Fistula Ani - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Fistula ani adalah kondisi medis adanya saluran kecil yang menghubungkan antara bagian akhir usus besar dan kulit di sekitar anus. Saluran kecil ini bukanlah sesuatu yang normal dan tentu saja akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Saluran atau fistula bisa menyebabkan perdarahan dan keluarnya cairan (discharge) ketika feses melewati bagian tersebut dan juga bisa menimbulkan rasa nyeri.

Fistula ani bisa terjadi akibat tindakan operasi yang bertujuan mengeluarkan (drainase) abses atau nanah ketika ada infeksi pada anus. Namun, tanpa tindakan operasi pun infeksi dekat anus yang menyebabkan terkumpulnya nanah (abses) di jaringan sekitarnya juga bisa menyebabkan fistula ani. Hal ini bisa terjadi karena ketika pus (nanah) dikeluarkan maka akan meninggalkan saluran kecil setelahnya.

Gejala fistula ani sungguh tidak menyenangkan bagi penderitanya, misalnya rasa tidak nyaman, iritasi kulit, keluar cairan terus-meneus yang tidak membaik dengan sendirinya, dan sebagainya. Kalau sudah begini, maka untuk mengatasinya diperlukan tindakan pembedahan.

Fistula ani biasanya lebih sering terjadi pada laki laki dibanding perempuan. Kasus ini bisa terjadi pada usia 20 tahun hingga 40 tahun. Namun demikian, bisa juga terjadi pada bayi dan anak – anak, biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau cacat bawaan.

Kasus fistula ani sebenarnya cukup jarang terjadi. Angka kejadianya berkisar antara 1 hingga 3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar (40%) sebesar 40% berkembang dari sebuah abses yang dialami oleh pasien.

Ciri-ciri dan Gejala Fistula Ani

Perlu diketahui bahwa ada dua jenis fistula ani, yaitu fistula yang sederhana (simplex) dan fistula kompleks.

  • Fistula simplex. Disebut juga fistula simple yang berarti hanya ada satu saluran.
  • Fistula kompleks. Ada beberapa saluran atau bercabang-cabang.

Gejala - gejala fistula ani yang dapat dialami pasien meliputi:

  • Iritasi kulit di sekitar anus meliputi pembengkakan, kemerahan, dan juga kekakuan pada kulit.
  • Sakit saat buang air besar.
  • Nyeri yang makin memburuk ketika pasien duduk, pindah atau ketika ada pergerakan usus, atau batuk.
  • Keluar cairan yang berbau tak sedap di sekitar anus.
  • Keluarnya nanah atau darah saat buang air besar.
  • Pembengkakan dan kemerahan sekitar anus dan juga demam jika pasien mengalami abses.
  • Kesulitan mengontrol pergerakan usus pada beberapa kasus.
  • Konstipasi (Sembelit) atau juga nyeri berhubungan dengan pergerakan usus.

Fistula biasanya terlihat sebagai lubang di kulit dekat anus, meskipun mungkin sulit untuk dilihat sendiri secara kasat mata.

Faktor Risiko dan Penyebab Fistula Ani

Kebanyakan fistula ani berkembang setelah abses anus, terutama ketika tidak sembuh sempurna sesudah pus dikeluarkan. Fistula diperkirakan terjadi pada satu dari 2 hingga 4 pasien dengan abses anus.

Faktor-faktor resiko yang bisa menjadi penyebab fistula ani meliputi:

Penegakan Diagnosis

Evaluasi klinis yang dilakukan (termasuk juga pemeriksaan rektal toucher/ pemeriksaan menggunakan jari yang dimasukkan ke dalam anus) penting untuk mendiagnosis fistula ani. Namun pada beberapa pasien butuh pemeriksaan tambahan untuk skrining terhadap:

  • Infeksi menular seksual.
  • Penyakit peradangan usus.
  • Penyakit divertikular.
  • Kanker rektum.

