Kenapa Sering Buang Air Besar Setelah Makan?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Kenapa Sering Buang Air Besar Setelah Makan?

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Buang air besar yang terjadi setiap hari atau sesekali saja merupakan hal yang normal. Ini dipengaruhi oleh pergerakan usus halus dan usus besar setelah makan.
  • Penyebab sering buang air besar setelah makan umumnya karena iritasi usus, penyakit radang usus, diare asam empedu, hingga intoleransi laktosa.
  • Intoleransi terhadap makanan mengandung gluten juga dapat memicu munculnya hasrat ingin BAB setelah makan, akibat penyakit celiac.
  • Guna mengatasinya, sebaiknya makanlah dengan prinsip sedikit tapi sering. Hindari makanan berlemak dan hindari stres.
  • Segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami buang air besar disertai dengan nyeri perut, kembung, atau mual.
  • Dokter kami telah menjawab pertanyaan seputar cara mengatasi sering buang air besar setelah makan pada kolom Tanya Dokter di Honestdocs. Klik di sini!

Buang air besar seharusnya jadi kebiasaan rutin setiap hari. Namun jika kewajiban satu ini terjadi terlalu sering bahkan harus dilakukan setiap setelah makan, maka Anda patut waspada. Sering buang air besar setelah makan bisa jadi tanda ada yang tidak beres dengan pencernaan.

Kondisi paling umum yang menjadi penyebab sering buang air besar setelah makan adalah Iritable Bowel Syndrome (IBS) namun beberapa kondisi pencernaan lain juga dapat mendasarinya. Oleh sebab itu penting untuk berkonsultasi dengan dokter ketika BAB disertai dengan keluhan nyeri perut, kembung, atau mual-mual.

Apakah Sering BAB Setelah Makan itu Normal?

Lambung akan meregang pada saat kita makan. Setelah cukup kenyang, saraf yang ada di lambung akan memberikan sinyal ke usus halus untuk mempersiapkan diri mencerna makanan dari lambung. Sinyal inilah yang akan memandu kontraksi pada otot-otot usus untuk mulai bergerak dan memulai proses mencerna.

Pergerakan usus halus dan usus besar nantinya akan membuat rasa ingin buang air besar muncul. Jadi, kondisi ingin buang air besar setelah makan seperti ini sebenarnya cukup normal pada kebanyakan kasus.

Umumnya, orang yang mengalami kondisi ini lebih sering menahannya dibanding meneruskannya ke kamar mandi. Kebiasaan menahan BAB itulah yang sebetulnya tidak baik, karena bisa saja menyebabkan beberapa komplikasi lain pada pencernaan. Namun, jika rasa ingin buang air besar ini selalu muncul setelah makan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan apa yang terjadi.

Apa saja Penyebab Sering Buang Air Besar Setelah Makan?

Jika buang air besar tidak selalu muncul, atau hanya sesekali saja, maka itu termasuk normal. Namun, ketika terjadi cukup sering, maka ada banyak faktor membuat Anda ingin terus-terusan buang air besar.

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang bisa jadi penyebab sering buang air besar setelah makan, antara lain:

1. Iritasi Usus

Usus akan menjadi sangat aktif ketika lapisan dalamnya mengalami radang atau iritasi. Hal inilah yang menyebabkan waktu cerna yang singkat pada usus halus maupun besar.

Makanan yang sudah dicerna oleh lambung akan bergerak cepat di dalam usus halus maupun besar. Gangguan usus seperti inilah yang menyebabkan dorongan untuk buang air besar setelah makan.

2.  Penyakit Radang Usus/ Inflammatory Bowel Disease (IBD)

Penyakit IBD ini terdiri dari dua jenis, penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, keduanya mengacu pada peradangan yang terjadi di usus. Peradangan ini akan menyebabkan sering buang air besar, sakit perut, sakit lambung setelah makan, dan adanya darah pada kotoran.

Kolitis ulserativa biasanya hanya mempengaruhi usus besar sementara penyakit Crohn efeknya akan terjadi pada keseluruhan saluran pencernaan. Penyakit ini juga biasanya membuat penderitanya tidak dapat menahan rasa ingin buang air besar, sehingga harus segera dikeluarkan bahkan setelah makan.

Baca Juga: Radang Usus: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

3. Diare Asam Empedu

Terlalu sering buang air besar setelah makan bisa jadi akibat dari diare asam empedu. Penelitian menunjukkan bahwa penderita diare asam empedu biasanya sering salah di diagnosis mengalami IBS.

