Sepsis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 9, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 17, 2019 Waktu baca: 5 menit

Sepsis merupakan kondisi gawat darurat yang harus ditangani secara intensif. Pasalnya, sepsis dapat meracuni darah dan memengaruhi seluruh organ dalam tubuh. Bila tidak segera diatasi, kondisi ini dapat mengancam jiwa penderitanya.

Apa itu sepsis?

Sepsis adalah kondisi medis yang disebabkan oleh infeksi dalam tubuh yang memicu peradangan. Sepsis dapat terjadi pada seluruh organ di dalam tubuh, tergantung dari organ tubuh mana yang terinfeksi.

Sepsis yang disebabkan oleh penyakit seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih dapat menimbulkan disfungsi pada organ-organ yang berkaitan. Sepsis merupakan kondisi gawat darurat yang harus ditangani secara intensif.

Munculnya sepsis marak terjadi mulai tahun 1970-an yang berawal dari infeksi organ tubuh, kemudian semakin lama menewaskan banyak pasien. Tidak hanya berasal dari infeksi yang masuk saja, munculnya sepsis juga disebabkan oleh tindakan medis atau rawat inap di rumah sakit yang mencapai angka 2% dari pasien yang dirawat di rumah sakit, dan 90% kematian ternyata disebabkan oleh sepsis. 

Hingga saat ini, para peneliti kesehatan terus mengembangan terapi yang tepat untuk mengurangi kejadian sepsis akibat suatu infeksi atau tindakan medis. Dilakukan dengan cara memproduksi antibiotik dengan efektivitas terbaik dan meningkatkan kualitas pelayanan medis, sehingga tingkat kematian akibat sepsis dapat menurun.

Mengenai sepsis

Penyebab Sepsis

Penyebab sepsis yang paling utama adalah adanya respon inflamasi akibat bakteri, virus, dan jamur. Infeksi tersebut menghasilkan protein bernama sitokin yang memicu perkembangan infeksi di dalam tubuh, kemudian menganggu metabolisme serta fungsi sel pada organ tubuh.

Bakteri yang sering menjadi penyebab sepsis antara lain Escheria coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella dan Enterococcus. Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga dapat memicu sepsis, yaitu: 

  1. Infeksi paru (pneumonia)
  2. Influenza
  3. Infeksi saluran pencernaan (pankreatisis, peritonitis, dan appendisitis atau usus buntu)
  4. Infeksi saraf (ensefalitis dan ensefalopati)
  5. Infeksi kulit (selulitis)
  6. Tindakan pasca operasi

Sepsis yang berat dapat menyerang salah satu organ dan dapat menjalar ke organ lain melalui aliran darah dari pembuluh darah.

Jenis dan gejala sepsis

Gejala sepsis yag muncul dalam tubuh berbeda-beda, tergantung dari jenis sepsis itu sendiri. Ada 5 jenis sepsis yang perlu diketahui, antara lain SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome), syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok sepsis, dan MODS (Multiple Organ Dysfunction).

Berikut gejala sepsis berdasarkan masing-masing jenisnya:

1. SIRS

SIRS adalah respon inflamsi sistemik yang menimbulkan gejala klinis berat, minimal 2 atau lebih gejala berikut: 

  • Demam (lebih dari 38° Celsius atau kurang dari 36° Celsius)
  • Takikardia (peningkatan denyut nadi lebih dari 90 kali/menit)
  • Takipnea (peningkatan frekuensi napas lebih dari 20 kali/menit)
  • Leukositosis (peningkatan sel darah putih atau leukosit yang melebihi 12.000/mm3) atau leukopenia (sel darah putihkurang dari 4000/mm3)

2. Syok sepsis

Syok sepsis ditandai dengan penurunan tekanan darah yang drastis akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri. Bakteri ini terus melawan sistem kekebalan tubuh yang lambat laun merusak jaringan dan pembuluh darah

Gejala yang ditimbulkan antara lain:

3. MODS

MODS adalah perubahan fungsi organ dengan homeostasis kronis akibat infeksi yang tidak terkontrol. Jenis sepsis ini paling sering disebabkan oleh pneumonia.

