Aspirin: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Agu 29, 2019 Waktu baca: 6 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Aspirin adalah obat untuk membantu mencegah serangan jantung, stroke, dan sebagai antiplatelet (obat untuk menghambat pembekuan darah)
  • Aspirin dikenal juga dengan nama acetosal (acetyl salicylic acid) yang dapat digunakan sebagai anti nyeri dan untuk menurunkan demam
  • Aspirin termasuk ke dalam golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang membantu pembentukan prostaglandin saat terjadi luka maupun peradangan
  • Aspirin (acetosal) termasuk obat keras yang membutuhkan resep dokter dan dipasarkan dalam bentuk tablet 80 mg, 100 mg, 160 mg atau 500 mg
  • Dosis Aspirin bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi penyakit, ikuti petunjuk dokter. Aspirin (acetosal) harus digunakan setelah makan atau bersama makanan
  • Aspirin tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil terutama pada masa kehamilan trimester 3 dan ibu menyusui karena Aspirin (acetosal) ditemukan dalam ASI
  • Klik untuk mendapatkan Aspirin atau obat saraf & otak lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD

Aspirin adalah untuk membantu mencegah serangan jantung, stroke, dan sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah). Dapat juga digunakan sebagai anti nyeri dan untuk menurunkan demam.

Cardio Aspirin mengandung acetylsalicylic acid (acetosal). Selain itu, obat ini juga digunakan sebagai anti platelet. Aspirin dikenal juga dengan nama acetosal (acetyl salicylic acid).

Obat ini termasuk ke dalam golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Enzim ini berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka dan menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Dengan menghalangi kerja enzim COX, prostaglandin lebih sedikit diproduksi, yang berarti rasa sakit dan peradangan akan mereda.

Mengenai Aspirin

Golongan

Obat Keras (K) harus dengan resep dokter

Kemasan

Aspirin (acetosal) dipasarkan berupa tablet 80 mg, 100 mg, 160 mg atau 500 mg

Kandungan

Asam asetilsalisilat (acetylsalicylic acid)

Manfaat Aspirin

Kegunaan Aspirin (acetosal) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

  • Mengobati nyeri ringan sampai sedang, misalnya pada sakit gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, sakit telinga, nyeri otot, nyeri sendi, sebagai penurun demam, dan mengatasi peradangan.
  • Membantu mencegah serangan jantung dan stroke pada penggunana dosis rendah dan jangka panjang.
  • Menghambat pembekuan darah (antiplatelet) pada orang yang berisiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
  • Aspirin (acetosal) bisa diberikan segera setelah serangan jantung untuk mencegah pembekuan dan mengurangi risiko serangan jantung atau kematian jaringan jantung.

Dosis Aspirin

Aspirin (acetosal) diberikan dengan dosis berikut :

  • Sebagai anti inflamasi pada penyakit ankylosing spondylitis, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan Systemic Lupus Erythematosus terkait arthritis dan pleuritis: 3 g/hari dalam dosis terbagi.
  • Dosis lazim dewasa untuk demam dan sebagai pereda nyeri: 325-650 mg secara oral atau rektal setiap 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 4 g/hari.
  • Dosis lazim dewasa untuk mengobati demam rematik: 80 mg/kg/hari secara oral dibagi dalam 4 dosis. Dosis maksimal 6.5 g/hari.
  • Dosis lazim dewasa untuk infark miokard: 160-162.5 mg secara oral 1 x sehari. Obat diberikan segera setelah pasien diduga menderita infark miokard akut dan lanjutkan selama 30 hari. Pada dosis pertama, obat harus dikunyah, dihancurkan, atau dihisap.
  • Dosis lazim dewasa untuk stroke iskemik: 50-325 mg secara oral 1 x sehari. Terapi harus dilanjutkan tanpa batas.
  • Dosis lazim dewasa untuk angina pektoris: 75 mg - 325 mg secara oral 1 x sehari. Mulai segera setelah angina tidak stabil didiagnosa dan diteruskan tanpa batas.
  • Dosis lazim dewasa untuk profilaksis (pencegahan) angina pektoris, tromboemboli stroke, infark miokard, stroke iskemik, prosedur revaskularisasi: 75 mg - 325 mg secara oral 1 x sehari. Diteruskan tanpa batas.
  • Untuk koroner artery bypass graft (CABG): 325 mg secara oral 1 x sehari. Mulai 6 jam setelah prosedur dan berlanjut selama 1 tahun atau tanpa batas waktu.

Aspirin (acetosal) harus digunakan setelah makan atau bersama makanan. Pasien harus cukup terhidrasi (cukup cairan) sebelum menggunakan aspirin (acetosal).

