Dekongestan: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Feb 6, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Mar 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Dekongestan adalahobat untuk melegakan hidung tersumbat yang disebabkan oleh flu, sinusitis, atau alergi dalam jangka pendek.
  • Obat ini bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah di hidung, sehingga membantu untuk membuka jalan napas hidung dan membuat pernapasan lebih mudah.
  • Dosis dekongestan hirup adalah 5-7 x sehari. Hindari pemakaian lebih dari seminggu karena justru bisa memperparah penyakit.
  • Dosis dekongestan oral untuk anak usia 6-12 tahun adalah 4-6 x sehari 30 mg, sedangkan usia > 12 tahun 4-6 x sehari 60 mg.
  • Sebaiknya jangan menggunakan obat dekongestan saat hamil dan menyusui, kecuali atas anjuran dokter.
  • Klik untuk mendapatkan dekongestan atau obat batuk dan flu lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Obat dekongestan tersedia dalam sediaan jenis hirup, tablet, kapsul, sirup, dan bubuk. dekongestan hirup lebih sering digunakan dan ditemui di pasaran. Beberapa macam dekongestan yang beredar di Indonesia adalah oxymetazoline, pseudoephedrine, ephedrine, ipratropium bromide, dan phenylephrine

Bahan yang paling sering ditemukan di dalam obat ini adalah pseudoefedrin, oxymetazoline, fenilefrin, dan xylometazoline. Cara bekerja dekongestan adalah meredakan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Hal ini membantu untuk membuka jalan napas hidung, membuat Anda bisa bernapas dengan lebih mudah.

Meskipun dekongestan dapat membantu Anda melegakan hidung Anda, kerja obat tersebut tidak bisa menyembuhkan penyebab hidung tersumbat, seperti pilek atau alergi.

Mengenai Obat Dekongestan

Golongan

Obat resep

Kemasan

  • Obat hirup
  • Kapsul
  • Tablet
  • Syrup
  • Bubuk

Kandungan

Pelega pernapasan 

Manfaat Obat Dekongestan

Dekongestan adalahobat untuk melegakan hidung tersumbat yang disebabkan oleh flu, sinusitis, atau alergi dalam jangka pendek. Obat ini bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah di hidung, sehingga membantu untuk membuka jalan napas hidung dan membuat pernapasan lebih mudah.

Kontraindikasi

Obat dekongestan tidak boleh digunakan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Memiliki hipersensitivitas terhadap kandungan obat.
  • Pasien yang sedang menggunakan obat MOA atau baru berhenti pengobatan dalam 14 hari.
  • Penderita glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertensi berat, penyakit arteri koroner berat, dan hipertiroid.
  • Anak usia di bawah 12 tahun.

Dosis Obat Dekongestan

Untuk jenis dekongestan hirup, dosis yang dianjurkan biasanya 5-7 x sehari. Dekongestan hirup tidak boleh digunakan lebih dari 7 kali dalam sehari.

Terapi dekongestan diberikan paling lama seminggu. Pemakaian dekongestan yang lebih dari 1 minggu dapat memperparah penyakit yang diderita. 

Sedangkan pada jenis dekongestan oral, dosis yang biasanya dianjurkan adalah sebagai berikut:

  • Anak usia 6-12 tahun: 4-6 x sehari 30 mg 
  • Anak usia > 12 tahun: 4-6 x sehari 60 mg

Dosisnya bisa berbeda-beda sesuai keparahan penyakit dan usia penderita. Dosis maksimal tidak boleh melebihi 75 mg per hari (dewasa) dan 37,5 mg perhari (anak 6-12 tahun).

Petunjuk penggunaan

  • Gunakan obat dari dosis yang paling kecil. Jika gejala hidung tersumbat sudah hilang, segera hentikan pemakaian.
  • Kombinasikan dengan antihistamin golongan kedua. Antihistamin adalah obat untuk menghalangi kerja histamin, senyawa penyebab alergi. Pada kategori kedua, antihistamin tidak lagi menimbulkan efek kantuk tapi dapat menghilangkan bersin, gatal, dan ingus yang meler. Adapun dari sisi dekongestan, gejala hidung tersumbatnya langsung hilang.
  • Kepala tetap datar ketika memakai obat semprot, karena posisi lubang hidung itu mendatar dan rata. Kalau ketika menyemprot posisi kepala mendongak, cairan malah akan masuk ke kerongkongan. Untuk obat tetes, masukkan dengan kepala yang agak miring dan teteskan sedikit saja.

Efek samping Obat Dekongestan

Efek samping ringan yang mungkin terjadi di antaranya:

Efek samping yang lebih serius seperti halusinasi dan syok anafilatik bisa juga terjadi, tetapi kasusnya sangat jarang terjadi.

Interaksi Obat Dekongestan

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan obat dekongestan adalah:

  • Obat antidepressant, monoamine oxidase inhibitor: menyebabkan tekanan darah naik secara ekstrim (hypertensive crisis).
  • Digitalis: meningkatkan aktivitas ektopik pacemaker.
  • Ketokonazol, eritromisin, atau simetidin: meningkatkan konsentrasi plasma loratadin.
  • Antasida: meningkatkan absorpsi pseudoefedrin.
  • Kaolin: menurunkan absorpsi pseudoefedrin.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan obat dekongestan adalah sebagai berikut:

  • Penggunaan dekongestan untuk jangka panjang tidak dianjurkan karena bisa mengganggu fungsi mucosal ciliary: kondisi atrophic rhinitis dan anosmia (kehilangan fungsi penciuman) bisa terjadi karena kondisi vasokonstriksi dalam waktu lama.
  • Dekongestan hanya boleh digunakan untuk anak usia 6 tahun ke atas.
  • Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan ginjal atau hati, gangguan jantung, gangguan sirkulasi, hipertensi, diabetes, pembengkakan prostat, glaukoma, dan hipertiroidisme.
  • Dekongestan merupakan campuran dari kombinasi obat untuk mengatasi gejala flu, yang dikombinasikan dengan obat penurun suhu tubuh saat demam, ataupun obat anti-alergi serta obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit. Penting untuk Anda agar berhati-hati membaca komposisi obat yang digunakan.
  • Penggunaan tidak boleh lebih dari 7 hari, karena dapat memperparah penyumbatan hidung dari sebelumnya.

Penggunaan Obat Dekongestan pada ibu hamil dan menyusui

Sebaiknya jangan menggunakan obat ini saat hamil dan menyusui, kecuali atas anjuran dokter. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter. 

Artikel terkait:


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Stewart, M. Patient (2018). Ephedrine For Nasal Congestion. (https://patient.info/medicine/ephedrine-for-nasal-congestion)
Harding, M. Patient (2018). Decongestants. (https://patient.info/chest-lungs/cough-leaflet/decongestants)
Mayo Clinic (2017). Drugs and Supplements. Pseudoephedrine (Oral Route). (https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/pseudoephedrine-oral-route/proper-use/drg-20067942)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app