HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Coditam Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Waktu baca: 4 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Coditam Tablet adalah obat yang mengandung paracetamol dan codeine, digunakan untuk mengurangi gejala-gejala nyeri sedang sampai berat
  • Coditam Tablet hanya bisa diperoleh dengan resep dokter dan berada di bawah pengawasan ketat oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
  • Pemakaian Coditam Tablet harus dihentikan jika terjadi reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat karena bisa berakibat fatal
  • Efek samping akibat pemakaian Coditam Tablet jangka panjang misalnya berkurangnya libido, penurunan daya ingat, kesulitan bernafas, gangguan jantung
  • Klik untuk mendapatkan Coditam Tablet atau obat nyeri lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD

Coditam Tablet adalah obat yang digunakan untuk mengurangi gejala-gejala nyeri sedang sampai berat. Coditam mengandung paracetamol, obat yang memiliki aktivitas sebagai antipyretic sekaligus analgetic, dikombinasikan dengan codeine, obat penghilang nyeri golongan opiat. Berikut ini adalah informasi lengkap Coditam yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.

Mengenai Coditam Tablet

Golongan

  • Obat ini hanya bisa diperoleh dengan resep dokter
  • Obat-obat yang mengandung codeine berada di bawah pengawasan ketat oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kemasan

Coditam dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :

  • dos 10 x 10 tablet

Kandungan

tiap kemasan Coditam mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :

Manfaat Coditam Tablet

Kegunaan Coditam adalah untuk mengurangi gejala-gejala nyeri sedang sampai berat.

Kontra indikasi

  • jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap paracetamol atau codeine.

Efek samping Coditam Tablet

Berikut adalah beberapa efek samping Coditam yang mungkin terjadi :

  • Obat yang mengandung paracetamol bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.
  • Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
  • Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut.
  • Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian obat-obat yang mengandung paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
  • Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal.
  • Efek samping yang umum setelah penggunaan obat-obat yang mengandung codeine misalnya mengantuk dan sembelit.
  • Penggunaan jangka panjang obat yang mengandung codeine bisa menyebabkan toleransi obat atau ketergantungan. Efek samping akibat pemakaian jangka panjang misalnya berkurangnya libido, bersifat apatis, penurunan daya ingat, kesulitan bernafas, gangguan jantung, syok, pusing, gangguan penglihatan, depresi mental, sedasi, euforia, dysphoria, rasa lelah, agitasi, rasa gelisah, delirium, insomnia, gangguan pencernaan, dan tekanan darah rendah.

Dosis Coditam Tablet

Coditam diberikan dengan dosis sebagai berikut :

  • Dosis dewasa : 1 tablet setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan.
  • Dosis maksimal : 240 mg codeine phosphate/hari.

Interaksi obat

Berikut adalah interaksi Coditam dengan obat-obat lain :

  • Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic.
  • Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi kerusakan hati.
  • Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis paracetamol.
  • Antikoagulan warfarin : paracetamol meningkatkan efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan potensi resiko terjadinya perdarahan.
  • Codeine sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut : antidepresan, anestesi, obat penenang, hipnotik, alkohol, fenotiazin, dextroamphetamines, dan penghambat MAO.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan Coditam adalah sebagai berikut :

  • Pemakaian Coditam harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
  • Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma, terutama anak-anak, karena ada kemungkinan menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit asma yang telah diderita sebelumnya.
  • penggunaan obat yang mengandung codeine oleh ibu menyusui bisa menyebabkan bayi keracunan opiat.
  • Meskipun efek Coditam terhadap perdarahan lambung relatif lebih kecil daripada obat-obat golongan NSAID, ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan.
  • Jika anda mengkonsumsi alkohol, potensi terjadinya kerusakan hati sangat tinggi terutama pada pemakaian jangka panjang dan dosis yang lebih tinggi.
  • Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, penderita infark miokardial atau penyakit kardiovaskular lainnya, serta gangguan usus.
  • Jangan menghentikan pemakaian obat secara tiba-tiba. Gunakanlah sesuai dengan dosis dan durasi yang diresepkan dokter. Penghentian secara tiba-tiba bisa menimbulkan gejala penarikan obat (withdrawal syndrome) dengan gejala seperti keinginan untuk mendapatkan obat, pilek, berkeringat, insomnia, kram perut, mual, muntah, diare, kejang otot, menggigil, lekas marah, dan rasa sakit.
  • Obat ini menyebabkan kantuk, jangan mengemudi atau menyalakan mesin selama menggunakan coditam.

Penggunaan oleh wanita hamil

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan paracetamol dan codeine kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung paracetamol atau codeine oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.

Artikel Terkait


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kuffner, Edwin & Rumack, Barry. (2000). Treatment of Pain or Fever with Paracetamol (Acetaminophen) in the Alcoholic Patient. American journal of therapeutics. 7. 123-34. 10.1097/00045391-200007020-00009.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/12015719_Treatment_of_Pain_or_Fever_with_Paracetamol_Acetaminophen_in_the_Alcoholic_Patient)
Klotz, U. (2012). Paracetamol (Acetaminophen) - a Popular and Widely Used Nonopioid Analgesic. Arzneimittel-Forschung. 62. 355-9. 10.1055/s-0032-1321785.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/230599556_Paracetamol_Acetaminophen_-_a_Popular_and_Widely_Used_Nonopioid_Analgesic)
Anderson, Brian. (2008). Paracetamol (Acetaminophen): Mechanisms of action. Paediatric anaesthesia. 18. 915-21. 10.1111/j.1460-9592.2008.02764.x.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/23276860_Paracetamol_Acetaminophen_Mechanisms_of_action)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app