Vulvitis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 3, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Mar 15, 2019 Waktu baca: 4 menit

Apakah Vulvitis?

Beberapa masalah pada wanita yang sering kita jumpai selain keputihan dan vaginitis, salah satunya adalah vulvitis. Vulvitis merupakan suatu proses peradangan yang terjadi pada vulva wanita. Yang mana vulva adalah lipatan kulit pada bagian paling luar dari organ kelamin wanita, namun sering disalahartikan sebagai vagina. Vagina merupakan liang atau saluran yang terletak lebih dalam setelah melewati vulva. Vulva sendiri terdiri dari 2 labia (bibir) mayora, 2 labia minora, dan klitoris.

Kondisi vulvitis ini bisa terjadi pada wanita dalam semua rentang usia terutama berisiko sangat tinggi pada anak-anak perempuan sebelum memasuki masa pubertas dan wanita postmenopause.

Sebab pada usia tersebut utamanya kadar hormon esterogen biasanya rendah sehingga kondisi vulva bisa menjadi lebih kering dan mudah mengalami iritasi. Untuk mengetahui lebih dalam tanda-tanda hingga cara mengobati vulvitis, ayo baca artikel dibawah ini ! 

Penyebab Vulvitis

Apa sih penyebab vulvitis ?

Ada banyak faktor kondisi yang dapat menyebabkan peradangan pada vulva atau vulvitis termasuk beberapa hal yang tidak kita sadari sebelumnya. Penyebabnya yang termasuk adalah seperti akibat infeksi baik itu disebabkan bakteri, virus, atau jamur contohnya pada seseorang yang terkena bakteri klamidia, herpes genital, jamur candida, infeksi HPV, dan kutu skabies. 

Bahan-bahan yang bersifat iritasi juga salah satu penyebab tersering terjadinya vulvitis dan bahkan sampai alergi akibat penggunaan tissue toilet, sabun mandi, shampoo, bedak, pakaian dalam yang bukan berbahan katun, dan kebiasaan menunggang kuda, serta kebiasaan berenang di fasilitas umum; penyakit kulit dalam jangka seperti psoriasis, seborrhea, dan lichen planus juga dapat mempengaruhi kondisi vulva. 

Perubahan hormonal seperti esterogen; dan adanya abnormalitas jaringan sehingga muncul benjolan atau luka; serta penggunaan terapi penyinaran dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hal-hal yang telah disebutkan diatas, kebanyakan tergantung dari kebiasaan individu terutama dalam menjaga kebersihan diri terutama organ intim khususnya pada wanita.

Tanda dan Gejala Vulvitis

Tanda-tanda atau gejala yang timbul pada seseorang yang terkena vulvitis ada beragam, utamanya tergantung dari apa sih penyebab peradangannya. Namun tanda yang paling sering ditemukan pada penderita vulvitis adalah adanya cairan abnormal yang keluar dari alat kelamin wanita, dikatakan abnormal karena jumlah cairan yang keluar sangat berlebih dengan keadaan kental dan bau yang tidak enak dan menyengat, serta terkadang disertai rasa gatal ataupun nyeri atau sering disebut dengan terjadinya keputihan. 

Selain tanda tersebut, gejala lainnya pada vulvitis yang dapat dijumpai seperti rasa gatal pada area alat kelamin yang utamanya pada malam hari, kulit pada daerah vulva seperti terasa terbakar dan kulit tersebut menjadi seperti pecah-pecah, kulit bersisik atau kasar dan area putih yang menebal pada vulva akibat dari infeksi jamur, pada vulva juga biasanya menjadi bengkak dan merah, dan paling parah bisa sampai muncul benjolan berisi cairan pada daerah vulva yang bisa pecah.

Pencegahan Vulvitis

Kejadian vulvitis ini dapat terjadi berulang dan tidak jarang juga hal ini disebabkan oleh karena kebersihan dan kebiasaan buruk dari pasiennya. Ada beberapa cara yang bisa disarankan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya vulvitis seperti menghentikan kebiasaan yang bisa menyebabkan iritasi pada daerah organ kelamin seperti kebiasaan menggunakan celana jeans yang ketat.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:

  • Selalu mengganti pakaian dalam yang basah akibat keringat dari aktivitas yang berlebih ataupun setelah berenang
  • Rajin membersihkan organ kelamin minimal sekali sehari menggunakan air hangat
  • Hindari penggunaan alat pencuci vagina yang mengandung tambahan parfum
  • Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dalam berhubungan 

Jadi dengan mengurangi kebiasaan-kebiasaan diatas dapat mengatasi terjadinya peradangan vulva selain penggunaan obat kimiawi.

Pengobatan Vulvitis ?

Untuk menentukan diagnosis, dokter akan memeriksa panggul pasien dan melihat tanda-tanda yang mengindikasikan vulvitis, seperti merah, bengkak, benjolan berisi cairan (blister), keputihan atau luka pada vulva.

Pemeriksaan penunjang juga akan dilakukan seperti tes darah, tes urine, dan pap smear guna mendeteksi penyebab peradangan atau infeksi hingga tanda-tanda kanker. Terkadang diperlukan mengambil sampel jaringan kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop (biopsi kulit), apabila vulvitis tidak membaik dengan pengobatan yang sudah dilakukan.

Untuk mengobati vulvitis biasanya perlu dipertimbangkan beberapa faktor seperti usia, riwayat kesehatan sekarang dan sebelumnya pasien, penyebab penyakit, tingkat keparahan gejala yang ada, dan toleransi terhadap penggunaan obat-obatan tertentu. Sehingga sangat perlu untuk segera dikonsultasikan ke dokter. 

Secara garis besar, jika vulvitis disebabkan oleh infeksi, maka pemberian obat antibiotik, antijamur, atau antivirus menjadi pilihan paling tepat tergantung lagi organisme penyebabnya. 

Selain itu ditambahkan obat salep kortikosteroid setiap hari yang bertujuan mengurangi radang akibat iritasi yang terjadi dan rasa gatal yang berlebih, atau bisa juga ditambahkan pemberian krim emolien dan tablet antihistamin sebagai pendukung untuk menghilangkan rasa gatalnya. 

Namun apabila penyebab dari peradangan vulva pada pasien oleh karena penurunan kadar esterogen seperti umumnya pada wanita yang telah menopause, bisa diatasi dengan pemberian krim, pessarium atau tablet vagina dengan kandungan estrogen.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Blake, et al.. Healthline (2016). Vulvovaginitis. (https://www.healthline.com/health/vulvovaginitis)
Delvin, D. NetDoctor (2012). Vulvitis. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4758420/)
Newson, L. Patient (2015). Vulvitis. (https://patient.info/doctor/vulvitis-pro)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app