Spondylosis Cervical: Nyeri Tulang Leher yang Sering Menyerang Lansia

Kondisi ini terjadi karena struktur tulang rawan dan tulang mengalami keausan. Meskipun sebagian besar kondisi ini disebabkan akibat usia, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Dipublish tanggal: Agu 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Spondylosis Cervical: Nyeri Tulang Leher yang Sering Menyerang Lansia

Spondylosis cervical adalah suatu kondisi umum yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi sendi dan diskus pada tulang belakang bagian leher (cervical). 

Kondisi ini juga dikenal sebagai osteoarthritis cervical atau peradangan sendi leher.

Kondisi ini terjadi karena struktur tulang rawan dan tulang mengalami keausan. Meskipun sebagian besar kondisi ini disebabkan akibat usia, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Beberapa orang yang mengalami kondisi ini tidak pernah mengalami gejala apapun. Sedangkan pada beberapa kasus yang lain, kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit kronis, dan kekakuan. 

Penyebab spondylosis cervical

Tulang dan tulang rawan pelindung di leher Anda cenderung aus dan robek yang dapat menyebabkan spondylosis cervical. Kemungkinan penyebab kondisi termasuk:

1. Pertumbuhan taji tulang

Pertumbuhan tulang yang berlebih adalah hasil dari tubuh yang mencoba menumbuhkan tulang ekstra untuk membuat tulang belakang yang lebih kuat. 

Namun, tulang ekstra ini dapat menekan struktur lunak pada tulang belakang, seperti sumsum tulang belakang dan saraf, yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit.

2. Dehidrasi sumsum tulang belakang

Tulang belakang  memiliki cakram yang berfungsi sebagai bantalan, bantalan tersebut berfungsi untuk menyerap guncangan dan mobilitas. Bahan seperti gel di dalam cakram ini dapat mengering seiring waktu. 

Kondisi ini menyebabkan tulang (tulang belakang) saling bergesekan, yang bisa terasa menyakitkan. Proses ini dapat mulai terjadi di usia 30-an Anda.

3. Hernia sumsum tulang belakang

Cakram tulang belakang dapat mengalami keretakan, yang menyebabkan terjadinya kebocoran bahan-bahan yang terkandung di dalam cakram tulang sehingga menyebabkan herniasi. 

Terjadinya herniasi dapat menyebabkan penekanan saraf tulang belakang dan saraf tepi, sehingga menghasilkan gejala seperti mati rasa, serta nyeri menjalar ke lengan. 

Faktor risiko penyebab terjadinya spondylosis cervical

Faktor risiko terbesar penyebab terjadinya spondylosis cervical adalah penuaan. Spondylosis cervical biasanya berkembang sebagai akibat dari perubahan struktur pada sendi leher Anda seiring bertambahnya usia. 

Herniasi diskus, dehidrasi, dan taji tulang adalah semua hasil akibat penuaan.

Faktor-faktor selain penuaan dapat meningkatkan risiko spondylosis cervical. Ini termasuk:

  • cedera leher
  • kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang memberi tekanan ekstra pada leher Anda karena mengangkat beban berat.
  • memposisikan leher dalam posisi yang tidak nyaman untuk periode waktu yang lama atau mengulangi gerakan leher yang sama sepanjang hari (stres berulang)
  • faktor genetik (riwayat keluarga spondylosis cervical)
  • merokok
  • kelebihan berat badan dan tidak aktif

Gejala spondylosis cervical

Kebanyakan orang dengan spondylosis cervical biasanya tidak memiliki gejala yang signifikan. Jika gejalanya benar-benar muncul, dapat berkisar dari ringan hingga berat dan dapat berkembang secara bertahap atau terjadi secara tiba-tiba.

Salah satu gejala yang paling umum adalah rasa nyeri di sekitar tulang belikat. Nyeri juga bisa muncul di lengan dan jari. Rasa sakit mungkin meningkat ketika:

  • duduk
  • bersin
  • batuk
  • memiringkan leher

Gejala umum lainnya adalah kelemahan otot. Kelemahan otot membuat seseorang sulit untuk mengangkat lengan atau memegang benda dengan kuat.

Tanda-tanda umum lainnya termasuk:

Gejala yang jarang terjadi adalah hilangnya keseimbangan dan hilangnya kontrol kandung kemih atau usus. Jika gejala-gejala ini muncul, Anda memerlukan perhatian medis segera.

Apa penanganan yang tepat untuk mengatasi spondylosis cervical?

Jika dokter mencurigai spondylosis cervical, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pencitraan untuk menentukan bagian tulang belakang mana yang mengalami kerusakan.

Pemeriksaan pencitraan

Penegakan diagnosa spondylosis cervical dilakukan dengan mengeksklusi kondisi lain, seperti fibromyalgia. Penegakan diagnosis juga dilakukan untuk memeriksa pergerakan dan menentukan saraf, tulang, dan otot yang terkena. 

Berikut beberapa pemeriksaan pencitraan yang paling sering digunakan di Indonesia yang mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosa kondisi ini :

  • Sinar-X dapat digunakan untuk memeriksa taji tulang dan kelainan lainnya.
  • Pemindaian MRI, yang menghasilkan gambar menggunakan gelombang radio dan medan magnet, membantu dokter Anda menemukan saraf terjepit dan struktur jaringan lunak di sekitar tulang secara lebih detail.

Pengobatan spondylosis cervical

Perawatan untuk spondylosis cervical berfokus pada penanganan gejala. 

Oleh karena itu penanganan dapat dilakukan dengan pemberian obat penghilang rasa sakit, menurunkan risiko kerusakan permanen, dan membantu Anda menjalani kehidupan yang normal. 

Penanganan spondylosis cervical dapat dicapai dengan :

  • Terapi fisik
  • Obat-obatan
  • Operasi

5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Spondylosis: Causes, risk factors, and symptoms. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/312598)
Cervical spondylosis: Exercises, treatment, and symptoms. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/172015)
The incidence of cervical spondylosis decreases with aging in the elderly, and increases with aging in the young and adult population: a hospital-based clinical analysis. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4716725/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app