Kontraindikasi

  • Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap  aspirin (acetosal), ibuprofen atau naproxen, atau NSAID secara umum.
  • Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki intoleransi salisilat.
  • Sebaiknya jangan memberikan obat ini untuk anak-anak usia di bawah 16 tahun, karena potensi terjadinya sindrom reye (penyakit yang terkait dengan penggunaan aspirin atau salisilat lainnya pada anak-anak selama episode infeksi virus atau bakteri). (Baca juga obat demam anak, pilih paracetamol, ibuprofen atau aspirin?).
  • Jangan digunakan untuk orang yang memiliki tukak peptik yang aktif, hemofilia atau gangguan perdarahan lain.
  • Penggunaan obat ini sebagai penurun panas pada kasus demam berdarah tidak boleh dilakukan karena bisa meningkatkan perdarahan.
  • Orang yang memiliki penyakit ginjal, hiperurisemia, atau gout sebaiknya tidak menggunakan obat ini karena menghambat kemampuan ginjal mengekskresikan asam urat, sehingga dapat memperburuk kondisi pasien.
  • Jangan menggunakan obat ini pada pasien asma, rhinitis, dan polip hidung. Aspirin dapat menyebabkan urtikaria parah, angioedema, atau bronkospasme pada pasien ini.
  • Penggunaan pada pasien dengan gangguan hati berat tidak dianjurkan karena potensi peningkatan risiko pendarahan yang signifikan secara klinis dan efek samping lainnya.
  • Penggunaan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (CrCl kurang dari 10 mL / menit) tidak dianjurkan karena potensi peningkatan risiko toksisitas salisilat.
  • Tidak boleh digunakan oleh wanita hamil pada trimester 3 dan menyusui.

Efek samping Aspirin

Berikut adalah beberapa efek samping aspirin (acetosal) yang mungkin terjadi :

  • Gangguan pada saluran pencernaan, misalnya perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus yang bisa berakibat fatal. Gejala yang muncul sering dalam bentuk mual dan muntah. Jika pemakaian dalam dosis tinggi atau untuk waktu yang lama, merokok, atau minum alkohol, meski digunakan bersama makanan tidak akan mengurangi efek samping ini.
  • Menyebabkan anemia hemolitik pada orang yang secara genetik memiliki penyakit defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, terutama dalam dosis besar dan tergantung pada beratnya penyakit.
  • Penggunaan dosis besar bisa menyebabkan tinnitus (telinga berdenging), urine berwarna gelap, dan mata atau kulit berwarna kuning. Efek ini hanya sementara.
  • Sindrom reye, meskipun kejadiannya jarang namun sangat fatal. Sindrom Reye adalah sebuah penyakit yang jarang namun parah yang ditandai dengan ensefalopati akut dan hati berlemak. Penyakit ini dapat terjadi bila anak-anak atau remaja diberikan aspirin (acetosal) untuk demam atau penyakit lain atau infeksi.
  • Gejala alergi, termasuk gatal-gatal, bengkak, dan sakit kepala. Reaksi ini disebabkan oleh intoleransi salisilat.
  • Aspirin dan NSAID lainnya, seperti ibuprofen, dapat menunda penyembuhan luka kulit.

Interaksi Obat

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Aspirin adalah:

  • Alkohol atau warfarin, mifepristone, methotrexate, asam valproate, dan obat herbal seperti ginko biloba: meningkatkan risiko perdarahan perut.
  • Kombinasi dengan clopidogrel atau warfarin: meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna atas.
  • Vitamin C: menurunkan jumlah kerusakan lambung dibandingkan dengan mengambil Aspirin (acetosal) saja.
  • Acetazolamide dan amonium klorida: meningkatkan efek intoleransi salisilat dan meningkatkan risiko perdarahan gastrointestinal.
  • Kortikosteroid: mengurangi konsentrasi Aspirin (acetosal).
  • Ibuprofen: dapat meniadakan efek antiplatelet.
  • Aktivitas farmakologi spironolactone: efektivitas berkurang jika digunakan bersamaan dengan Aspirin (acetosal).

Perhatian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat Aspirin adalah sebagai berikut :

  • Tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena Aspirin (acetosal) ditemukan dalam ASI.
  • Hati-hati penggunaan pada lansia karena mereka lebih sensitif terhadap efek obat ini, terutama perdarahan perut dan masalah ginjal.
  • Karena NSAID dapat menyebabkan retensi cairan dan edema, perhatian harus diberikan pada pasien dengan gagal jantung atau yang sudah pernah mengalami retensi cairan.
  • Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis, karena dapat menyebabkan penurunan sementara dalam fungsi ginjal.
  • Hati-hati jika menggunakan aspirin bersamaan dengan suplemen yang memiliki sifat menghambat COX-2, seperti ekstrak bawang putih, kurkumin, bilberry, kulit kayu pinus, ginkgo, minyak ikan, resveratrol, genistein, quercetin, resorsinol, dan lain-lain karena bisa meningkatkan erosi mukosa lambung.
  • Aspirin (acetosal) dapat menyebabkan pusing atau mengantuk, yang akan lebih buruk jika pasien juga mengonsumsi alkohol. Jangan mengemudi atau menyalakan mesin selama pemakaian obat ini.
  • Laporkan kepada dokter atau dokter gigi Anda terutama jika Anda direncanakan untuk dilakukan prosedur bedah.

Penggunaan Aspirin oleh wanita hamil

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan Aspirin (acetosal) ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

Pada usia kehamilan trimester 3 (jika digunakan dalam dosis penuh) dikategorikan ke dalam kategori D :

Terbukti berisiko terhadap janin manusia berdasarkan bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing maupun  studi terhadap manusia. Namun jika manfaat yang diperoleh dipandang lebih tinggi dari resiko yang mungkin terjadi, obat ini bisa diberikan.

Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung Aspirin (acetosal) oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.

Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat aspirin (acetosal) harus sesuai dengan yang dianjurkan.

Artikel terkait:


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app