Pada beberapa kasus, biasanya pemeriksaan dilakukan dengan anestesi. Dokter juga bisa menyarankan dilakukan pemeriksaan USG, CT scan atau MRI untuk dilakukan.

Pengobatan Fistula Ani

Pengobatan fistula ani sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama karena bisa menyebabkan masalah lain yang lebih fatal misalnya terjadinya kanker tulang, kanker di lubang anus dan lain sebagainya. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi fistula ani.

Tidak ada obat untuk menyembuhkan fistula ani, yang ada adalah tindakan operasi atau pembedahan.

Tipe pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi fistula ani tergantung dari posisi fistula itu sendiri. Pilihan terapi yang dilakukan untuk pasien fistula ani meliputi:

  • Fistulotomi. Metode ini digunakan pada 85-95% kasus. Penyembuhannya terjadi satu hingga dua bulan setelahnya.
  • Teknik seton. Seton adalah sepotong benang yang ditinggalkan dalam saluran fistula. Metode ini disarankan jika pasien berisiko tinggi mengalami inkontinensia ketika fistula melewati otot sfingter.
  • Prosedur pemasangan flap lanjutan. Metode ini biasanya dilakukan ketika fistula cukup kompleks atau ada risiko tinggi inkontinensia. Flap adalah sepotong jaringan yang dipindahkan dari rektum ke kulit sekitar anus. Selama operasi, saluran fistula dipindahkan dan dilekatkan kembali ke tempat awal terbukanya fistula. Operasi efektif pada 70% kasus.
  • Lem fibrin. Metode ini merupakan pilihan terapi non bedah. Lem disuntikkan ke fistula untuk merekatkan saluran. Prosedur ini cukup simpel, aman dan minimal nyeri namun hasil jangka panjang untuk metode ini kurang bagus. Tingkat keberhasilan sebesar 77% namun menurun menjadi 14% setelah 16 bulan.
  • Bioprosthetic plug. Plug berbentuk kerucut ini terbuat dari jaringan manusia yang digunakan untuk menghambat pembukaan fistula. Metode ini tidak menutup fistula secara sempurna sehingga bisa terus mengalami drainase. Jaringan baru biasanya tumbuh di sekitar plug untuk menyembuhkan fistula.

Setelah pembedahan, kebanyakan pasien diberikan obat – obatan untuk menghilangkan rasa nyeri. Sementara untuk pasien yang sehat, antibiotik tidak selalu dibutuhkan. Antibiotik mungkin dibutuhkan untuk beberapa orang termasuk pasien fistula ani yang mengalami diabetes melitus (kencing manis) atau juga yang mengalami penurunan sistem imun. Pasien bisa pulang pada hari yang sama pasca operasi namun beberapa juga butuh menjalani rawat inap lebih lama jika pembedahan relatif rumit.

Pasien biasanya menggunakan dressing atau pembalut luka sampai luka operasi benar – benar sembuh. Perawat bisa membantu untuk mengganti balutan dan memeriksa apakah luka sudah mengalami perbaikan atau belum. Kebanyakan luka butuh waktu hingga enam minggu untuk sembuh. Obat pelunak feses bisa diberikan agar pergerakan usus bisa terasa lebih nyaman.

Sebaiknya pasien memeriksakan diri ke dokter pasca operasi jika pasien mengalami komplikasi - komplikasi pasca pembedahan yang meliputi:

  • Perdarahan hebat.
  • Meningkatnya rasa nyeri, bengkak dan juga keluarnya cairan (discharge).
  • Demam atau temperatur tinggi hingga 38 derajat celsius atau lebih.
  • Mual.
  • Konstipasi (sembelit).
  • Kesulitan untuk berkemih.
  • Infeksi.
  • Jaringan parut mengalami masalah.

15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Poggio, J. Medscape (2017). Fistula-in-Ano. (https://emedicine.medscape.com/article/190234-overview)
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Anal Fistula. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anal-fistula/symptoms-causes/syc-20352871)
John Hopkins Medicine. Health Library. Anal Fistula. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/anal-fistula)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app