Stroke yang Disebabkan Dural Sinus Thrombosis

Dipublish tanggal: Jun 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Stroke yang Disebabkan Dural Sinus Thrombosis

Otak manusia memiliki kebutuhan tertinggi akan oksigen dari setiap jaringan dalam tubuh manusia. Otak menerima sejumlah besar darah dari dua sistem yaitu sistem karotis internal anterior, dan sistem vertebrobasiler posterior. Namun, ruang kranial sangat sedikit untuk menampung darah dalam jumlah besar. 

Konsekuensinya, sistem yang efisien harus dibuat untuk memungkinkan darah meninggalkan ruang yang terbatas.

Aliran pembuluh darah vena otak tidak mengikuti aliran arteri otak. Sebaliknya, pembuluh darah vena mengalir ke sinus dural, yang kemudian mengalir ke vena jugularis interna. 

Ada tujuh sinus dural yang berpasangan (ransverse, cavernous, greater dan lesser petrosal, sphenoparietal, sigmoid and basilar) dan lima sinus dural yang tidak berpasangan (superior dan inferior sagittal, straight, occipital and intercavernous). Oleh karena itu, sinus dural merupakan kanal terbesar yang mengalirkan darah dari otak dan kembali ke paru-paru.

Dural Sinus Thrombosis

Cerebral venous sinus thrombosis (CVST) mengacu pada trombosis (bekuan darah) di otak, di mana terdapat beberapa jenis CVST yaitu dural sinus thrombosis (DST), trombosis vena kortikal, dan trombosis vena serebral dalam. 

Masing-masing tipe trombosis tersebut dapat tampak sangat mirip dan sulit dibedakan melalui pemeriksaan pencitraan. Gejala dari CVST dapat termasuk sakit kepala, penglihatan abnormal, gejala stroke seperti kelemahan wajah dan anggota badan di satu sisi tubuh, dan kejang.

Seperti yang telah diketahui trombosis merupakan sebuah kata yang menggambarkan pembentukan gumpalan darah. Oleh karena itu, dural sinus thrombosis merupakan pembentukan penggumpalan darah di dalam salah satu dural sinus. 

Dural sinus thrombosis dapat mempengaruhi pria dan wanita dari segala usia, tetapi kondisi tersebut lebih mungkin terjadi pada wanita yang sedang hamil atau menggunakan pil KB.

Hubungan Dural Sinus Thrombosis dengan Stroke

Sementara dural sinus thrombosis merupakan suatu kondisi yang relatif jarang terjadi, namun kondisi tersebut dapat menyebabkan konsekuensi yang fatal dan merupakan penyebab 0,5 hingga 1 persen dari semua penyakit stroke. 

Ketika gumpalan darah menetap di dalam salah satu sinus otak, gumpalan darah tersebut dapat menggenang di dalam sistem vena otak, sehingga membuat darah tidak meninggalkan jaringan otak dan kondisi tersebut lama-kelamaan dapat memicu terjadinya stroke.

Faktor resiko terjadinya Dural Sinus Thrombosis

Ada banyak penyebab potensial dari dural sinus thrombosis, berikut beberapa faktor risikonya meliputi:

Gejala-gejala Dural Sinus Thrombosis

Gejala-gejala dural sinus thrombosis dapat berkisar dari tanpa gejala hingga koma atau kematian. Namun, beberapa gejala diantaranya dapat meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kesadaran menurun atau berubah
  • Penglihatan berkurang atau berubah
  • Mual atau muntah
  • Kejang

Diagnosa Dural Sinus Thrombosis

Orang yang mengalami stroke jenis apapun dapat pulih dengan baik jika mereka mendapatkan pengobatan segera. Dokter biasanya akan mengumpulkan riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik. 

Keluarga dan teman-teman dapat menggambarkan gejala yang mereka lihat, terutama jika orang yang terkena stroke tidak sadar. Namun, diagnosis akhir biasanya dibuat berdasarkan bagaimana darah mengalir di otak. Tes pencitraan dapat menunjukkan area aliran darah yang terkena. 

Pemeriksaan berikut dapat digunakan untuk mendiagnosis dural sinus thrombosis, yaitu:

Pengobatan Dural Sinus Thrombosis

Jika tidak diobati dural sinus thrombosis dapat meningkatkan angka kematian hingga 48 persen. Berikut pengobatan untuk dural sinus thrombosis:

Obat Antikoagulasi: Heparin dan Warfarin dapat digunakan untuk pengobatan antikoagulasi sistemik, dengan harapan dapat memecah atau mengurangi bekuan darah.

Trombolisis: Prosedur thrombolysis dapat digunakan untuk melarutkan gumpalan berbahaya di pembuluh darah Anda, meningkatkan aliran darah, dan mencegah kerusakan organ dan jaringan. 

Selama prosedur, neuroradiologis intervensi akan menyuntikkan obat penghilang gumpalan darah melalui jalur intravena (IV) atau kateter panjang, yang mengantarkan obat langsung ke lokasi penyumbatan.

Pengobatan lainnya dapat meliputi:

  • Antibiotik, jika ada infeksi
  • Obat anti kejang untuk mengendalikan kejang jika sudah terjadi
  • Memantau dan mengendalikan tekanan di dalam kepala
  • Operasi
  • Pemantauan aktivitas otak
  • Mengukur ketajaman visual
  • Rehabilitasi

Hal yang perlu Anda lakukan untuk pulih dan tetap sehat setelah mengalami dural sinus thrombosis akan tergantung pada bagaimana stroke mempengaruhi otak Anda. Setiap orang umumnya dapat memperoleh manfaat dari diet sehat dan berolahraga.

Anda mungkin juga perlu berpartisipasi dalam program rehabilitasi khusus atau terapi fisik, jika Anda kehilangan kemampuan untuk bergerak atau bicara. Efek stroke lain yang mungkin terjadi, seperti sakit kepala atau perubahan penglihatan, dapat ditangani oleh dokter spesialis sesuai bidangnya.

Jika Anda pernah mengalami stroke jenis tersebut, Anda mungkin perlu menghindari jenis obat tertentu, seperti obat kontrasepsi oral yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Cerebral Venous Thrombosis: Background, Etiology, Epidemiology. Medscape. (https://emedicine.medscape.com/article/1162804-overview)
Cerebral Venous Sinus Thrombosis (CVST). Johns Hopkins Medicine. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/cerebral-venous-sinus-thrombosis)
Dural Sinus Thrombosis and Stroke. Verywell Health. (https://www.verywellhealth.com/dural-sinus-thrombosis-and-stroke-3146039)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app