Rangkaian Perawatan Wajib Menjaga Kesehatan Vagina

Vagina yang sehat juga mampu mengeluarkan sejumlah cairan yang menjaganya agar tetap bersih. Gangguan kesehatan di area miss V harus dicegah.
Dipublish tanggal: Jun 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit
Rangkaian Perawatan Wajib Menjaga Kesehatan Vagina

Alat reproduksi harus dirawat agar tetap sehat dan tidak menimbulkan persoalan kesehatan. Sebagai wanita, merawat organ intim kewanitaan merupakan suatu keharusan. Anda harus menjaga kebersihan dan keseimbangan pH vagina agar berada dalam batas normal.

Pasalnya, derajat keasaman yang normal bisa mempertahankan bakteri baik untuk membersihkan vagina, sehingga mampu mencegah infeksi. Vagina yang sehat juga mampu mengeluarkan sejumlah cairan yang menjaganya agar tetap bersih. 

Gangguan kesehatan di area miss V harus dicegah. Berikut ini adalah berbagai cara untuk menjaga kesehatan vagina.

1. Membasuh vagina dengan benar

Dalam upaya perawatan vagina yang benar, Anda harus menghindari pemakaian sabun wangi, antiseptik, dan gel. Mengapa? Berbagai bahan pembersih tersebut bisa memengaruhi keseimbangan pH agar bakteri baik tetap hidup dan berperan membersihkan vagina dengan mekanisme alami. 

Dengan kondisi ini, Anda tidak akan mengalami iritasi di area vagina.

Setelah memilih bahan pembersih yang tepat dengan menghindari beberapa bahan berbahaya tersebut, Anda dianjurkan menggunakan sabun polos tanpa pewangi untuk membasuh daerah vagina secara perlahan setiap harinya. 

Bahan pembersih tanpa tambahan bahan pewangi jauh lebih aman untuk vagina, yaitu tidak terlampau basa.

Menurut konsultan uroginekologi dari University College Hospital, London, dr. Suzy Elneil, membersihkan vagina saat haid sebaiknya dilakukan lebih dari sekali sehari agar mampu merawat vagina agar tetap sehat. Tindakan ini tentu saja membuat vagina lebih bersih dan tidak menimbulkan persoalan lain.

Bagi Anda yang mempunyai kulit sensitif atau gejala vulva yang rentan, maka gunakanlah sabun non alergi atau sabun yang biasa. Alangkah baiknya, tetaplah konsultasi ke dokter agar lebih aman dalam pemakaiannya.

2. Menggunakan kondom

Anda pasti sudah mengerti apa itu kondom. Salah satu alat kontrasepsi yang berguna melindungi organ intim dari Penyakit Menular Seksual (PMS) dan terjadinya kehamilan. Ternyata, fungsi kondom tidak hanya itu saja.

Lebih dari itu, kondom juga berfungsi untuk menjaga tingkat pH (derajat keasaman) vagina yang berarti bahwa bakteri baik, seperti halnya Lactobacillus, dapat bertahan hidup di sana. 

Bakteri itu sangat penting karena menjadi bakteri yang mampu membantu mencegah infeksi ragi, vaginosis bakteri, dan Infeksi Saluran Kemih (ISK).

3. Mengenakan celana dalam berbahan katun

Rangkaian perawatan yang ketiga adalah memilih celana dalam berbahan katun untuk melindungi daerah vagina. Menurut seorang profesor klinis kebidanan, ginekologi, serta ilmu reproduksi dari Yale University, Mary Jane Minkin, M.D., katun adalah bahan ideal untuk dibuat menjadi pakaian dalam wanita.

Pasalnya, katun mampu menyerap kelembaban dan memungkinkan sirkulasi udara lewat kulit tetap lancar. Kelembaban yang berlebih bisa diatasi, sehingga minim menyebabkan iritasi. Anda tetap merasa nyaman dan tidak cemas akan mengalami keputihan berlebih atau iritasi akibat sirkulasi udara yang tidak lancar.

4. Memeriksakan diri ke ginekolog untuk perawatan preventif

Periksa pada ahli kesehatan secara rutin setiap tahunnya perlu dilakukan karena sangat penting dalam menjaga kesehatan vagina. Setiap wanita diharuskan melakukan tes ginekologi pertama kalinya pada usia 21 tahun atau dalam kurun waktu 3 tahun yang terhitung sejak aktif secara seksual.

Ginekolog serta banyak dokter dilatih mendiagnosis penyakit serta gangguan yang bisa membahayakan vagina ataupun sistem reproduksi lain secara keseluruhan. Ginekolog juga melibatkan tes Pap Smear atau pemeriksaan leher rahim, sehingga mampu mendeteksi ada atau tidaknya kanker.

5. Melumasi vagina

Kondisi vagina kering secara wajar sering dialami wanita karena disebabkan sering mengonsumsi obat tertentu, seperti halnya antidepresan, antihistamin, ataupun pil KB. Persoalan tersebut muncul setelah kehamilan ataupun sesaat sebelum menopause.

Jika terjadi hal demikian, maka komunikasikan dengan pasangan mengenai keharusan menggunakan pelumas agar tidak lecet ketika berhubungan seks karena keringnya vagina. 

Anda juga harus menghindari petroleum jelly serta produk lain berbasis minyak karena bahan tersebut dapat mengakibatkan lateks kondom rusak dan bisa menyebabkan iritasi.

6. Berhati-hati saat bersepeda

Bersepeda adalah kegiatan yang mengasyikkan dan menjadi pilihan tepat bersantai sambil berolahraga. Akan tetapi, tetaplah Anda berhati-hati dalam mengendarai sepeda tersebut agar tidak menimbulkan cedera di area kewanitaan. 

Jika sering mengendarai sepeda, maka bisa berisiko mati rasa di area genital, muncul rasa sakit, hingga kesemutan.

Berdasarkan sebuah studi yang masuk dalam Journal of Sexual Medicine mengungkapkan bahwa mayoritas pengendara sepeda mengalami hal tersebut. 

Jika Anda suka mengendarai sepeda, khususnya di dalam studio, maka coba mengenakan celana pendek yang empuk demi menjaga kesehatan vagina dari rasa sakit akibat cedera atau kesemutan selama berkendara.

7. Menjaga kebersihan vagina dengan baik

Setelah buang air besar, Anda harus segera membersihkan area genital dari depan ke belakang, bukan dari belakang ke depan. Tujuannya untuk menghindari kontaminasi bakteri vagina serta menurunkan risiko infeksi kandung kemih.

Anda juga harus mengganti pembalut dan panty liner untuk menyerap keputihan yang umumnya terjadi. Jika tidak, maka keputihan akan berlebihan dan hal tersebut menjadikan vagina lembab serta memicu infeksi jamur.

Demikianlah, rangkaian perawatan wajib untuk vagina yang perlu menjadi perhatian. Anda harus melakukannya secara rutin agar vagina tetap sehat dan terhindar dari berbagai persoalan kesehatan. Hal tersebut penting untuk diketahui.


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app