Efek Samping Operasi Kanker Usus Besar yang Mungkin Terjadi

Dipublish tanggal: Agu 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 11, 2020 Waktu baca: 3 menit
Efek Samping Operasi Kanker Usus Besar yang Mungkin Terjadi

Operasi kanker usus adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang sering mengakibatkan gejala-gejala pada saluran pencernaan seperti kanker kolorektal, kolitis ulserativa, penyakit Crohn, obstruksi usus mekanik dan divertikulitis rekuren. 

Operasi kolorektal biasanya merupakan prosedur operasi dengan sayatan operasi yang cukup besar dan seringkali menyebabkan efek samping atau komplikasi tertentu yang tidak bisa disepelekan.

Efek samping dari Operasi Usus Besar

Kemungkinan risiko dan efek samping operasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran luka operasi dan kesehatan umum seseorang sebelum menjalani prosedur operasi. 

Masalah yang dapat muncul pasca operasi dapat meliputi pendarahan, infeksi, dan pembekuan darah pada pembuluh darah di kaki.

Segera setelah prosedur operasi, Anda akan merasakan nyeri akibat luka operasi dan memerlukan penggunaan obat-obatan untuk beberapa hari. Selama beberapa hari pertama, Anda mungkin tidak dapat makan atau Anda mungkin mendapatkan cairan dengan jumlah yang terbatas, karena usus besar membutuhkan waktu untuk pulih. 

Pada beberapa kasus, Anda mungkin dapat mengonsumsi makanan padat dalam beberapa hari setelah operasi.

Pada kondisi dimana terdapat sambungan di antara ujung-ujung usus besar yang mungkin tidak menyatu dan berisiko mengalami kebocoran. Jika hal ini terjadi, maka dapat dengan cepat menyebabkan rasa sakit perut yang parah, demam, dan perut terasa sangat keras. 

Kebocoran dengan ukuran yang lebih kecil mungkin tidak menyebabkan gejala saluran pencernaan akut, tetapi mungkin dapat menyebabkan Anda tidak bisa buang air besar, tidak nafsu makan, dan tidak dapat pulih dengan baik setelah operasi. 

Kebocoran dapat menyebabkan infeksi dan operasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. 

Luka sayatan operasi juga bisa terbuka, menjadi luka terbuka yang mungkin memerlukan perawatan khusus saat sembuh. Selain itu, luka sayatan pasca operasi dapat berubah menjadi keloid yang merupakan pertumbuhan jaringan parut pada bagian permukaan kulit di perut dan membentuk adhesi yang yang dapat menyebabkan organ atau jaringan di dalam rongga perut saling menempel. 

Adhesi yang menyebabkan usus menempel dengan organ lain di dalam perut dapat menyebabkan usus terpuntir dan bahkan dapat menyebabkan sumbatan pada usus. 

Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan di perut yang seringkali memburuk setelah makan, sehingga operasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan parut yang terbentuk pasca operasi.

Komplikasi apa yang paling sering muncul pasca menjalani Operasi Usus Besar?

Komplikasi bedah pasca operasi yang paling sering setelah reseksi kolorektal adalah infeksi pada tempat bedah, kebocoran anastomosis (sambungan antar usus), abses intra abdominal, ileus, dan perdarahan

Komplikasi ini memiliki dampak serius dan harus didiagnosis secara akurat. Untuk memenuhi standar kualitas tertentu, penting untuk menilai komplikasi pasca operasi. 

1. Infeksi Situs Bedah

Operasi kolorektal, adalah operasi yang paling rentan mengalami infeksi. Infeksi dapat berasal dari rongga peritoneum dan permukaan luar tubuh saat melakukan sayatan. 

Selain itu, penyakit pada usus besar yang membutuhkan pembedahan cenderung terjadi pada pasien usia lanjut. 

Secara kolektif, kombinasi dari lingkungan yang tidak bersih, operasi dengan luka sayatan yang cukup besar dan pasien yang lemah membuat situasi yang berhubungan dengan insiden infeksi luka yang sangat tinggi.

2. Kebocoran Anastomosis: Faktor Risiko, Diagnosis, dan Perawatan

Kebocoran anastomosis adalah komplikasi paling serius khusus akibat operasi pembedahan usus dan berkisar antara 2,9% hingga setinggi 15,3%. Setidaknya sepertiga dari kematian setelah operasi kolorektal disebabkan oleh kebocoran.

3. Pendarahan Pasca Operasi

Secara umum perdarahan pasca operasi setelah prosedur kolorektal merupakan komplikasi yang jarang. 

Risikonya tergantung pada prosedur bedah yang dilakukan, komorbiditas pasien dan dalam kasus-kasus tertentu disebabkan akibat gangguan sistem pembekuan darah.

4. Ileus Paralisis

Ileus Paralisis adalah suatu kondisi yang menyebabkan usus kehilangan gerakan peristaltik (gerakan alami usus). Kondisi ini merupakan konsekuensi yang tidak dapat terhindarkan dari operasi gastrointestinal. 

Kondisi ini dapat memperpanjang masa perawatan di rumah sakit, meningkatkan morbiditas, dan menambah biaya perawatan. 

Patofisiologi ileus pasca operasi bersifat multifaktorial. Waktu operasi dan kehilangan darah intraoperatif adalah salah satu faktor risiko utama yang dapat menyebabkan ileus pasca operasi


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Grothey A, et al. Duration of adjuvant chemotherapy for stage III colon cancer. New England Journal of Medicine. 2018;378:1177.
Warner KJ. Allscripts EPSi. Mayo Clinic, Rochester, Minn. Oct. 10, 2019.
Dean PA, et al. Laparoscopic-assisted segmental colectomy: Early Mayo Clinic experience. Mayo Clinic Proceedings. 1994;69:834.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app