Anemia Defisensi Besi - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 8, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 11, 2019 Waktu baca: 4 menit

Badan cepat lelah dan kurang berenergi, mungkin Anemia

Pernahkah Anda merasa badan cepat lelah, letih, lesu dan kurang bergairah? Jika hal ini sering Anda alami dalam kehidupan sehari-hari, mungkin saja Anda sedang mengalami anemia. Anemia terjadi ketika tubuh mengalami kekurangan sel darah merah yang sehat. Sel darah merah mempunyai fungsi membawa oksigen ke dalam jaringan tubuh dan pada kondisi anemia sel darah merah tersebut tidak dapat berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh dengan baik.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kasus anemia cukup tinggi. Anak-anak, ibu hamil dan wanita yang berada pada masa subur memiliki risiko tertinggi menderita anemia. Terdapat banyak jenis dari anemia, namun pada artikel ini kami akan lebih fokus membahas tentang anemia defisiensi besi. Selamat membaca.

Apa sih Anemia Defisensi Besi itu?

Anemia terjadi ketika kamu memiliki tingkat sel darah merah dalam darahmu yang lebih rendah dari kondisi normal. Anemia defisiensi besi merupakan kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi.

Anemia jenis ini  umum terjadi pada orang di segala usia, termasuk anak-anak, dengan penderita wanita lebih banyak dibanding pria. Meskipun anemia jenis ini tergolong umum, namun banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka menderita anemia kekurangan zat besi.

Apa sih yang menyebabkan terjadinya Anemia Defisensi Besi?                       

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, rendahnya asupan besi, gangguan absorbsi besi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:

Kehilangan zat besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari beberapa hal sebagai berikut:

  • Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
  • Saluran genitalia (perempuan): keluarnya darah menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak (menorrhagia)
  • Saluran kemih: keluarnya darah dari saluran kemih (hematuria)
  • Saluran nafas: keluarnya darah dari saluran nafas atau biasa disebut batuk darah  (hemoptisis)

Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang kurang) atau kualitas zat besi yang rendah.

Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan kehamilan.

Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).

Apa saja tanda dan gejala-gejala dari Anemia Defisiensi Besi?

Ada banyak gejala dari anemia, namun setiap individu tidak akan mengalami seluruh gejala dan apabila anemianya sangat ringan, bahakan gejalanya mungkin tidak tampak. Beberapa gejalanya antara lain; warna kulit yang pucat, mudah lelah, peka terhadap cahaya, pusing, lemah, nafas pendek, lidah kotor, selera makan menurun, sakit kepala, pusing, kaki dan tangan terasa dingin, sensasi kesemutan pada kaki, system imun tubuh menurun dan lain-lain.

Satu gejala aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah Pica, dimana pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap bahan seperti tepung (amilofagia), es (pagofagia), dan tanah liat (geofagia). Beberapa dari bahan ini, misalnya tanah liatdan tepung, mengikat zat besi pada saluran makanan, sehingga memperburuk defisiensi.

Apas aja faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya Anemi Defesiensi Besi?

Berikut beberapa faktor yang memiliki risiko mengalami anemia defisiensi zat besi, yaitu: 

  • Wanita menstruasi
  • Wanita menyusui/hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi
  • Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
  • Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun.
  • Menderita penyakit maag.
  • Penggunaan aspirin jangka panjang
  • Colon cancer
  • Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli dan bayam

Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Untuk mendiagnosis anemia, dokter akan menganjurkan beberapa tes pemeriksaan yaitu: 

  • Pemeriksaan darah lengkap. Tes untuk menghitung jumlah sel darah merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Kadar hematokrit normal pada orang dewasa berkisar di 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa:
    • Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah merah guna menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama pada pasien anemia sel sabit.
    • Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga penyebab anemia adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
    • Kandungan zat besi dalam darah. Bertujuan untuk memeriksa kadar serum ferritin, dimana kadar yang rendah mengindikasikan bahwa anemia yang diderita disebabkkan oleh kekurangan zat besi.
  • Pemeriksaan sumsum tulang untuk menilai fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.

Bagaimana cara mengobati Anemia Defesiensi Besi?

Pengobatan anemia defisiensi besi tergantung separah apa anemianya. Biasanya orang-orang memerlukan zat besi tambahan dari obat atau cairan. Mengonsumsi suplemen penambah zat besi dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Defisiensi zat besi berespons sangat baik terhadap pemberian obat oral seperti garam besi (misalnya sulfas ferosus) atau sediaan polisakarida zat besi (misalnya polimaltosa ferosus).

Selain dengan mengkonsumsi suplemen penambah zat besi, asupan zat besi melalui konsumsi makanan juga perlu ditingkatkan, hal ini demi menjaga cadangan dan tingkat zat besi yang normal. Makanan-makanan tersebut seperti, hati ayam dan hati sapi, kacang-kacangan, misalnya kacang hitam, kacang hijau, dan kacang merah, daging merah tanpa lemak, bayam, brokoli dan lain-lain. Agar dapat memaksimalkan penyerapan zat besi, asupan vitamin C juga diperlukan.

Jika terdapat gejala-gejala yang telah disebutkan seperti diatas, penting untuk Anda mengkonsultasikan keadaan tersebut ke dokter untuk menegakkan diagnosis serta mempermudah dokter untuk memberikan terapi pengobatan. Jangan lupa untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi agar kebutuhan zat besi dalam tubuh Anda terpenuhi. Semoga bermanfaat.


17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Departemen Kesehatan RI (2016). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi Gizi. (http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf)
Cafasso, J. Nail, R. Healthline (2017). What is Iron Deficiency Anemia? (https://www.healthline.com/health/iron-deficiency-anemia)
Pathak, N. WebMD (2017). What is Iron Deficiency Anemia? (https://www.webmd.com/a-to-z-guides/qa/what-is-iron-deficiency-anemia)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Bagaimana cara mengobati anemia yang sering kambuh?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh seorang ahli medis
Buka di app