Calortusin: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Calortusin adalah obat untuk meredakan gejala demam, sakit kepala, hidung gatal, bersin, hidung tersumbat, batuk, dan pegal-pegal akibat influenza atau common cold
  • Calortusin merupakan obat flu dan batuk yang dijual bebas tanpa perlu resep dokter dan mengandung paracetamol baik dalam sediaan sirup maupun kaplet
  • Dosis obat Calortusin bisa dikonsumsi oleh orang dewasa sebanyak 3 kali sehari 1 kaplet atau 3 kali sehari 3-4 sendok takar sirup
  • Calortusin juga berpotensi menimbulkan efek samping, di antaranya rasa kantuk, masalah pencernaan, gangguan psikomotor, mulut kering, hingga retensi urin
  • Klik untuk mendapatkan Calortusin atau obat batuk dan flu lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD

Calortusin adalah obat flu dan batuk kombinasi yang diformulasikan untuk meredakan gejala demam, sakit kepala, hidung gatal, bersin-bersin, hidung tersumbat, batuk, dan pegal-pegal akibat influenza atau common cold. 

Meskipun dijual bebas tanpa perlu resep dokter, namun obat Calortusin harus digunakan hati-hati sesuai petunjuk penggunaan untuk itu baca terus informasi di bawah ini untuk mengetahui dosis, cara pakai, efek samping, dan aspek keamanan obat.

Mengenai Calortusin

Golongan

Bisa diperoleh tanpa resep dokter

Kemasan

Di apotek, obat Calortusin tersedia dalam bentuk kaplet dan syrup

Kandungan

Dalam bentuk kaplet dan syrup, komposisi Calortusin sebagai berikut:

Calostusin Kaplet, tiap kaplet mengandung

Calostusin Syrup, tiap 5 ml (satu sendok takar) mengandung

  • Paracetamol 120 mg
  • Dextrometorphan 5 mg
  • Phenyl Propanolamin HCI 3,75
  • CTM 0,5 mg
  • Alkohol 0,5 ml

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas) yang cukup populer penggunaannya untuk meredakan demam, sakit kepala, dan nyeri atau sakit ringan. Selain digunakan tunggal, parasetamol juga sering dikombinasikan dengan obat-obatan lain dalam pengobatan flu dan common cold.

Phenylpropanolamine adalah obat golongan agonis reseptor alfa-adrenergik dan reseptor beta-adrenergik. Fenilpropanolamin digunakan untuk melegakan hidung tersumbat (dekongestan). Mekanisme kerjanya yaitu mengecilkan pembuluh darah (vena dan arteri) di sinus, hidung, dan saluran nafas yang melebar akibat flu. Dengan demikian, sumbatan hidung bisa diatasi. Namun obat ini memiliki efek samping meningkatkan tekanan darah.

Chlorpheniramine Maleate atau CTM adalah obat golongan antihistamin yang berguna untuk meredakan gejala-gejala alergi seperti hidung gatal, berair, bersin-bersin, dan mata berair. Selain digunakan sebagai kombinasi dalam obat flu, secara tunggal CTM juga dapat digunakan untuk mengobati gatal-gatal dan bentol pada kulit akibat alergi. Namun obat ini memiliki efek samping membuat rasa kantuk.

Dextromethorphan HBr atau DMP adalah obat batuk kering atau antitusif yang bekerja menekan refleks batuk. Penggunaannya tidak dianjurkan untuk batuk jangka panjang dan juga batuk yang mengeluarkan dahak. Jika memaksa menggunakannya malah bisa membuat sesak, karena reflek batuk berguna untuk mengeluarkan dahak dari saluran pernapasan.

Manfaat Calortusin

Calortusin obat apa? dengan memperhatikan komposisi dan mekanisme kerjanya seperti di atas, maka Calortusin dapat digunakan untuk meredakan gejala flu berupa demam atau badan panas, sakit kepala, hidung gatal, berair dan bersin-bersin, tersumbat, yang disertai dengan batuk kering.

Namun demikian, tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, Calortusin tidak boleh diberikan kepada orang dengan kondisi di  bawah ini:

  • Memiliki alergi atau hipersensitif terhadap salah satu atau beberapa komponen obat.
  • Memiliki kepekaan terhadap obat simpatomimetik lainnya (misalnya: efedrin, pseudoefedrin, fenilefrin).
  • Memiliki masalah pada jantung dan penyakit diabetes melitus.
  • Memiliki gangguan fungsi hati yang berat.
  • Memiliki tekanan darah tinggi berat, stroke, obesitas, dan Lansia.
  • Sedang menjalani pengobatan dengan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAO).

Dosis Calortusin

Dosis yang tepat sesuai dengan petunjuk dokter, adapaun dosis lazim yang direkomendasikan adalah:

Dosis Calortusin Tablet:

  • Anak-anak 6 - 12 tahun: Tiga kali sehari ½ kaplet.
  • Dewasa: Tiga kali sehari 1 kaplet.

Dosis Calortusin Syrup:

  • Anak-anak 6 - 12 tahun: Tiga kali sehari 1-2 sendok takar.
  • Dewasa: Tiga kali sehari 3-4 sendok takar.

Efek Samping Calortusin

Seperti halnya obat-obatan lain, Calortusin juga berpotensi menimbulkan efek samping, diantaranya:

  • Rasa kantuk
  • Masalah pencernaan
  • Gangguan psikomotor
  • Mulut terasa kering
  • Jantung terasa berdebar-debar
  • Retensi urin (susah buang air kecil).
( ! ) Penggunaan Calortusin jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan hati.

Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat Calortusin, harap perhatikan beberapa aspek keamanan obat berikut ini:

  • Penggunaan bersama obat MAO inhibitor bisa menimbulkan krisis hipertensi. Harap diwaspadai!
  • Tidak boleh mengemudikan kendaraan atau mesin selama pengobatan. Mengingat efek samping menyebabkan kantuk dan gangguan psikomotor.
  • Waspadai penggunaan pada orang dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, hipertrofi prostat, glaukoma, hipertiroid, dan retensi urin.
  • Calortusin tidak direkomendasikan untuk anak-anak di bawah 6 tahun.
  • Jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui harap berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini.
  • Tidak boleh mengonsumsi Alkohol selama pengobatan.
  • Selama pengobatan jangan mengonsumsi obat penekan susunan saraf pusat.
  • Apabila Anda mengalami susah tidur, jantung berdebar-debar, dan pusing, maka hentikan menggunakan obat Calortusin dan segera hubungi dokter.
  • Jika selama 3 hari pengobatan tidak ada perbaikan, berkonsultasilah dengan dokter.

Artikel terkait:


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Calortusin. Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas). (http://pionas.pom.go.id/obat/calortusin-5)
Espinosa Bosch, María & Sánchez, A.J. & Rojas, F. & Bosch-Ojeda, Catalina. (2006). Determination of paracetamol: Historical evolution. Journal of pharmaceutical and biomedical analysis. 42. 291-321. 10.1016/j.jpba.2006.04.007.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/7064369_Determination_of_paracetamol_Historical_evolution)
Moore, Nicholas & Vanganse, Eric & Leparc, Jean-Marie & Wall, Richard & Farhan, Mahdi. (1999). The PAIN Study: Paracetamol, Aspirin and Ibuprofen New Tolerability Study. Clinical Drug Investigation - CLIN DRUG INVEST. 18. 89-98. 10.2165/00044011-199918020-00001.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/238225654_The_PAIN_Study_Paracetamol_Aspirin_and_Ibuprofen_New_Tolerability_Study)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app