Diare asam empedu terjadi ketika asam empedu yang sangat dibutuhkan usus untuk mencerna lemak tidak ikut terserap pada proses pencernaan di usus halus. Akibatnya, zat asam ini akan ikut terbawa ke dalam usus besar.

Dalam kondisi seperti ini, usus besar akan mengalami kontraksi yang menyebabkan diare. Kondisi tersebut juga menyebabkan seseorang harus lebih sering ke toilet.

4. Intoleransi Laktosa

Ketika seseorang mengalami intoleransi laktosa, tubuhnya tidak dapat mencerna jenis gula tertentu yang disebut laktosa yang banyak terdapat pada susu dan produk olahan susu. Artinya jika sampai mengonsumsi susu, ususnya tidak akan mampu menyerap zat ini sehingga menimbulkan diare.

Jadi, apabila seringnya buang air besar setelah makan sesuatu yang mengandung susu, kemungkinan Anda mengalami intoleransi laktosa.

5. Penyakit Celiac

Ketika seseorang mengalami penyakit Celiac, sistem imunnya akan bereaksi saat mengonsumsi gluten. Gluten adalah senyawa protein yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam, dan jelai. Penderita celiac biasanya akan langsung diare setelah mengonsumsi gluten, salah satu tanda yang umum dari kondisi ini adalah mengampungnya tinja.

Segeralah hubungi dokter jika Anda mengalami diare yang parah setelah mengonsumsi gluten. Penyakit celiac ini memerlukan perhatian medis dan dapat menyebabkan beberapa komplikasi.

6. Kanker Usus Besar

Salah satu penyebab lain sering buang air besar setelah makan adalah kanker usus besar. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel pada usus besar mulai tumbuh secara tidak normal dan mempengaruhi fungsi usus besar. Jenis kanker ini sebenarnya lebih mudah disembuhkan, peluangnya hingga 90% jika diketahui sejak awal pertumbuhannya.

Kanker usus besar biasanya akan memunculkan rasa sakit saat ingin buang air besar. Selain itu, sering buang air besar dan adanya darah pada kotoran bisa jadi pertanda kanker usus besar yang perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya di sini: Ciri-ciri dan Gejala Kanker Usus Besar

7. Kolitis Mikroskopis

Berbeda dengan kolitis ulserativa, peradangan pada lapisan dalam usus akibat kolitis mikroskopis hanya dapat dilihat dengan jelas menggunakan mikroskop. Sayangnya, penyebab kondisi ini hingga kini masih belum jelas.

Namun, kondisi ini biasanya menyebabkan penderitanya tidak dapat menahan rasa ingin buang air besar sehingga diare terus menerus.

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Sering BAB Setelah Makan?

Jika Anda mengalami sering BAB setelah makan dan terjadi berkali-kali, maka segera periksakan diri ke dokter. Namun, jika Anda belum ada waktu untuk mengunjungi dokter, sebaiknya lakukan tips berikut untuk meringankan gejala yang timbul:

  • Makanlah lebih sedikit dari biasanya namun lebih sering.
  • Hindari makanan berlemak seperti daging, gorengan dan kentang goreng cepat saji. Hindari juga makan pedas atau asam untuk menjaga kerja pencernaan tetap baik.
  • Lakukan relaksasi untuk menenangkan tubuh, otak dan usus Anda. Kelolalah stres yang muncul, agar tidak sampai jadi pemicu diare. Anda bisa mencoba olahraga pernapasan untuk meringankan tingkat stres.

Kapan Harus Segera ke Dokter?

Ketika rasa ingin buang air besar setelah makan muncul sesekali, Anda sebetulnya tidak perlu terlalu khawatir. Namun, jika kondisi ini sering terulang, sebaiknya segeralah temui dokter.

Selain itu, beberapa situasi berikut juga sebaiknya jadi acuan untuk segera menghubungi tenaga medis terdekat:

  • Mengalami diare yang tidak membaik setelah tiga minggu.
  • Menderita diare dan demam tinggi lebih dari 38ºC.
  • Ketika diare disertai sakit pada rektum atau perut bagian bawah.
  • Kotoran yang keluar saat diare berwarna hitam, abu-abu atau berdarah.
  • Diare hingga mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti pusing, haus dan kelelahan.

15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Women vs. men when it comes to digestion. (2018). (https://www.carolinadigestive.com/news/women-vs-men-digestion)
Rajan E. (2019). Digestion: How long does it take? (https://www.mayoclinic.org/digestive-system/expert-answers/faq-20058340)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app