Tuberkulosis (TBC), Infeksi Penyebab Kematian Nomor 1 di Indonesia

Dipublish tanggal: Jun 1, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Tuberkulosis (TBC), Infeksi Penyebab Kematian Nomor 1 di Indonesia

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih

Angka Kejadian Tuberkulosis

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.

Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, namun tuberkulosis masih menempati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO

Bagaimana Seseorang Bisa Terinfeksi Tuberkulosis?

Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit TBC paru ketika daya tahan tubuh seseorang menurun. Dalam perspektif epidemiologi melihat terjadinya penyakit sebagai hasil interaksi antara tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment). Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.

Sejak antibiotik mulai digunakan untuk melawan TB, beberapa jenis bakteri penyebab TB menjadi kebal terhadap obat. TB yang kebal terhadap obat anti tb seperti Isoniazid dan Rifampisin dikenal dengan sebutan MDR-TB. TB-MDR adalah jenis tuberkulosis yang sulit diobati dan hanya dapat diobati dengan penggunaan obat anti-TB yang sangat spesifik, yang sering terbatas atau tidak tersedia. Pada tahun 2012, sekitar 450.000 orang terinfeksi TB-MDR.

Gejala Tuberkulosis

Bakteri TB paling sering tumbuh di paru-paru, dan dapat menyebabkan gejala seperti:

  • Batuk buruk yang berlangsung 3 minggu atau lebih
  • Nyeri di dada
  • Batuk darah atau dahak (lendir dari dalam paru-paru)

Walaupun TBC biasanya menyerang paru-paru, TBC juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain, dan gejalanya akan bervariasi:

  • Tulang: Menyebabkan nyeri tulang belakang dan kerusakan sendi.
  • Otak: Menyebabkan meningitis.
  • Hati dan ginjal: Merusak fungsi penyaringan limbah dan menyebabkan munculnya darah dalam urin.
  • Jantung: Dapat merusak kemampuan jantung untuk memompa darah, yang mengakibatkan tamponade jantung, suatu kondisi dimana lapisan yang melindungi jantung terisi oleh cairan yang bisa berakibat fatal.

Langkah Apa yang Perlu Diambil Untuk Mencegah Terjadinya Infeksi Tuberkulosis?

Beberapa langkah umum dapat diambil untuk mencegah penyebaran TB aktif. Mengurangi kontak dengan populasi yang rentan terinfeksi TB, Mengenakan masker, dan menyediakan ventilasi ruangan yang memadai juga dapat membatasi penyebaran bakteri penyebab Tb.

Vaksinasi TB

Di Indonesia, suntikan vaksin BCG diberikan kepada anak-anak untuk mencegah penyebaran infeksi TB. Vaksin ini tidak direkomendasikan untuk digunakan di AS karena tidak efektif pada orang dewasa, dan dapat mempengaruhi hasil diagnosis pengujian kulit.

Bagaimana Penanganan Infeksi Tuberkulosis?

Diagnosa Tuberkulosis
Di Indonesia pemeriksaan awal untuk mendeteksi tuberkulosis dilakukan dengan pemeriksaan air liur (sputum) untuk mencari bakteri batang tahan asam (pemeriksaan BTA). Sedangkan untuk tahap yang lebih lanjut pemeriksaan dapat dilakukan dengan :

  • Foto rontgen dada
  • Kultur sputum
  • Pemeriksaan resistensi obat-obatan

Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.

Obat anti tuberkulosis lini pertama:

  • Rifampisin
  • INH
  • Pirazinamid
  • Streptomisin
  • Etambutol

Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pyrazinamide 400 mg dan ethambutol 275 mg dan • Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg.

Pengobatan tuberkulosis dapat dilakukan hanya dengan resep dokter. Evaluasi pengobatan akan dilakukan pada akhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6. Evaluasi pengobatan diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan pengobatan dan menetapkan rencana terapi selanjutnya jika pengobatan gagal atau tidak optimal.

Yang paling penting dari pengobatan tuberkulosis adalah menyelesaikan seluruh program pengobatan saat diresepkan. Pengobatan yang tidak selesai dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten dan berpotensi menyebabkan infeksi bakteri TB-MDR. TB-MDR jauh lebih mematikan daripada bakteri TB biasa. Beberapa kasus TB-MDR memerlukan kursus kemoterapi yang luas, yang bisa mahal dan menyebabkan reaksi obat yang berat pada pasien.


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tuberculosis (TB): Symptoms, Signs, Causes, Transmission & Contagiousness. WebMD. (Accessed via: https://www.webmd.com/lung/understanding-tuberculosis-basics#1)
Tuberculosis (TB). NHS (National Health Service). (Accessed via: https://www.nhs.uk/conditions/tuberculosis-tb/)
Tuberculosis (TB) Disease: Symptoms and Risk Factors. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Accessed via: https://www.cdc.gov/features/tbsymptoms/index.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app