Dementia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 6, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Agu 2, 2019 Waktu baca: 6 menit

Demensia adalah penurunan fungsi kognitif yang mempengaruhi memori, berpikir, bahasa, penilaian, dan perilaku. Seseorang dikatakan demensia, apabila mengalami gangguan mental setidaknya terhadap dua fungsi otak. Penyakit demensia atau pikun ini juga dapat menyebabkan perubahan kepribadian seseorang.

Sebenarnya demensia bukanlah penyakit. Tetapi merupakan gejala yang disebabkan oleh berbagai penyakit atau cedera. Gangguan mental pada demensia bisa ringan sampai berat. Ada jenis demensia yang menjadi semakin memburuk dari waktu ke waktu, kondisi ini disebut sebagai demensia progresif. 

Beberapa demensia dapat diobati atau bisa pulih kembali (reversibel). Akan tetapi beberapa ahli menggunakan istilah demensia hanya untuk kemunduran mental yang bersifat ireversibel (permanen).

Penyebab demensia

Demensia dapat terjadi akibat Neurodegenerative (degenerasi neuron atau sel otak), atau dengan gangguan pada sistem tubuh lainnya yang mempengaruhi cara kerja neuron. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan demensia, termasuk penyakit-penyakit pada otak. Penyebab paling umum demensia adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.

Neurodegenerative berarti bahwa neuron menurun secara bertahap (berhenti berfungsi atau terganggunya fungsi dan akhirnya mati). Kita tahu bahwa antara neuron satu dengan yang lainnya saling terhubung membentuk rangkaian yang disebut sinapsis, ketika ada sel saraf yang rusak maka hubungan ini akan terputus "disconnect", dan inilah yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan fungsi (disfungsi).

Lebih lanjut, berikut ini beberapa penyebab yang lebih umum dari demensia meliputi:

Penyakit neurodegeneratif

Diperkirakan 60-80 persen penderita alzheimer mengalami demensia

Disebabkan oleh berkurangnya aliran darah di otak. Ini mungkin hasil dari penumpukan plak di arteri yang mengalirkan darah ke otak atau stroke.penyakit Parkinson dengan demensia

 Individu dengan penyakit Parkinson lanjut dapat mengembangkan demensia. 

  • Demensia frontotemporal. 

Beberapa jenis demensia termasuk dalam kategori ini yang dipengaruhi oleh perubahan di bagian depan dan samping otak. Gejala termasuk kesulitan dengan bahasa dan perilaku. Karena bagian otak temporal mengalami gangguan kemungkinan penyimpan memori juga terganggu.

Penyebab lain demensia adalah frontotemporal lobar degeneration, yang merupakan istilah untuk berbagai kondisi yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf pada lobus frontal dan temporal otak. Meliputi:

  • demensia frontotemporal
  • penyakit Pick
  • palsy supranuclear
  • degenerasi corticobasal

Penyebab demensia lainnya

Penyakit demensia juga bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi di bawah ini:

Beberapa demensia ini mungkin reversibel. Oleh sebab itu segeralah periksakan ke dokter apabila muncul gejala-gejala awal demensia agar segera dilakukan pemeriksaan dan pengobatan secepatnya.

Gejala demensia

Seseorang dikatakan normal apabila sesekali lupa terhadap sesuatu. Gangguan memori atau daya ingat sederhana tidak serta merta dikatakan demensia. Namun, ada perbedaan yang nyata antara lupa normal dan sering lupa akibat demensia. Karena sifatnya yang progresif, gejala demensia terbagi menjadi:

Tahap pertama

Pada demensia ringan seseorang dapat mengalami penurunan kualitas hidup sehari-hari tetapi tidak bergantung pada orang lain.

  • penyimpangan memori jangka pendek
  • perubahan kepribadian, termasuk kemarahan atau depresi
  • salah menaruh benda atau kelupaan
  • kesulitan dengan tugas-tugas kompleks atau pemecahan masalah
  • kesulitan mengekspresikan emosi atau ide

Tahap kedua

Pada tahap demensia ini, penderita membutuhkan perawatan karena gejalanya yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan membutuhkan bantuan orang lain. Gejala yang dapat timbul, seperti:

  • penilaian yang buruk
  • kebingungan dan frustrasi
  • kehilangan memori yang mencapai lebih jauh ke masa lalu
  • membutuhkan bantuan dengan tugas-tugas seperti berpakaian dan mandi
  • perubahan kepribadian yang signifikan

Tahap ketiga

Pada tahap akhir demensia ini, gejala mental dan fisik dari kondisi tersebut terus menurun. Seseorang dengan dementia berat sulit dimengerti dan sudah tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Kondisi ini berjalan minimal selama 6 bulan. Gejalanya meliputi:

  • ketidakmampuan untuk mempertahankan fungsi tubuh, termasuk berjalan dan akhirnya menelan dan mengendalikan kandung kemih
  • ketidakmampuan untuk berkomunikasi
  • membutuhkan bantuan penuh waktu
  • peningkatan risiko infeksi

