Siapa Saja yang Harus Melakukan Tes Penyakit Seksual?

Dipublish tanggal: Jul 6, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 24, 2019 Waktu baca: 3 menit
Siapa Saja yang Harus Melakukan Tes Penyakit Seksual?

Meski terdengar sedikit sensitif, menjalani tes penyakit kelamin alias tes penyakit menular seksual merupakan hal yang sangat penting. Pasalnya, hal ini berguna untuk mendeteksi dini penularan Penyakit Menular Seksual (PMS). Lalu, siapa saja yang harus mengikuti tes penyakit seksual? Apakah hanya orang yang sering gonta-ganti pasangan saja? 

Siapa saja yang harus menjalani tes penyakit seksual?

Tes penyakit kelamin harus dilakukan oleh mereka yang aktif secara seksual dan berisiko terkena penyakit menular seksual. PMS sendiri banyak macamnya, di antaranya klamidia, HIV, sifilis atau raja singa, hingga gonore. 

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik STD via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Orang yang sering gonta-ganti pasangan memang berisiko lebih tinggi terkena penyakit menular seksual, sehingga perlu menjalani tes penyakit kelamin. Selain itu, beberapa kelompok berikut ini juga perlu mendapatkan tes penyakit seksual, yaitu:

1. Orang yang aktif secara seksual

Hampir bisa dipastikan bahwa orang yang perlu menjalani tes penyakit kelamin adalah mereka yang memang sudah aktif secara seksual. Sedangkan orang yang belum pernah melakukan aktivitas seksual dirasa belum perlu menjalani tes ini.

Tes penyakit seksual yang wajib dilakukan salah satunya adalah tes HIV. Jenis pemeriksaan ini juga harus dijalani oleh ibu hamil guna mencegah risiko penularan penyakit ke bayi.

2. Pria normal yang berhubungan dengan wanita

Pria normal yang berhubungan hanya dengan 1 pasangannya umumnya tidak akan terlalu banyak menjalani tes penyakit seksual, kecuali tes HIV. Hal tersebut dikarenakan jenis penyakit lainnya cukup jarang menyerang kelompok ini, kecuali memang sudah memiliki gejalanya. 

Salah satu penyakit seksual lainnya yang bisa menyerang pria adalah klamidia yang tertular dari wanita yang mengidap klamidia.

3. Usia remaja di bawah 24 tahun

Penyakit menular seksual tidak hanya menyerang orang dewasa. Justru, penyakit kelamin paling banyak mengintai kelompok remaja yang melakukan seks bebas sejak dini. 

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik STD via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Sebuah laporan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa meski remaja usia 15-24 tahun hanya mewakili 25% populasi aktif seksual, namun kelompok ini berisiko 50% terkena penyakit menular seksual.

Hal ini dikarenakan remaja umumnya belum paham mengenai bahaya dari perilaku seks bebas yang dilakukan, sehingga risiko penularan lebih tinggi.

Baca Selengkapnya: Risiko Berhubungan Seksual di Usia Muda

4. Pria homoseksual

Pria homoseksual berpeluang ketularan penyakit kelamin paling tinggi dari kelompok lainnya. Penyakit yang umumnya menyerang adalah HIV dan sifilis. Selain itu, penyakit gonore dan klamidia juga sering ditemui di kelompok ini.

Baca Juga: LGBT, Mengenal Identitas Orientasi Seksual

5. Wanita

Wanita juga berisiko terkena penyakit seksual, salah satu yang paling umum adalah virus HPV yang menyebabkan kelainan sel leher rahim. Selain itu, wanita yang aktif secara seksual juga sebaiknya menjalani tes klamidia tahunan untuk mendeteksi dini penularan.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik STD via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Jenis penyakit menular seksual dan cara tesnya

1. Klamidia dan gonore

Tes penyakit klamidia dan gonore harus dilakukan oleh kelompok yang berisiko tertular penyakit kelamin, seperti yang dijabarkan di atas. Cara pengujian penyakit ini cukup sederhana, yaitu dengan tes urine maupun uji seka di penis untuk laki-laki dan di rahim untuk wanita.

2. HIV, hepatitis dan sifilis

Tes HIV sangat penting dilakukan setiap tahun sebagai deteksi dini, terutama bagi orang-orang yang berisiko tinggi terkena HIV. Sedangkan bagi orang-orang yang cenderung tidak berisiko, sebaiknya tetap melakukan pemeriksaan rutin (check-up) di rumah sakit minimal 1 kali seumur hidup mulai usia 15-65 tahun. 

Cara pengujian penyakit ini dengan tes darah maupun swab test dari sampel jaringan kelamin. Sementara penyakit hepatitis diuji melalui sampel darah.

3. HPV (human papillomavirus)

HPV umumnya dapat menyebabkan kanker rahim maupun kutil kelamin. Screening HPV saat ini baru tersedia untuk wanita dengan cara:

  • Pap smear. Sebaiknya dilakukan oleh wanita 3 tahun sekali sejak usia 21-65 tahun
  • Tes HPV, merupakan tes lanjutan untuk wanita usia di atas 30 tahun setelah pap smear.

Baca Selengkapnya: 6 Syarat yang Harus Dipenuhi Sebelum Menjalani Pap Smear

18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Trichomoniasis — CDC fact sheet. (2017). (http://www.cdc.gov/std/trichomonas/STDFact-Trichomoniasis.htm)
Syphilis — CDC fact sheet. (2017). (http://www.cdc.gov/std/syphilis/STDFact-Syphilis.htm)
Sexually transmitted diseases (STDs): Diseases and related conditions. (2017). (https://www.cdc.gov/std/general/default.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app