Sakit Kepala Bagian Depan - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit

Hampir setiap orang pernah mengalami sakit kepala di beberapa titik dalam kehidupannya. Tak terkecuali, sakit kepala bagian depan, yang terjadi ketika nyeri ringan sampai berat terasa di dahi atau pelipis. Meskipun ada banyak penyebab sakit kepala bagian depan, namun yang paling sering disebabkan oleh stres.

Dalam istilah medis, kepala bagian depan disebut dengan 'lobus frontal', sakit kepala lobus frontal biasanya terjadi dari waktu ke waktu (episodik). Namun terkadang, bisa berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama (kronis), lebih dari 14 kali per bulan.

Baca:

Apa yang Anda rasakan saat sakit kepala bagian depan?

Penderita sakit kepala lobus frontal akan merasakan seperti ada sesuatu yang menekan kedua sisi kepala, dengan nyeri ringan hingga sedang, bahkan bisa lebih parah. Beberapa orang merasakan seperti ada ikatatan kencang di kepala.

Selain kepala, beberapa area tubuh juga ikut menjadi sensitif, seperti kulit kepala, kepala, dan otot bahu yang terasa nyeri saat disentuh.

Bedanya dengan migrain, sakit kepala bagian depan tidak menyebabkan mual dan tidak terpengaruh oleh aktivitas fisik, kebisingan, cahaya, ataupun bau.

Apa penyebab sakit kepala bagian depan?

Sakit kepala lobus frontal memiliki banyak kemungkinan pemicu. Pemicu yang paling sering adalah stres. Sedangkan pemicu lainnya dapat meliputi:

  • infeksi sinus
  • sakit rahang atau leher
  • alergi
  • ketegangan mata akibat penggunaan komputer
  • insomnia atau gangguan tidur lainnya
  • makanan tertentu, seperti daging yang mengandung nitrat
  • alkohol, terutama anggur merah
  • dehidrasi
  • depresi dan kecemasan
  • perubahan cuaca
  • postur yang buruk
  • ketegangan.

Kapan harus berobat ke dokter?

Sebagian besar kasus sakit kepala bagian depan kondisinya ringan sehingga tidak memerlukan kunjungan ke dokter. Hal ini umumnya disebabkan oleh sakit kepala primer yang mempengaruhi 90 persen kasus. Namun, apabila sakit kepala terus berlanjut dan mengganggu aktivitas harian, maka berobatlah dokter.

Jenis sakit kepala lainnya, yang disebut sakit kepala sekunder, memiliki gejala yang lebih serius dan harus mendapatkan penanganan segera. Sakit kepala sekunder berarti ada kondisi atau kelainan serius yang menjadi penyebabnya.

Beberapa ciri sakit kepala bagian depan yang harus segera mendapatkan pertolongan medis yaitu:

  • sakit tiba-tiba dan langsung parah.
  • baru terasa tapi begitu hebat, terutama jika berusia lebih dari 50 tahun.
  • sakit kepala setelah mengalami cedera kepala.

Anda juga harus menemui dokter jika sakit kepala disertai hal-hal berikut:

Bagaimana mengobati sakit kepala bagian depan?

Pengobatan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kemungkinan pemicunya. Kebanyakan sakit kepala bagian depan dapat diobati dengan obat nyeri yang dijual bebas seperti aspirin, acetaminophen (parasetamol), ibuprofen, atau naproxen.

Ada juga obat sakit kepala kombinasi yang terdiri dari pereda rasa sakit dan obat penenang atau kafein (konsultasikan lebih lanjut dengan apoteker). Perlu diketahui bahwa penggunaan obat sakit kepala yang berlebihan malah dapat membuat sakit kepala semakin parah.

Obat sakit kepala bagian depan lainnya dirancang untuk membantu rileks dan mengurangi stres. Caranya dengan menghindari pemicu stres. Buat rutinitas harian yang menyenangkan, termasuk makanan yang dijadwalkan secara rutin serta tidur yang cukup.

Obat penghilang stress lainnya termasuk:

  • mandi air panas
  • pijat
  • terapi fisik
  • ibadah dan doa
  • olahraga rutin

Perubahan gaya hidup juga penting dilakukan. Ini termasuk menghindari kelelahan mata yang berlebihan dengan mengurangi jumlah jam melihat layar komputer atau layar terang lainnya. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka dianjurkan untuk beristirahat untuk setiap 1 jamnya selama lima hingga 10 menit agar mata tidak tegang.

Pastikan pula bahwa punggung dan otot leher berada pada postur yang tepat. Lakukan peregangan secara teratur setelah sekian lama dalam posisi diam.

Jika penyebabnya bukanlah masalah layar komputer, maka cobat cermati dan catat pemicunya, seperti:

  • tidur tidak teratur
  • makanan dan minuman tertentu
  • kegiatan tertentu
  • situasi interpersonal

Selanjutnya, cobalah untuk menghindari pemicu di atas sebaik mungkin.

Metode pencegahan sakit kepala bagian depan non-obat lainnya termasuk akupunktur dan suplemen seperti butterbur dan coenzyme Q-10. Penelitian mengenai hal ini menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan.

Jika sakit kepala terus bertahan setelah perawatan awal, dokter mungkin akan meminta tes pencitraan otak untuk memastikan tidak ada penyebab nyeri lainnya, seperti tumor atau aneurisma. Magnetic resonance imaging (MRI) dan computerized tomography (CT) biasanya digunakan untuk pencitraan otak.


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Spigt M, et al. (2012). A randomized trial on the effects of regular water intake in patients with recurrent headaches. DOI: (https://doi.org/10.1093/fampra/cmr112)
Price A, et al. (2015). Increased water intake to reduce headache: Learning from a critical appraisal. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26200171)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app