Diagnosa demensia

Untuk mendiagnosis demensia, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan medis, mengamati gejala-gejala serta melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa tes penunjang juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, termasuk:

  • Tes kognitif dan neuropsikologis. Untuk memeriksa kemampuan berpikir, mengingat, orientasi, penilaian, konsentrasi.
  • Pemeriksaan neurologi. Untuk memeriksa kemampuan motorik, keseimbangan, rasa, dan refleks.
  • Pemindaian (CT scan, MRI, EEG, dan PET scan). Untuk memeriksa kondisi otot, jaringan, dan aliran listrik saraf otak.
  • Pemeriksaan darah. Untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat memengaruhi fungsi otak seperti defisiensi vitamin B12, atau penurunan fungsi kelenjar tiroid.
  • Pemeriksaan cairan tulang belakang. Untuk mendeteksi jika terdapat infeksi atau peradangan pada sistem saraf.     
  • Tes psikiatrik. Memeriksa jika penderita mengalami depresi atau kondisi mental lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan otak.

Pengobatan demensia

Obat

Dua jenis obat digunakan untuk mengobati gejala penyakit Alzheimer, yaitu:

  • Inhibitor kolinesterase. Obat ini meningkatkan zat kimia yang disebut asetilkolin. Zat kimia ini dapat membantu membentuk ingatan dan meningkatkan penilaian. Zat ini juga dapat menunda gejala penyakit Alzheimer (AD) yang memburuk.
  • Memantine. Obat ini digunakan untuk menunda timbulnya gejala kognitif dan perilaku pada orang dengan AD sedang atau berat.

Kedua obat ini juga dapat diresepkan secara tunggal atau bersamaan. Konsultasikan kepada dokter mengenai efek samping yang mungkin terjadi.

Terapi Non-Obat

Terapi ini dapat membantu mengurangi gejala demensia dan meringankan beberapa komplikasi penyakit yang dapat ditangani. Perawatan non-obat umum untuk demensia meliputi:

  • Konsumsi makanan yang mengandung anti oksidan untuk pembentukan sel-sel otak
  • Olahraga teratur dan rajin membaca meningkatkan kapasitas memori
  • Memodifikasi lingkungan Anda. Kekacauan, kebisingan, dan stimulasi berlebihan dapat mengurangi fokus.
  • Memodifikasi tugas umum. Anda dapat bekerja dengan terapis atau penyedia layanan kesehatan lainnya untuk memecah tugas sehari-hari, seperti mandi atau perawatan, menjadi tugas yang dapat dikelola.
  • Occupational therapy.

Pencegahan demensia

Para ilmuwan di seluruh dunia bekerja keras untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai banyaknya aspek yang terlibat dengan demensia. Hal ini dapat membantu untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan (seperti vaksin), alat diagnostik untuk deteksi dini, perawatan yang lebih baik dan bahkan obat demensia yang lebih manjur.

Misalnya, vaksin yang dikenal sebagai jab bapineuzumab saat ini sedang dalam tahap akhir pengujian. Meskipun tidak bisa menyembuhkan demensia atau gangguan terkait, vaksin ini telah terbukti dapat mencegah, dan dalam beberapa kasus memulihkan demensia, serta melepaskan penumpukan plak amiloid di otak. Plak amiloid yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer, sebagian besar tidak larut dan ini akan sangat merusak di luar dan di sekitar sel-sel saraf otak.

Para ilmuwan juga menyelidiki berbagai faktor yang dapat menyebabkan demensia, seperti faktor genetik, berbagai neurotransmiter, proses peradangan, faktor yang mempengaruhi kematian sel terprogram dalam otak, peran tau (protein yang ditemukan dalam neuron pada sistem saraf pusat), dan kemungkinan peran stres oksidatif ( yaitu, reaksi kimia yang dapat merusak protein, DNA, dan lipid / lemak di dalam sel).

Penelitian tersebut dapat membantu dokter dan ilmuwan lebih memahami penyebab-penyebab demensia, dan diharapkan dapat menemukan cara terbaik untuk mengobati dan mungkin mencegah demensia.

Ada juga bukti bahwa faktor gaya hidup, seperti berolahraga secara teratur dan menjaga hubungan sosial, merupakan cara yang efektif untuk mengurangi risiko terkena demensia.



41 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Bhandari, S. WebMD (2018). What Are the Treatments for Dementia? (https://www.webmd.com/alzheimers/dementia-treatments-overview)
Heerema, E. Verywellhealth (2019). How Senility and Dementia Differ. (https://www.verywellhealth.com/what-does-senile-really-mean-98594)
Heerema, E. Verywellhealth (2019). Can too Many Medications Cause Reversible Symptoms of Dementia? (https://www.verywellhealth.com/medications-and-dementia-98836)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app