Buang Air Besar Berdarah: Apa Yang Harus Anda Lakukan?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mei 27, 2019 Waktu baca: 4 menit
Buang Air Besar Berdarah: Apa Yang Harus Anda Lakukan?

Pernahkah Anda mengalami buang air besar berdarah? Tentu menakutkan ketika mengalami buang air besar berdarah, dalam arti tinja yang keluar bercampur dengan darah. Apalagi baru mengalami hal ini, tentu membuat Anda khawatir dan penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi dan apa yang sebaiknya Anda lakukan.

Walaupun umumnya buang air besar berdarah disebabkan akibat kondisi ringan atau tidak berbahaya, namun ada kondisi-kondisi tertentu yang mewajibkan Anda untuk segera mencari pertolongan medis, yaitu ketika darah yang keluar begitu banyak hingga membuat badan menjadi lemas. Karena BAB berdarah dapat mengakibatkan kondisi yang serius dan berakibat fatal.

Apa saja penyebab buang air besar berdarah?

Wasir 

Wasir atau yang dikenal dengan penyakit ambeien/hemorroid adalah pembesaran pembuluh darah vena yang menjadi rapuh pada daerah anus dan rektum (sisi dalam dari anus) sehingga mudah berdarah. Pada wasir biasanya darah yang dihasilkan berwarna merah segar dan pecah ketika terdapat tekanan perut ketika sedang mengejan. 

Fistula Ani

Fistula Ani merupakan kondisi di mana munculnya saluran kecil di antara bagian akhir usus dengan kulit di sekitar anus. Hal ini tidaklah normal dan dapat menyebabkan rasa sakit atau panas ketika buang air besar. Pada fistula ani, darah yang keluar berwarna merah segar akibat penumpukan kotoran yang meradang di sekitar anus. Terkadang selain darah dapat pula ditemukan nanah pada fistula ani. 

Radang Usus besar

Radang usus besar atau kolitis terjadi ketika usus mengalami peradangan. Ada dua jenis radang usus, yaitu kolitis ulseratif (peradangan pada usus besar yang mengakibatkan terbentuknya luka) dan penyakit Crohn (peradangan pada usus halus dan usus besar). 

Divertikulitis

Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada divertikula (kantong kecil yang terbentuk di sekitar saluran pencernaan). Hal ini umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 40-50 tahun dan kekurangan serat. 

Penyakit lain yang menyebabkan buang air besar berdarah namun jarang terjadi adalah kanker usus, polip usus, dan tukak lambung. Selain itu, BAB berdarah juga sedikit banyak dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang baik, seperti kurang mengonsumsi makanan berserat, tidak berolahraga, kurang minum air putih, serta sering mengonsumsi alkohol dan junk food.

Pemeriksaan dan diagnosis ketika Anda mengalami BAB berdarah

Dalam pemeriksaan awal, umumnya dokter akan melakukan diagnosa secara langsung melalui feses pasien di mana ini merupakan pemeriksaan wajib untuk mendeteksi penyebab BAB berdarah. Selanjutnya, dokter akan memeriksa frekuensi napas, denyut nadi, suhu tubuh, serta tekanan darah pasien, namun hal ini hanya dapat dilakukan ketika kondisi pasien stabil.

Selain pemeriksaan awal, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lanjutan sesuai gejala, umur, dan riwayat medis. Pemeriksaan lanjutan dapat berupa:

  • Endoskopi. Pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan kamera fiber optik dan selang elastis yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien, baik melalui mulut untuk mengevaluasi lambung atau gaster (gastroskopi) ataupun dubur (kolonoskopi).
  • Foto rontgen dengan kontras. Pasien akan diminta meminum cairan kontras atau pewarna berbahan barium sehingga saluran pencernaan dapat terlihat jelas pada foto rontgen.
  • Angiografi. Penyuntikan cairan kontras ke dalam pembuluh darah sehingga pembuluh darah yang mungkin mengalami pendarahan dapat terlihat jelas.

Apa yang harus dilakukan ketika mengalami BAB berdarah?

  • Perbanyak minum air putih minimum 8 gelas per hari.
  • Perbanyak makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan, contohnya pepaya.
  • Berolahraga kurang lebih 30 menit per hari selama 5 hari seminggu
  • Hindari makanan pedas.
  • Hindari makanan atau minuman beralkohol dan berkafein.
  • Hindari makanan olahan dan junk food.
  • Konsumsi anti nyeri sesuai dengan resep dokter.
  • Jangan terlalu lama duduk untuk mencegah ambeien.
  • Jangan merokok atau kurangi alkohol.

Apabila setelah melakukan cara di atas, buang air besar berdarah masih tetap berlangsung hingga 3 hari berturut-turut, maka segera periksakan diri Anda ke dokter. Apalagi jika darah keluar begitu banyak sampai Anda merasa lemas, maka Anda tidak perlu menunggu lagi, langsung pergi ke UGD di rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

Bagaimana cara mengobati buang air besar berdarah?

Beberapa hal di atas merupakan cara sederhana menangani buang air besar berdarah. Jika buang air besar berdarah semakin parah, maka pengobatan perlu disesuaikan, mulai dari penggunaan obat-obatan hingga pembedahan atau operasi.

Pemberian obat-obatan akan disesuaikan dengan penyebab buang air besar berdarah, seperti pemberian antibiotik (obat anti peradangan) dalam mengatasi radang usus (kolitis), operasi atau pembedahan dalam mengatasi polip usus.

Siapa yang berisiko mengalami BAB berdarah dan kapan harus memeriksakan diri?

Meskipun pada umumnya buang air besar berdarah merupakan penyakit yang tidak berbahaya, tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya kanker. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan dan penelusuran lebih lanjut apabila Anda:

  • Berusia 40 tahun ke atas dan mengalami buang air besar berdarah, serta feses bersifat lembek terkadang kecil-kecil seperti kotoran kambing selama 6 minggu terakhir.
  • Berusia 60 tahun ke atas dan mengalami pendarahan yang telah berlangsung selama 6 minggu atau lebih.
  • Menderita anemia atau kekurangan jumlah sel darah merah.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker usus.
  • Penurunan berat badan tanpa diketahui penyebabnya.
  • BAB berwarna hitam atau merah segar yang bersifat kronis yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Memiliki riwayat kanker sebelumnya.

Dengan mengetahui penyebab dan hal-hal yang harus dilakukan, ketika mengalami buang air besar berdarah, Anda dapat mencegah sekaligus mengurangi kemungkinan penyakit tersebut bertambah parah. Apabila kondisi tersebut tak kunjung membaik, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Beckingham IJ, Ryder SD. ABC of diseases of liver, pancreas, and biliary system. Investigation of liver and biliary disease. BMJ. 2001;322(7277):33-6. doi:10.1136/bmj.322.7277.33 (https://www.doi.org/10.1136/bmj.322.7277.33)
Tan CK, Chao CM, Lai CC. Green feces. QJM. 2013;106(3):287. doi:10.1093/qjmed/hcr271 (https://www.doi.org/10.1093/qjmed/hcr271)
DiGregorio AM, Alvey H. Gastrointestinal Bleeding. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537291/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app