Fakta Menarik Tentang Flavonoid

Fungsi flavonoid juga boleh dibilang sama dengan antioksidan, yakni membantu memperbaiki sel tubuh yang rusak karena paparan radikal bebas. Dengan begitu, suplemen flavonoid digadang-gadang ampuh juga mengurangi risiko penyakit berbahaya seperti hipertensi, diabetes, maupun kanker.
Dipublish tanggal: Agu 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 24, 2020 Waktu baca: 3 menit
Fakta Menarik Tentang Flavonoid

Anda mungkin sering mendengar istilah flavonoid ketika membaca artikel kesehatan. Tapi sebenarnya, apa sih flavonoid itu?

Flavonoid merupakan senyawa bioaktif yang biasanya banyak terkandung dalam sayur dan buah. Tak tanggung-tanggung, flavonoid ternyata mencakup 4000 komponen yang berperan memberi warna pada buah dan bunga.  

Hasil penelitian menunjukkan flavonoid dapat ditemukan pada kulit tipis putih buah jeruk, baik grapefruit, jeruk, lemon, atau jeruk nipis. Kandungan inilah yang membuat jeruk-jerukan baik untuk mendongkrak sistem kekebalan tubuh.

Fungsi flavonoid juga boleh dibilang sama dengan antioksidan, yakni membantu memperbaiki sel tubuh yang rusak karena paparan radikal bebas. Dengan begitu, suplemen flavonoid digadang-gadang ampuh juga mengurangi risiko penyakit berbahaya seperti hipertensi, diabetes, maupun kanker.

Sumber Flavonoid

Pertanyaannya sekarang, dari mana saja Anda bisa memperoleh flavonoid? Berikut beberapa sumber flavonoid yang mudah ditemukan di sekitar kita:

Apel

Flavonoid dalam buah apel disebut dengan quercetin. Hasil penelitian yang masih dilakukan pada hewan menunjukkan quercetin efektif mencegah dan mengatasi beragam penyakit seperti serangan jantung, katarak, asma, serta asam lambung.

Anggur merah

Mungkin tak semua orang berkesempatan mengonsumsi red wine.  Meski demikian, hal itu tak menghilangkan fakta bahwa minuman satu ini sarat kandungan flavonoid (khususnya di bagian kulit anggurnya) yang efektif menurunkan risiko penyakit jantung.

Sirsak

Flavonoid dalam buah sirsak lebih dikenal dengan istilah fenol. Namun selain fenol, sirsak juga memuat potasium, serta vitamin C dan E. Kandungan gizi tersebut tak hanya efektif mengatasi kanker atau hipertensi, namun juga membantu menangkal radikal bebas.

Belimbing Wuluh

Buah dengan citarasa super asam ini kaya akan vitamin C, asam oksalat, tannin, asam amino, serta flavonoid. Ini menyebabkan belimbing wuluh efektif mengobati kolesterol, hipertensi, diabetes, serta kanker. 

Meski begitu, hindari mengonsumsinya secara berlebihan karena kandungan asam oksalatnya bisa memperparah kondisi gagal ginjal akut.

Kacang Kedelai

Selain buah-buahan tadi, flavonoid juga bisa ditemukan dalam kacang kedelai. Walau masih harus dianalisa lebih lanjut, namun beberapa hasil riset menyatakan kacang kedelai mampu:

Rosella

Penggemar teh pasti tahu rosella. Ekstrak rosella dijumpai ampuh atasi kolesterol tinggi, hipertensi, serta diabetes. Walau begitu, bahan herbal ini masih perlu dianalisa lebih lanjut soal seberapa besar  dosis yang aman bagi kesehatan berikut efek sampingnya.

Nah selain deretan makanan tadi, flavonoid juga bisa diperoleh dari teh hijau, jeruk, pare, biji-bijian, serta aneka rempah-rempah lainnya.

Manfaat flavonoid

Selanjutnya, mari kita bahas manfaat flavonoid atau bioflavonoid bagi kesehatan. Apa sajakah itu?

  • Membantu meningkatkan efek vitamin C dan antioksidan lain agar bekerja maksimal dalam tubuh
  • Membantu pengobatan alergi, infeksi virus, arthritis, serta radang tertentu lainnya
  • Memperbaiki sel tubuh yang dirusak paparan radikal bebas
  • Meningkatkan mood sehingga depresi dan sikap mudah marah dapat dicegah
  • Meminimalisir risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular (untuk manfaat satu ini, masih butuh penelitian lebih dalam)
  • Dari hasil studi terhadap hewan, suplemennya digadang-gadang ampuh mencegah kanker, jantung, asma, serta stroke.

Peringatan khusus datang kalau ingin mengonsumsi flavonoid dalam bentuk suplemen. Untuk ini, Anda diimbau berkonsultasi lebih dulu dengan dokter, terkhususnya jika memiliki kondisi medis atau sedang dalam pengobatan tertentu. 

Bayi, anak-anak, serta bumil dan ibu menyusui juga perlu bertanya pada dokter lebih dulu sebelum mengonsumsi suplemen flavonoid.

Efek samping flavonoid

Hal terakhir yang tak kalah penting untuk disimak adalah apa saja risiko yang mungkin ditimbulkan flavonoid? Berikut beberapa di antaranya:

  • Flavonoid dapat berinteraksi dengan obat tertentu. Contoh, flavonoid naringenin dalam jeruk bali dijumpai dapat menghambat kinerja obat. Karenanya, jangan konsumsi keduanya bersamaan atau dalam waktu berdekatan.
  • Dibanding sumber makanan alami seperti buah dan sayur, flavonoid dalam suplemen biasanya memiliki dosis lebih tinggi sehingga risiko overdosis lebih besar. Faktanya, senyawa ini bisa menembus plasenta sehingga ada kemungkinan berdampak juga pada janin.

Oleh sebab itu, jika ingin memperoleh manfaat dari flavonoid, sebaiknya konsumsilah dari makanan alami seperti buah dan sayur agar tak sampai terjadi kelebihan dosis.


21 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Russo, Maria & Spagnuolo, Carmela & Tedesco, Idolo & Bilotto, Stefania & Russo, Gian Luigi. (2011). The flavonoid quercetin in disease prevention and therapy: Facts and fancies. Biochemical pharmacology. 83. 6-15. 10.1016/j.bcp.2011.08.010. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/51585238_The_flavonoid_quercetin_in_disease_prevention_and_therapy_Facts_and_fancies)
Zatalia SR, et al. (2013). The role of antioxidants in the pathophysiology, complications, and management of diabetes mellitus. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23770795)
Tungmunnithum D, et al. (2018). Flavonoids and other phenolic compounds from medicinal plants for pharmaceutical and medical aspects: An overview. DOI: (https://www.mdpi.com/2305-6320/5/3/93)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app