Stroke Sebagai Komplikasi Setelah Operasi

Dipublish tanggal: Jun 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Stroke Sebagai Komplikasi Setelah Operasi

Tanpa diragukan lagi, operasi setelah masalah kesehatan serius telah menunjukkan hasil besar dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. 

Bagi seseorang yang menderita masalah jantung, kanker, dan bahkan nyeri sendi, berbagai operasi dapat menawarkan kemungkinan pemulihan yang besar, tetapi prosedur operasi juga dapat menimbulkan komplikasi dalam prosesnya.

Hal yang penting diketahui oleh semua orang yang menjalani operasi yaitu prosedur operasi dapat membuat seseorang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, dan komplikasi salah satunya menderita serangan stroke. 

Khusus untuk operasi yang melibatkan jantung, kemungkinan resiko terkena stroke cukup besar, sedangkan operasi yang tidak melibatkan jantung berhubungan dengan penurunan resiko stroke. 

Mempelajari tentang kerentanan seseorang yang akan menjalani operasi dalam kedua keadaan tersebut dapat memberikan pemahaman dan persiapan yang lebih baik sebelum menjalankan operasi.

Meskipun stroke perioperatif jarang terjadi selama operasi non-vaskular risiko rendah, meskipun terjadi, kondisi tersebut dapat berdampak negatif terhadap pemulihan dari operasi dan hasil fungsional. 

Faktor-faktor yang berhubungan dengan stroke perioperatif termasuk usia, jenis kelamin, riwayat stroke atau serangan iskemik transien, operasi jantung (bedah aorta, operasi katup mitral, atau bedah cangkok bypass arteri koroner), dan bedah saraf (bedah bypass karotis eksternal karotis karotis, endarterektomi karotis) , atau kliping aneurisma.

Faktor resiko terjadinya Stroke setelah operasi

Usia

Insiden terjadinya stroke meningkat dengan bertambahnya usia sebanyak enam kali lipat pada orang yang lebih tua. Usia lanjut bukanlah penyebab stroke semata, melainkan penanda meningkatnya terjadinya aterosklerotik. 

Risiko terjadinya stroke setelah operasi lebih tinggi pada seseorang yang lebih tua dengan penyakit kardiovaskular daripada orang yang lebih muda tanpa faktor risiko penyakit vaskular. 

Selain itu, usia lanjut juga dikaitkan dengan lebih banyak penyakit serebrovaskular yang tidak terdiagnosis dan ada risiko kumulatif, penyakit hipertensi yang hidup berdampingan, aterosklerosis, diabetes mellitus, dan penyakit jantung.

Riwayat Stroke sebelumnya

Seorang dengan riwayat stroke sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya stroke setelah operasi. Hingga 85% seseorang dengan riwayat stroke selamat dari episode stroke pertama dan tetap berisiko mengalami komplikasi serebrovaskular di masa depan. 

Dalam operasi jantung, riwayat penyakit serebrovaskular adalah prediktor stroke preoperatif terkuat. Demikian juga, penyakit arteri karotis dan aterosklerosis aorta asendens telah meningkatkan kejadian stroke setelah operasi jantung.

Dan faktor resiko lain seperti:

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Stroke setelah operasi

Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya stroke setelah operasi:

  • Hindari kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol
  • Jangan menggunakan obat-obatan sebelum menjalankan operasi kecuali telah disarankan oleh dokter
  • Hindari kegiatan atau aktivitas yang dapat memicu terjadinya stress
  • Ikuti instruksi yang telah diberikan dokter sebelum dan sesudah menjalankan operasi
  • Jika Anda memiliki riwayat diabetes atau hipertensi, konsumsilah obat-obatan sesuai yang telah disarankan oleh dokter untuk menjaga gula darah dan tekanan darah Anda tetap terkontrol
  • Sebelum melakukan operasi jaga kesehatan Anda agar terhindar dari infeksi

Karena saat melakukan tindakan operasi tubuh Anda akan dibuka, dokter biasanya akan meminta Anda untuk berhenti minum obat pengencer darah beberapa hari atau beberapa minggu sebelum jadwal operasi , karena operasi akan menyebabkan terjadinya perdarahan

Namun, orang-orang yang perlu minum obat pengencer darah seperti aspirin untuk mencegah stroke biasanya akan memiliki risiko yang lebih tinggi akan terjadinya penggumpalan darah saat orang tersebut berhenti mengkonsumsi obat pengencer darah. 

Para peneliti menyebutkan bahwa tidak ada solusi yang mudah untuk kondisi tersebut, sehingga risiko perdarahan saat operasi harus ditimbang baik-baik dengan risiko penggumpalan darah sebelum operasi.

Serangan stroke setelah tindakan operasi adalah komplikasi operasi yang berpotensi merusak. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena berkaitan dengan kondisi yang serius dan kematian. Para peneliti mengulangi pentingnya evaluasi pra operasi yang cermat untuk mengidentifikasi kemungkinan faktor risiko. 

Stabilitas hemodinamik pada periode perioperatif tentu merupakan perbaikan mendasar. Dengan strategi manajemen yang ketat, komplikasi terjadinya stroke setelah tindakan operasi dapat berhasil dihentikan seminimal mungkin.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Migraine sufferers have a higher risk for stroke after surgery. Harvard Health. (https://www.health.harvard.edu/headache/migraine-sufferers-have-a-higher-risk-for-stroke-after-surgery)
Perioperative stroke: pathophysiology and management. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5809704/)
Ischemic stroke after surgical procedures: clinical features, neuroimaging, and risk factors. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9566369)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app