi, kemungkinan interaksi dengan obat lainnya serta informasi keamanan untuk ibu hamil atau menyusui.

Ikhtisar Obat Ataroc

Jenis obat Anti asma dan PPOK
Kandungan Procaterol hydrochloride
Kegunaan Meringankan sesak nafas akibat asma, bronkitis dan emfisema paru
Kategori Obat Resep
Konsumen Dewasa dan Anak
Kehamilan Kategori B
Sediaan Ataroc tablet 25 mcg dan 50 mcg; Ataroc syrup 60 ml

Mekanisme Kerja

Cara kerja Ataroc dapat diketahui cara kerjanya dengan mencermati mekanisme kerja bahan aktifnya yang berupa procaterol hydrochloride. Procaterol HCl merupakan preparat anti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dari golongan agonis adrenoseptor beta-2 kerja panjang (long acting).

Dengan terstimulasinya reseptor beta-2 di paru-paru menyebabkan terjadi relaksasi jaringan otot polos bronkial, atau dikenal sebagai bronkodilatasi. Dengan melemasnya otot-otot bronkial maka oksigen akan lebih mudah masuk ke paru-paru sehingga mengurangi rasa sesak yang muncul.

Indikasi atau Kegunaan Ataroc

Atarac digunakan untuk mengatasi rasa sesak atau dalam dunia medis dikenal sebagai dispnea. Terutama dispnea yang disebabkan oleh asma bronkial, bronkitis kronis atau akut dan emfisema paru-paru.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap kandungan bahan aktif obat ini atau jenis obat bronkodilator tipe agonis adrenoseptor beta-2 lainnya tidak bole mengonsumsi Ataroc.

Dosis Ataroc dan Cara Penggunaan

Ataroc tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan syrup dengan kekuatan dosis masing-masing seperti berikut:

  • Ataroc tablet: tiap tabletnya mengandung 25 mcg dan 50 mcg procaterol HCl.
  • Ataroc Syrup: tiap sendok takar (5 ml) terdapat 25 mcg procaterol HCl.

Ingat! Dosis yang tepat sesuai dengan anjuran dokter berdasarkan berat ringannya penyakit, berat badan, usia, dan lain-lain.

Adapun dosis yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:

Dosis Ataroc untuk serangan asma dan PPOK

  • Dosis dewasa: 50 mcg dua kali sehari.
  • Dosis anak-anak:
    • Umur > 6 tahun: 25 mcg atau 1 sesendok takar syrup (25 mcg), 2 kali sehari.
    • Umur < 6 tahun: 1,123 mcg atau 0,2 - 0,25 mg/kg berat badan, 2 kali sehari.

Petunjuk Penggunaan:

  • Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam. Agar lebih mudah, Anda juga bisa mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
  • Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya.  Apabila dosis berikutnya masih lama atau masih ada jarak sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Ataroc pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.

Efek Samping Ataroc

Sepertihalnya obat-obatan yang lain yang memiliki efek samping, Ataroc juga demikian. Meskipun efek itu bisa berbeda-beda pada masing-masing individu dan beberapa efek mungkin bersifat ringan atau parah bahkan hingga perlu penaganan medis. Beberapa efek samping Ataroc tersebut meliputi:

Efek Overdosis Ataroc

Belum ada data yang menunjukkan efek overdosis penggunaan Ataroc. Namun, konsumsi dalam dosis tinggi tanpa resep dokter dan dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko overdosis obat. Gejala overdosis dapat berupa angina atau nyeri dada, pusing, mulut kering, sakit kepala, mual, kram otot, detak jantung cepat hingga kejang. Jika kondisi tersebut terjadi, segera bawa penderita ke unit kesehatan terdekat agar mendapatkan perawatan tepat sesegera mungkin.

Peringatan dan Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:

  • Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami reaksi alergi saat mengonsumsi obat jenis agonis adrenoseptor beta-2, penggantian jenis obat mungkin diperlukan.
  • Perhatian harus diberikan jika obat ini diberikan pada penderita hipertiroidisme, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes melitus. Efek samping obat mungkin memperparah kondisi penyakit ini.
  • Hati-hati penggunaan pada anak-anak dan lansia serta ibu hamil atau menyusui.

Kehamilan dan Menyusui

Bolehkah Ataroc untuk ibu hamil dan menyusui?

  • Bahan aktif Ataroc berupa procaterol HCl yang diteliti pengaruhnya pada tikus tidak memberikan efek signifikan pada fertilitas tikus, namun belum ada data percobaan pada ibu hamil. Oleh karena itu penggunaannya selama kehamilan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter dan manfaatnya dirasa lebih besar dari kemungkinan efek samping yang ditimbulkan.
  • Belum diketahui apakah bahan aktif Ataroc dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui dan potensi efeknya pada bayi. Oleh karena itu penggunaannya selama masa menyusui sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter Anda terlebih dahulu.

Interaksi Obat

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, risiko efek samping dapat meningkat, obat tidak bekerja, atau bahkan menimbulkan efek beracun yang membahayakan tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang Anda konsumsi dan beritahukan kepada dokter.

Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan Ataroc, diantaranya yaitu:

  • Ephineprine, isopropenol. Meningkatkan risiko efek samping pada sistem kardiovaskular seperti peningkatan tekanan darah dan aritmia.
  • Furosemide. Meningkatkan risiko hipokalemia.

8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Hannu Tukiainen, Juha Jaakkola, Martti Torkko & Erkki O. Terho (1988) Comparison between oral procaterol and salbutamol in patients with bronchial asthma, Current Medical Research and Opinion, 11:4, 236-241, DOI: 10.1185/03007998809114242. Taylor & Francis Online. (https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1185/03007998809114242?journalCode=icmo20)
Petty, T., Brandon, M., Busse, W., Chervinsky, P., Schoenweter, W., & Beaupre, A. et al. (1988). A Comparison of Oral Procaterol and Albuterol in Reversible Airflow Obstruction. American Review Of Respiratory Disease, 138(6), 1504-1509. https://doi.org/10.1164/ajrccm/138.6.1504. ATS Journals. (https://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1164/ajrccm/138.6.1504)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app