Penyebab dan Cara Pengobatan Pneumonia pada Anak

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Jan 4, 2022 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Penyebab dan Cara Pengobatan Pneumonia pada Anak

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Pneumonia adalah bentuk peradangan yang terjadi pada paru-paru dan bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa;
  • Pneumonia terjadi akibat infeksi akut pada saluran pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh miikroorganisme;
  • Pneumonia yang terjadi pada anak biasanya muncul dalam bentuk bronkopneumonia yang menimbulkan peradangan;
  • Beberapa pengobatan pneumonia pada anak dapat berupa terapi oksigen, hidrasi oral, terapi simptomatik, dan juga terapi kausatif;
  • Pemberian vaksin pneumonia dapat diberikan pada anak usia 2-5 tahun. Hal ini akan membantu mencegah risiko penyakit pneumonia;
  • Lakukan vaksin pneumonia atau pesan beragam jenis paket vaksinasi lain secara online di HDmall. Booking di klinik terdekat!

Pneumonia adalah istilah medis yang digunakan sebagai bentuk peradangan pada parenkim yaitu jaringan utama paru paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penyakit penumonia bisa menyerang siapa saja di segala usia, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. 

Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Secara sederhana, pneumonia adalah sejenis infeksi akut pada saluran pernafasan bawah atau yang juga disebut paru-paru basah. 

Pneumonia banyak menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Pada negara berkembang, penyakit ini menyerang hingga 30 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Pneumonia pada anak biasanya muncul dalam bentuk bronkopneumonia.

Bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai dinding bronkiolus (saluran pernapasan kecil pada paru) serta jaringan paru di sekitarnya. 

Brokopeumonia disebut juga pneumonia lobularis yang berarti bahwa peradangan pada parenkim paru terlokalisir pada bronkiolus dan alveolus di sekitarnya. Bronkopneumonia sering menimpa anak-anak dan balita, peradangan yang ditimbulkan dapat bersifat ringan atau berat tergantung dari penyebabnya.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Pneumonia

Penyebab dan Gejala Pneumonia pada Anak

Bronkopneumonia diawali oleh suatu infeksi saluran pernapasan atas yang menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah. Bronkopneumonia pada anak merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak balita di Indonesia.

Bronkopneumonia pada anak dapat dapat disebabkan oleh beberapa mikroorganisme, yaitu:

  • Bakteri: kelompok gram positif seperti S. Aerous, Steptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, dan kelompok gram negatif seperti Haemophilus influenza, P. Aeruginosa dan klebsiella pneumonia.
  • Virus: virus influenza, parainfluenza, Cytomegalovirus, dan Respiratory Sincityal Virus
  • Jamur: jamur histoplasmosis dapat menyebar melalui spora yang terhirup melalui udara.
  • Protozoa: pneumonia dapat disebabkan oleh Pneumocystis carinii yang terjadi pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Anak yang terinfeksi mikroorganisme tidak serta merta mengalami pneumonia. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan infeksi dapat berkembang menjadi pneumonia, antara lain:

  • Anak yang mengalami Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) berulang
  • Anak yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi
  • Anak dengan usia di bawah 2 bulan
  • Anak dengan berat badan lahir rendah
  • Anak dengan paparan polusi udara dan kepadatan tempat tinggal
  • Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif
  • Anak yang tidak mendapat Imunisasi yang tidak memadai

Gejala pneumonia pada anak berupa bronkopneumonia biasanya diawali dengan adanya demam disertai batuk, pilek, suara serak dan nyeri tenggorokan. 

Dalam prosesnya, demam akan semakin meninggi, batuk bertambah berat, anak bernapas dengan cepat disertai sesak napas dan tarikan pada otot rusuk. Pada tahap lanjut, gejala pneumonia pada anak dapat berupa kulit tampak kebiruan dan lemas.

Baca juga: Gangguan Paru-Paru pada Bayi Prematur

Pengobatan Pneumonia pada Anak

Penumonia pada anak bersifat akut dan mempunyai angka kematian yang tinggi sehingga memerlukan pengobatan dan perawatan segera di rumah sakit. Cara pengobatan pneumonia pada anak dapat berupa:

  • Terapi Oksigen: Oksigen tambahan harus segera diberikan pada anak yang mengalami sesak napas hebat, tampak kebiruan, dan lemas
  • Hidrasi Cairan: Cairan diberikan untuk mencukupi kebutuhan cairan pada anak. Dapat dilakukan dengan obat oral (diminum) atau diberikan melalui infus
  • Terapi Simptomatik: Obat-obatan harus diberikan untuk mengurangi gejala pneumonia seperti batuk, demam, dan sumbatan jalan napas oleh lendir
  • Terapi Kausatif: Antibiotik harus diberikan dengan secara empiris sesuai dengan perkiraan mikroorganisme penyebab pneumonia pada anak

Selain dengan pengobatan di atas, orang tua juga sebaiknya melakukan upaya pencegahan agar jangan sampai anak terkena pneumonia. Caranya dengan memberikan vaksin pneumonia. Pemberian vaksin pneumonia sebaiknya diberikan sebelum anak berusia 2 tahun atau bisa juga diberikan saat anak memasuki usia 2-5 tahun.  

Orang tua juga perlu menghindari sejumlah faktor risiko terhadap penyakit pneumonia, di antaranya dengan memberikan anak ASI eksklusif, memenuhi nutrisi yang baik pada anak, menjaga anak agar terhindar dari paparan asap rokok, asap dapur, dan polusi udara lainnya, serta memberikan anak imunisasi sesuai dengan usianya.


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Youn Y-S, et al. (2012). Mycoplasma pneumoniae pneumonia in children. DOI: (https://doi.org/10.3345/kjp.2012.55.2.42)
Yew P, et al. (2012). Acute respiratory distress syndrome caused by mycoplasma pneumoniae diagnosed by polymerase chain reaction. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3609679/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app