12 Fungsi Plasenta Yang Menakjubkan Selama Kehamilan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
12 Fungsi Plasenta Yang Menakjubkan Selama Kehamilan

Ari-ari atau Plasenta adalah organ yang memainkan peran penting selama kehamilan, organ inilah yang bertanggung jawab menyalurkan darah dan nutrisi dari ibu ke janin. Fungsi penting ini membuat bayi tetap hidup dan sehat selama di dalam rahim. Selain itu, masih banyak fungsi plasenta yang lain, mari kita kupas tuntas semuanya disini.

Mengapa Fungsi Plasenta Begitu Penting?

Plasenta memiliki berat sekitar seperenam dari berat bayi, organ ari-ari ini memiliki bentuk bundar pipih atau hampir bundar dengan diameter sekitar 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata plasenta mencapai 500 gram.

Tidak seperti organ lainnya, plasenta tidak memiliki sel saraf sehingga tidak berada di bawah kendali langsung sumsum tulang belakang ataupun otak. Ya, karena organ ini terbentuk hanya pada masa kehamilan dan akan dilahirkan setelah bayi lahir. Seketika itu tugasnya pun berakhir, namun tugas plasenta tidaklah mudah.

Selama kehamilan, hampir sekitar 550 mililiter darah per menit dipompa ke rahim untuk mengantarkan nutrisi dan oksigen kepada janin. Proses ini tentu saja hanya bisa diperantarai oleh plasenta. Ibarat sebuah charger perangkat elektronik, ia menyaring, memproses, lalu menyalurkan.

inilah struktur yang menunjang fungsi plasenta

Tidak hanya berfungsi memberi nutrisi dan oksigen yang cukup untuk bayi, plasenta juga berfungsi membuang produk limbah yang ada pada darah bayi, dan masih banyak lagi fungsi plasenta lainnya.

Inilah 12 Fungsi Penting Plasenta Selama Kehamilan

Plasenta melakukan peran penting pada seluruh trimester kehamilan dan memastikan bayi lahir dengan selamat. Fungsi plasenta yang amat penting saat kehamilan antara lain:

1. Pemasok Nutrisi

Seperti telah disinggung sebelumnya, fungsi utama plasenta adalah untuk memasok nutrisi yang cukup bagi bayi. Sebelum darah sampai ke bayi, darah akan dialirkan melalui plasenta dan kemudian mencapai tali pusar yang menghubungkan darah ibu dengan darah bayinya.

2. Pencernaan

Trofoblas pada plasenta mencerna protein sebelum memasukkannya ke dalam darah janin.

3. Respirasi

Palsenta bertindak seperti paru-paru untuk janin. Bukan berarti plasenta bernafas, maksudnya disini yaitu plasenta menjadi tempat pertukaran darah. Darah ibu yang kaya oksigen di salurkan ke janin, dan sebaliknya darah kaya karbondioksida dari janin di alirkan ke darah ibu.

4. Ekskresi

Fungsi plasenta yang tak kalah penting lainnya adalah bertindak seperti ginjal, yaitu menyaring darah untuk menghilangkan zat berbahaya yang mungkin dapat mengancam kesehatan sang bayi. Limbah nitrogen seperti urea dikeluarkan dari darah janin ke dalam darah ibu yang nantinya akan disaring dan dikeluarkan oleh ginjal ibu.

5. Penyimpanan

Plasenta menyimpan glikogen, lemak, zat besi, dan lain-lain yang pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan janin. Fungsi plasenta ini amat penting karena hati janin belum terbentuk sempurna.

6. Barrier penyaring darah ibu

Plasenta berfungsi sebagai penghalang yang efisien (dinding pertahanan) yang mampu menyaring darah ibu sebelum disalurkan ke janin. Beberapa zat berbahaya atau bibit penyakit yang ada dalam darah ibu sebagian dihalangi sehingga tidak bisa masuk ke dalam darah janin.

Namun beberapa zat berbahaya seperti nikotin dari rokok dan obat adiktif seperti heroin masih bisa melewati plasenta. Karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari rokok dan narkoba. Dan beberapa jenis virus juga masih bisa melewatinya.

7. Imunitas

Antibodi IgG dapat melewati plasenta sehingga memberi perlindungan pada janin dalam kandungan. Penyaluran antibodi ini dimulai pada awal minggu ke-20 usia kehamilan, dan tentu saja pada minggu ke 24.

Imunitas pasif ini tetap ada dalam tubuh janin selama beberapa bulan setelah kelahiran, sehingga memberi bayi baru lahir kekebalan humoral jangka panjang dari ibu untuk melindungi tubuh dari berbagai ancaman infeksi.

Sayangnya antibodi yang lain, seperti IgM, tidak dapat melewati plasenta, oleh karena itu beberapa infeksi yang didapat selama kehamilan masih bisa berbahaya bagi janin.

8. Fungsi endokrin

Plasenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang mengeluarkan hormon seperti estrogen, progesteron dan human chorionic gonadotropin (HCG). Kesemuanya bermanfaat dalam mempertahankan kehamilan, pertumbuhan janin, mempercepat metabolisme ibu dan juga mempersiapkan tubuh ibu untuk proses menyusui nantinya. Lebih detil lihat penjelasan di poin berikutnya.

