HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Colitis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mar 20, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 4 menit

Peradangan adalah respon nonspesifik tubuh terhadap berbagai kelainan. Bentuk respon peradangan bisa bermacam-macam, mulai dari peningkatan aliran darah hingga pembuluh darah bocor di area tubuh yang bermasalah. Ketika peradangan terjadi di usus besar, maka kondisi ini dapat disebut dengan kolitis. Sudah pernah mendengar soal peradangan di usus besar alias kolitis? Mari simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Apa itu kolitis?

Kolitis disebut juga dengan radang usus. Kolitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan dalam usus besar. Penyebabnya bervariasi, mulai dari infeksi, gangguan aliran darah, hingga parasit yang menyerang usus besar.

Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan yang bentuknya seperti tabung berongga dan berotot. Usus besar terletak di dalam peritoneum, yaitu kantung yang melapisi usus pada rongga perut.

Fungsi usus besar adalah mengolah makanan yang sudah dicerna oleh usus halus. Selanjutnya, usus besar akan menyerap kelebihan air dan mengalirkannya ke pembuluh darah. Sisa-sisa makanan tadi menjadi lebih padat dan berubah menjadi kotoran (tinja atau feses). Barulah feses dikeluarkan melalui anus saat buang air besar.

Mengenai kolitis

Penyebab

Berbagai penyebab kolitis atau radang usus meliputi:

  • Infeksi

Kolitis alias radang usus dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit. Infeksi ini dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi, penyakit bawaan, atau sanitasi yang buruk.

Penderita kolitis akibat infeksi biasanya akan mengalami diare dan demam. Ketika dilakukan uji sampel feses, maka akan menunjukkan hasil positif untuk enteropatogen seperti Salmonella, Campylobacter, dan E.coli.

Inflammatory bowel disease (IBD) adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Ada 2 jenis IBD yang paling utama, di antaranya:

Penyakit Crohn: Penyakit Crohn adalah peradangan pada lapisan saluran pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi pada saluran pencernaan mana saja, tapi lebih seringnya di bagian terakhir usus halus (ileum).

Kolitis ulseratif: Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis pada lapisan paling dalam usus besar dan dubur, bahkan timbul bisul. Orang dengan kolitis ulseratif berisiko tinggi mengalami kanker usus besar.

Baca Juga: Ciri-Ciri dan Gejala Kanker Usus Besar

  • Kolitis iskemik

Kolitis iskemik terjadi ketika aliran darah di usus besar menurun akibat penyempitan pembuluh arteri. Akibatnya, sel-sel saluran pencernaan lambat laun mati karena mengalami kekurangan oksigen.

  • Reaksi alergi

Alergi lebih sering terjadi pada bayi daripada orang dewasa. Reaksi alergi tersebut biasanya muncul akibat kandungan protein pada susu sapi. Bayi yang mengalami radang usus atau kolitis biasanya akan lebih gampang rewel, perut kembung, hingga muncul darah atau lendir di fesesnya.

  • Kolitis mikroskopik

Terjadinya kolitis mikroskopik hanya dapat ditentukan melalui mikroskop. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan jumlah sel darah putih limfosit di lapisan usus besar.

Penyebab kolitis mikroskopik masih belum diketahui secara pasti. Para ahli menduga ada kaitannya dengan penyakit imun, infeksi, genetik, dan beberapa jenis obat.

  • Obat-obatan tertentu

Beberapa jenis obat, terutama obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), dapat menyebabkan radang usus atau kolitis. Orang lanjut usia dan orang yang pernah menggunakan obat NSAID jangka panjang berisiko tinggi mengalami kolitis.

Gejala

Ketika usus besar meradang, kemungkinan Anda akan mengalami sakit perut, kram, dan diare. Anda juga jadi lebih sering buang air besar dan menyebabkan penurunan berat badan.

Namun, tanda dan gejala kolitis yang spesifik tergantung dari penyebabnya itu sendiri. Supaya lebih jelas, berikut ini gejala kolitis dilihat dari masing-masing penyebabnya:

  • Inflammatory bowel disease (IBD): kram perut, perut kembung, diare, dan mungkin BAB berdarah. Bila disebabkan oleh penyakit Crohn, Anda juga dapat mengalami radang sendi, mata gatal dan berair, hingga gangguan penglihatan.
  • Minum antibiotik: Antibiotik dapat meningkatkan jumlah sel darah putih dalam tubuh. Akibatnya, timbul gejala berupa diare berair, sakit perut, dan demam.
  • Kolitis iskemik: dehidrasi, detak jantung tidak normal, dan kadang BAB berdarah. Infeksi rongga perut juga dapat terjadi dan berpotensi mengancam jiwa. Orang yang usianya lebih dari 60 tahun, memiliki kolesterol tinggi, atau gangguan pembekuan darah berisiko tinggi mengalami iskemik kolitis.

Pencegahan kolitis

Sebetulnya tidak ada cara khusus yang dapat mencegah peradangan pada usus besar atau kolitis. Namun setidaknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meringankan gejalanya, yaitu:

  • Hindari makanan atau minuman yang dapat memperburuk gejala.
  • Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
  • Hindari makanan yang dapat meningkatkan produksi tinja, misalnya sayuran mentah dan minuman berkafein.
  • Berhenti merokok. Mungkin terasa sulit bagi Anda yang sudah terbiasa merokok. Konsultasi dokter atau terapis untuk menemukan cara berhenti merokok yang efektif bagi Anda.

Pengobatan kolitis

Pengobatan kolitis dilakukan berdasarkan penyebabnya itu sendiri. Bila kolitis disebabkan oleh alergi atau efek samping obat, maka dokter biasanya akan mengatur pola makan atau mengubah dosis obat.

Sebagian besar jenis kolitis dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan atau perubahan pola makan. Pengobatan kolitis ini bertujuan untuk mengurangi peradangan pada usus besar sehingga pasien merasa lebih nyaman. Semakin kecil risiko kekambuhan gejala, maka hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasiennya.

Jenis obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengatasi gejala kolitis di antaranya:

Bila Anda sudah melakukan berbagai cara tapi gejala kolitis tak juga berkurang, dokter mungkin akan menyarankan operasi. Konsultasikan ke dokter mengenai jenis operasi dan efek samping yang mungkin terjadi setelah operasi. Dengan begitu, Anda akan merasa lebih tenang dan siap menghadapi operasi tersebut. 


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app