Penyebab Air Kencing Berbusa dan Pengobatannya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Penyebab Air Kencing Berbusa dan Pengobatannya

Jika normalnya warna urine itu jernih berwarna kekuningan, maka Anda tentu bertanya-tanya ketika mengalami air kencing berbusa. Ada kekhawatiran tersendiri, jangan-jangan ada penyakit berbahaya yang menyebabkannya. Apa penyebab air seni (urine) berbusa? dan apa yang harus dilakukan?

Produk limbah metabolisme tubuh dikeluarkan oleh ginjal melalui urine. Urin atau air kencing ini merupakan hasil dari kerja ginjal setelah menyaring seluruh darah yang beredar dalam tubuh.

Air kencing normalnya berupa cairan encer berwarna putih sampai kekuningan dan jernih. Urine mengandung air, asam urat, urea, pigmen anorganik, amonia, dan sel-sel darah yang telah rusak.

Busa atau buih umumnya tidak ada dalam urin yang normal, sehingga apabila Anda mengalami air kencing berbusa, maka bisa jadi disebabkan oleh kondisi tubuh yang kurang sehat.

Namun nyatanya tidak melulu karena penyakit. Air kencing berbusa juga bisa terjadi karena Anda menahan kencing dalam waktu yang lama. Ketika kandung kemih yang sudah penuh dikemihkan, maka akan air kencing akan membentur toilet cukup cepat dan kuat sehingga menjadi berbusa.

Penyebab lainnya yaitu akibat kekurangan minum air putih, pada kondisi ini urine menjadi begitu pekat sehingga berpotensi membentuk buih. Baca bahasan kami tentang Bahaya Akibat Kurang Minum Air Putih.

Penyebab Air Kencing Berbusa (Oleh Penyakit) dan Solusinya

Protein dalam Urin

Adanya sejumlah besar protein dalam urin merupakan faktor utama yang bisa menyebabkan air seni berbusa. sejumlah kecil protein dapat secara alami dikeluarkan dalam urin dan tidak menandakan apa-apan.

Namun ketika protein diekskresikan dalam jumlah besar (proteinuria), maka bisa ditandai dengan air kencing berbusa.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Normalnya, protein dalam darah tidak bisa keluar dalam urin karena ada penyaring ekstra lembut oleh glomeruli ginjal. Namun, beberapa kondisi dapat menyebabkan protein lolos dari sistem penyaringan tersebut, hal ini terjadi pada kasus:

( ! ) Adanya protein dalam urin dalam jumlah yang banyak (proteinuria) adalah penyebab utama dari air seni berbusa.

Pengobatan:

Pada kasus ini, maka para ahli merekomendasikan untuk mengurangi asupan suplemen protein atau makanan tinggi protein lainnya. Selanjutnya diperlukan konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat menyebabkan air kencing berbusa. Hal ini biasanya disertai dengan rasa sakit terbakar saat buang air kecil (disuria), yang merupakan gejala utama dari ISK. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi menghasilkan busa dalam urin seseorang. Lebih lanjut pelajari sini: 12 Gejala Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Pengobatan:

ISK dapat terdeteksi secara pasti melalui pemeriksaan urin dan dapat diobati dengan antibiotik. Pasien juga disarankan untuk meningkatkan asupan cairan alias banyak minum agar dengan cepat dapat mengusir mikroorganisme penyebab infeksi.

Fistula 

Pada beberapa orang, fistula atau saluran tidak normal yang dapat berkembang antara kandung kemih dan usus (usus besar), dan ini disebut fistula vesicocolic. Pada kondisi ini kandung kemih menjadi bengkak dan cairan menumpuk di bawah kulit. Buih atau busa bisa terbentuk, dan saat buang air kecil, urin menjadi berbusa.

Karena adanya hubungan antara andung kemih dan usus besar, maka urin juga bisa berbau tak sedap dan mungkin mengandung beberapa kotoran. Ini bukanlah kondisi normal dan mungkin merupakan tanda dari penyakit yang mendasarinya seperti penyakit Crohn atau tumor.

Segera lakukan pemeriksaan dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Semen di Urine

Setelah hubungan seksual, air mani (semen) dapat tertahan di uretra kemudian keluar bersama urin. Kalau jumlahnya sedikit, maka air mani biasanya tidak menyebabkan air kencing berbusa, lain halnya jika jumlahnya lumayan banyak.

Kondisi lain yang disebut ejakulasi retrograde juga dapat mengakibatkan sejumlah besar semen akan kembali ke kandung kemih. Kondisi ini seringkali menyebabkan air seni berbusa. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Penyakit Ginjal

Orang dengan penyakit ginjal sebagai komplikasi dari diabetes atau batu ginjal juga dapat mengalami air kencing berbusa. Untuk mendiagnosis penyakit ginjal urinalisis sederhana dapat dilakukan, diikuti dengan tes lain yang relevan seperti tes dipstick dan tes darah lainnya.

Penampungan urin 24-jam juga mungkin diperlukan untuk evaluasi fungsi ginjal secara lebih akurat.

Pengobatan:

Bagi yang memiliki diabetes, maka harus rutin mengonsumsi obat diabetes dan rajin memeriksakan kadar gula darahnya. Di samping itu juga perlu mengatur pola makan dan aktifitas fisik yang sehat.

Bagi yang memiliki penyakit ginjal, maka pastikan terlebih dahulu apa jenis penyakitnya. Pengobatan akan menyesuaikan dengan jenis penyakit dan kondisi fisik secara keseluruhan.

Apa yang harus diwaspadai jika mengalami air seni berbusa?

Jika urin Anda berbusa, maka Anda juga harus mencari gejala lainnya. Gejala tambahan bisa menjadi petunjuk bahwa ada penyakit serius yang menyebabkannya. Jadi perhatikan gejala berikut:

  • Pembengkakan pada tangan, kaki, wajah, dan perut, yang bisa menjadi tanda dari penumpukan cairan dari ginjal yang rusak.
  • Kelelahan.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Kesulitan tidur.
  • Perubahan jumlah urin yang dihasilkan.
  • Urin keruh.
  • Urin berwarna gelap.

Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas yang menyertai air kencing berbusa, maka segeralah temui dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app