9. Menghasilkan HCG

Hormon pertama yang dihasilkan oleh plasenta disebut human chorionic gonadotropin (HCG). Hormon inilah yang bertanggung jawab untuk menghentikan siklus menstruasi dengan mempertahankan Corpus luteum di ovarium (indung telur). Tahukah Anda bahwa Korpus luteum memproduksi dan melepaskan progesteron dan estrogen, dan hCG merangsangnya untuk meningkatkan produksinya untuk mempertahankan kehamilan.

*) pada wanita yang tidak hamil, korpus luteum pada ovarium berangsur menghilang dan menurun fungsinya, akibatnya hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi menjadi rendah sehingga terjadilah menstruasi.

Ketika seseorang melakukan tespek kehamilan, hormon HCG inilah yang sebenarnya diperiksa. Tes ini bisa dilakukan saat wanita telat haid, yakni pada hari ke tujuh sampai sepuluh setelah proses implantasi. Untuk lebih jelasnya, pelajari disini:

HCG juga memiliki efek anti-antibodi, melindungi janin dari reaksi penolakan tubuh ibu. HCG juga membantu janin laki-laki dengan merangsang testis untuk memproduksi testosteron, yang merupakan hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan organ seks pria.

10. Menghasilkan Estrogen 

Estrogen adalah hormon penting dalam proses proliferasi sel-sel tertentu, yakni merangsang pembesaran payudara dan rahim, memungkinkan pertumbuhan janin dan produksi air susu ibu.

Estrogen juga bertanggung jawab untuk meningkatkan suplai darah menjelang akhir kehamilan melalui aktivitas vasodilatasi. Kadar estrogen selama kehamilan dapat meningkat hingga tiga puluh kali lipat dari kondisi tidak hamil.

11. Menghasilkan Progesteron

Progesteron membantu embrio (sel telur yang dibuahi) untuk menempel dan tertanam dalam rahim. Hormon ini juga mempengaruhi saluran tuba dan rahim dengan merangsang peningkatan sekresi yang diperlukan untuk nutrisi janin. Progesteron, seperti halnya hCG, diperlukan untuk mencegah aborstus spontan (keguguran) karena mencegah kontraksi rahim.

12. Menghasilkan Hormon Laktogen

Plasenta juga menghasilkan hormon yang disebut human plasenta lactogen (hPL). Hormon ini identik dengan struktur hormon pertumbuhan yang ada pada setiap wanita, namun pada wanita hamil, hPL bisa mencapai seribu kali konsentrasi normal. Tugas hPL adalah untuk menghambat insulin ibu, tujuannya agar glukosa darah tidak banyak yang masuk ke sel tubuh ibu, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah untuk membuat lebih banyak yang tersedia bagi janinnya.

Faktor apa saja yang Mempengaruhi Fungsi Plasenta?

Meskipun plasenta merupakan organ yang kuat, namun beberapa faktor dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan. Masalah pada plasenta tentunya akan membuat ibu hamil lebih rentan mengalami keguguran atau masalah kehamilan lainnya.

Meskipun beberapa dari masalah ini dapat diobati atau diberikan terapi untuk penyembuhan, namun ilmu kedokteran modern belum menemukan solusi untuk kondisi-kondisi yang dapat menganggu fungsi plasenta seperti berikut ini:

  1. Trauma pada Perut. Penyebab trauma ini biasanya akibat jatuh atau terpukul pada bagian perut ibu hamil.
  2. Masalah Pembekuan Darah. Beberapa kondisi medis dapat menghambat kemampuan darah untuk membeku. Kondisi ini sangat berisiko pada plasenta.
  3. Tekanan Darah Tinggi. Kenaikan tekanan darah pada ibu hamil juga dapat membahayakan kesehatan plasenta.
  4. Hamil di Usia Senja. Ibu yang hamil setelah usia empat puluh tahun biasanya akan menghadapi masalah dengan plasentanya.
  5. Bayi Kembar. Ibu yang hamil bayi kembar atau lebih biasanya memiliki plasenta yang lebih lemah.
  6. Pecahnya Air Ketuban Dini. Selama kehamilan, bayi akan dikelilingi dan ditopang oleh selaput berisi cairan yang disebut kantung amnion. Jika kantung bocor atau pecah sebelum persalinan dimulai, risiko masalah plasenta tertentunya akan meningkat.
  7. Riwayat Gangguan Plasenta. Ibu hamil yang memiliki riwayat gangguan pada plasenta selama kehamilan sebelumnya kemungkinan besar akan mendapat masalah yang sama pada kehamilan selanjutnya.
  8. Operasi Rahim. Jika ibu hamil pernah menjalani operasi rahim sebelumnya, seperti operasi sesar atau pembedahan untuk mengangkat fibroid, maka juga akan berisiko mengalami masalah pada plasentanya.
  9. Penyalahgunaan Obat. Masalah plasenta lebih sering terjadi pada wanita yang merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang, seperti kokain, selama kehamilan.

9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app