Penyakit Flek Paru-Paru: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Penyakit Flek Paru-Paru: Gejala, Penyebab, Pengobatan

“Dokter mengatakan saya mengidap flek paru-paru. Apa artinya itu? Apakah flek paru-paru sama artinya dengan penyakit TBC?” Ya, flek paru-paru memang merupakan nama lain dari penyakit TBC paru.

Penyakit menular ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Tak hanya berisiko menulari orang sehat lainnya, infeksi yang menyerang paru-paru ini juga dapat menyebar ke organ tubuh lain dari tubuh si penderita, bila tidak segera ditangani. Sebut saja TBC kelenjar, usus, tulang, dan lain-lain.

foto rongsen paru-paru normal vs flek paru-paru

Apa Penyebab Flek Paru-paru?

Tersangka utama penyebab flek paru-paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis atau M tuberculosis. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui semburan/ percikan dahak atau ingus yang dikeluarkan penderita. Oleh sebab itu, saat Anda menjenguk pasien flek paru-paru, janganlah berdiri terlalu dekat. Dan mintalah ia untuk selalu menutup mulut atau hidungnya, entah saat bicara, bersin, ataupun batuk. Tisu yang dipakai untuk menutup tersebutpun harus segera dibuang dan dibakar agar bakterinya mati dan tak sampai menginfeksi orang lain.

Sayangnya, kebanyakan orang yang dinyatakan menderita flek paru-paru awalnya tidak tahu sama sekali kalau dirinya sudah terjangkit bakteri ini sejak lama. Hal ini dikarenakan bakteri dapat masuk tahap tidak aktif selama beberapa tahun lamanya, lalu sesudah itu, menjadi aktif. Ini juga membuat mereka yang dulunya pernah kena TBC, memiliki risiko lebih besar terjangkit lagi di kemudian hari.

Akan tetapi tak semua penderitanya pasti mengalami ciri-ciri yang sama seperti yang disebutkan di atas, ada juga yang mendapati dirinya langsung positif TBC hanya beberapa minggu setelah infeksi pertama.

Siapa yang berisiko terjangkit flek paru-paru ini?

Orang tua, bayi baru lahir, serta mereka yang lemah sistem kekebalan tubuhnya misalnya karena kemoterapi, diabetes, terinfeksi HIV/ AIDS, memiliki risiko terkena TBC lebih besar ketimbang lainnya. Akan tetapi, mereka yang tak termasuk golongan di ataspun juga berisiko terjangkit TBC bila ia tinggal atau berada dekat dengan penderita TBC, hidup di lingkungan kurang bersih, serta kurang gizi.

Seperti apa Ciri-ciri dan Gejala flek paru-paru?

Pada tahap awal, flek paru-paru mungkin tidak menimbulkan gejala apapun seperti yang disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, deretan gejala berikut bisa juga muncul, di antaranya seperti:

Guna memastikan apakah seseorang benar-benar menderita flek paru-paru atau tidak, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan baik secara fisik maupun melalui tes tertentu.

Untuk pemeriksaan fisik, dokter akan mengamati ada-tidaknya:

  • Pembengkakan/ kapal yang muncul pada jari tangan atau kaki (biasanya ditemukan pada penderita TBC kronis).
  • Pembengkakan atau melunaknya urat limpa di leher atau bagian tubuh lainnya.
  • Cairan di sekitar paru-paru.
  • Bunyi pernafasan yang tidak biasanya.

Sedangkan untuk tesnya, pasien mungkin harus menjalani:

  • Bronkoskopi (tes menggunakan alat khusus yang dimasukkan dalam bronkus).
  • CT scan khusus dada.
  • X-ray di bagian dada.
  • Tes darah untuk mendeteksi ada-tidaknya infeksi TBC.
  • Pengambilan sample air liur/ dahak/ ingus.
  • Torasentesis (prosedur untuk menyedot cairan yang terdapat dalam ruang antara lapisan luar paru-paru dan dada).
  • PPD (uji kulit tuberkulin).
  • Biopsi jaringan tubuh yang terinfeksi.

Pengobatan Flek Paru-paru

Jika hasil diagnosanya positif, maka pasien harus langsung menjalani perawatan agar infeksi dapat segera disembuhkan. Biasanya pasien diharuskan mengonsumsi beberapa jenis obat selama 6 bulan atau lebih. Dalam praktiknya, pasien sebaiknya tidak lalai mengonsumsi obat sesuai anjuran pakai yang ditetapkan dokter. Bila lalai,maka ini dapat menyebabkan infeksi semakin sulit ditangani. Hal ini dikarenakan bakterinya telah menjadi kebal terhadap obat yang diberikan.

Sedangkan bagi pasien yang harus menjalani pengobatan melalui terapi observasi, maka ia biasanya harus opname di rumah sakit selama 2-4 minggu agar penyakitnya tak sampai menulari orang sekitar.

Hal lain yang perlu diketahui ketika pengobatan berlangsung adalah adalah beberapa gejala seringkali justru memburuk pada 2-3 minggu setelah pasien menjalani perawatan. Hasil sinar X juga bisa jadi tak menunjukkan dampak signifikan dari pengobatan yang dijalankan hingga beberapa bulan lamanya. Oleh sebab itu, deteksi dan penanganan segera harus dilakukan kalau Anda merasa diri mungkin terinfeksi TBC.

Selengkapnya simak: Pengobatan TBC Paru dan Ekstra Paru

Kalau tidak segera ditangani, maka TBC dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang sifatnya permanen. Dan seperti disinggung sebelumnya, organ lain juga bisa terkena imbasnya, misalnya seperti menurunnya daya lihat, perubahan warna urin dan air mata (menjadi oranye atau kecoklatan), muncul ruam kulit, hingga radang liver.

Bagaimana cara mencegahnya?

Untungnya penyakit TBC ini dapat dicegah, bahkan oleh mereka yang mungkin pernah berada dekat dengan penderitanya. Anda tinggal melakukan uji kulit tuberkulin (PPD) sesegera mungkin di rumah sakit untuk mengetahui apakah kulit pernah terpapar bakteri M tuberculosis atau tidak. Cara pencegahan lain dari gangguan flek paru-paru ini adalah melalui vaksin BCG.

Demikianlah beberapa ulasan yang dapat kami sampaikan mengenai flek paru-paru. Semoga menambah wawasan kita semua.


42 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tintinalli JE, et al., eds. Tuberculosis. In: Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 8th ed. New York, N.Y.: McGraw Hill Education; 2016. https://accessmedicine.mhmedical.com.
Tuberculosis (TB): Who should be tested. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/tb/topic/testing/whobetested.htm.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app