Kegagalan organ yang dapat menyebabkan MODS antara lain:

  • Gagal jantung akibat edema
  • Gagal ginjal 
  • Kelainan organ pencernaan seperti ulkus dan pankreatitis
  • Gangguan saraf pada ensafalopati 
  • Kelainan paru seperti kekurangan oksigen dan takipnea

Pencegahan sepsis

Karena sepsis disebabkan oleh infeksi, maka Anda harus benar-benar menjaga tubuh agar tidak terkena infeksi. Kalaupun telanjur mengalami infeksi, perlu segera diupayakan agar infeksi tersebut tidak menyebar dalam tubuh.

Berikut ini berbagai cara mencegah sepsis dalam tubuh, di antaranya:

1. Vaksinasi

Sepsis tidak bisa sepenuhnya dicegah, namun setidaknya Anda bisa menurunkan risiko terjadinya infeksi dengan vaksin. Terlebih, sepsis dapat terjadi akibat beberapa penyakit seperti influenza.

Vaksin bertujuan untuk membantu tubuh dalam melawan bakteri maupun infeksi. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya sepsis alias infeksi yang lebih parah.

Jenis vaksin yang direkomendasikan bisa berbeda-beda, namun utamanya berupa vaksin influenza dan vaksin pneumococcus. Kedua jenis vaksin tersebut mampu menurunkan risiko sepsis pada orang dewasa.

2. Minum antibiotik

Meskipun setiap infeksi bisa berkembang menjadi sepsis, risiko komplikasi bisa terjadi ketika infeksi tersebut tidak diatasi dengan baik. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila seseorang berhenti minum antibiotik secara tiba-tiba dan tidak menghabiskannya sesuai anjuran dokter.

Padahal, antibiotik berfungsi untuk membantu membilas bakteri penyebab infeksi dalam tubuh. Jika dosisnya tidak sesuai atau terapinya dihentikan, maka bakteri bisa jadi kebal (resisten) dan semakin kuat di dalam tubuh.

Oleh karena itu, pastikan untuk selalu mengikuti aturan minum obat dari dokter, terutama antibiotik.

3. Rajin cuci tangan dan jaga kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri juga dapat membantu mencegah sepsis. Salah satunya dengan rajin mencuci tangan guna membilas kuman, bakteri, dan jamur yang menempel pada permukaan tangan.

Gunakan air mengalir bersuhu hangat dan sabun saat cuci tangan. Gosok tangan hingga ke sela-selanya, termasuk di antara jari dan bawah kuku, supaya kuman dan bakteri benar-benar terbilas hingga tuntas.

Pastikan untuk selalu mencuci tangan ketika:

  • Sebelum menyiapkan makanan
  • Sehabis dari toilet
  • Setelah bersin dan batuk
  • Setelah memegang hewan
  • Tiap kali masuk ke dalam rumah sehabis berkegiatan di luar

Pengobatan sepsis

Diagnosis sepsis dinilai dari gejala klinis dan pemeriksaan kultur darah. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menilai kadar trombosit, protrombin, kadar fibrinogen, trombosit, dan adanya asidosis metabolik.

Selain itu, pemeriksaan urin dan cairan serebrospinal juga berperan penting untuk menemukan jenis bakteri penyebab sepsis dan menilai vaskularisasi di dalam tubuh. 

Bila terjadi kelainan pada organ, maka diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti analisis gas darah, profil ginjal, fungsi hati, tekanan paru, dan cardiac output.

Terapi awal kasus sepsis umumnya dilakukan dengan stabilisasi oksigen dan cairan. Beberapa terapi lainnya yang harus dilakukan antara lain:

1. Terapi cairan

Berfungsi utnuk memperbaiki cairan d idalam tubuh dan mengurangi demam dan vasodilatasi pembuluh darah.

2. Epinefrin

Epinefrin merupakan terapi vasopresor yang dilakukan untuk menstabilkan sirkulasi jantung. Dopamina dan fenilefrin juga dapat digunakan dan memberikan efek serupa.

3. Transfusi darah

Apabila terjadi penurunan hemoglobin, dokter akan melakukan transfusi darah sebagai terapi utama.

4. Vasokonstriktor

Obat vasokonstriktor berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah bila terjadi hipotensi (tekanan darah rendah).

5. Terapi insulin

Bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa dengan mengurangi kerusakan multiorgan, seperti pada pankreas atau pasien riwayat diabetes.


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2018). Slideshow: What is Sepsis? Symptoms, Treatment, and More. (https://www.webmd.com/a-to-z-guides/ss/slideshow-sepsis-101)
Tidy, C. Patient (2016). Sepsis. (https://patient.info/doctor/sepsis-septicaemia-pro)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app