Lion King - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 7 menit

Pengertian

Apa itu raja singa?

Raja singa atau sifilis adalahgt;infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penularan penyakit ini umumnya melalui hubungan seksual baik dari anal, oral, rektum maupun vaginal.

Tak jarang, penyakit ini pun dapat menular melalui ciuman yang intens dan berbagi jarum suntik yang telah tercemar darah orang yang terinfeksi.

Meski begitu, raja singa atau sifilis tidak dapat menular melalui peralatan makan, tukar-menukar pakaian, knop pintu dan penggunaan toilet atau kolam renang bersamaan, karena bakteri penyebab raja singa tidak dapat hidup lama di luar tubuh manusia.

Banyak dari penderita raja singa yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi, mengingat pada tahap awal, gejala penyakit ini terkadang tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat hilang dengan sendirinya. Akibatnya, si penderita tidak menanggapi kondisinya dengan serius dan enggan memeriksakan dirinya ke dokter.

Berapa angka kejadian raja singa di Indonesia?

Menurut badan kesehatan dunia WHO, pada tahun 2009 tercatat ada 36,4 juta orang dewasa yang terinfeksi penyakit raja singa dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya di seluruh dunia.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, tercatat adanya peningkatan angka kejadian raja singa di Indonesia kurun waktu 2007 hingga 2011.

Prevalensi terbesar di derita oleh waria dengan angka sebesar 25%, disusul dengan pekerja seks langsung sebesar 10%, hubungan pria sesama pria 10% dan sisanya sebesar 6% diderita oleh narapidana dan pekerja seks tidak langsung.

Ikhtisar Penyakit Raja Singa

Organ terlibat Menyerang hampir semua organ atau bagian tubuh, seperti jantung, otak, tulang dan mata.
Penyebab Bakteri Treponema pallidum.
Penularan Melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersamaan.
Gejala Gejala tahap awal ditandai dengan timbulnya luka pada kemaluan atau bagian tubuh lain seperti mulut yang umumnya tidak terasa sakit.
Pengobatan Pengobatan utama dengan menggunakan antibiotik penisilin.

Tanda dan Gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala raja singa?

Gejala penyakit raja singa terbagi dalam empat tahap, yakni tahap primer, sekunder, laten dan tersier. Tahap primer dan sekunder merupakan dua tahap dimana penyakit raja singa ini dapat dengan cepat menular.

Sedangkan tahap laten merupakan tahapan dimana bakteri tetap ada, namun acap kali tidak menimbulkan gejala apapun. Dan terakhir tahap tersier, pada tahap inilah penyakit raja singa menjadi amat sangat ganas karena dapat menimbulkan kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti mata, tulang, jantung, otak dan banyak organ lainnya.

Berikut gejala penyakit raja singa selengkapnya:

Tahap Primer

Pada tahap awal ini biasanya akan muncul luka terbuka yang disebut dengan chancre (syphilitic ulcer) pada bagian tubuh dimana bakteri pertama kali masuk, seperti di mulut, kemaluan atau rektum.

ulkus durum atau chancre (syphilitic ulcer) pada raja singa, tersering terjadi di kemaluan

Luka ini timbul sekitar 3-4 minggu sejak pertama kali terinfeksi bakteri penyebab, misalnya melalui hubungan seksual dengan penderita. Umumnya luka yang disebut juga sebagai ulkus durum ini tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam 2-6 minggu.

Berikut karakteristik lengkap atau ciri khas ulkus durum pada sifilis:

  • Umumnya soliter, tidak nyeri (indolen), bagian tepi lesi meninggi dan keras (indurasi), dasar bersih, tanpa eksudat, ukuran bervariasi dari beberapa mm sampai 1-2 cm.
  • Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di lipat paha (limfadenopati inguinal medial) baik salah satu (unilateral) ataupun keduanya (bilateral)
  • Tidak terdapat gejala konstitusi seperti demam dan lainnya.
  • Jika tidak diobati, ulkus akan menetap selama 2-6 minggu, lalu sembuh dengan sendirinya.
  • Pada ulkus durum dapat ditemukan gerakan bakteri penyebab, T. pallidum.
  • Tes serologis untuk sifilis didapatkan hasil non reaktif, namun jika sudah lebih dari 4 minggu umumnya hasil tes menjadi reaktif.

Selain itu, gejala raja singa pada tahap ini juga dapat ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher atau pangkal paha. Bila tidak ditangani dengan segera, maka penyakit raja singa ini akan berlanjut ke tahap selanjutnya.

Tahap Sekunder

Gejala pada tahap sekunder ini akan muncul dalam beberapa minggu selepas luka pada infeksi primer menghilang. Pada tahap ini, penderitanya akan mengalami ruam kemerahan pada beberapa bagian tubuh, khususnya pada telapak tangan dan kaki. Ruam kulit ini umumnya terjadi secara simetris, alias mempengaruhi kanan kiri tubuh dengan gambaran yang nyaris sama.

contoh tanda raja singa atau sifilis sekunder pada tangan

Selain itu, terdapat pula gejala lainnya yang menyertai seperti timbulnya kutil di kemaluan, rektum (anus) dan selangkangan, muncul bercak putih di mulut, pembesaran kelenjar getah bening dan gejala yang mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan hingga penurunan berat badan.

Layaknya gejala raja singa pada tahap primer, beberapa gejala pada tahap sekunder ini juga dapat hilang dengan sendirinya. Namun tak berarti penyakit ini sudah menjauh dari tubuh, justru infeksinya akan berlanjut lagi hingga menuju tahap laten apabila tidak mendapat pengobatan yang cepat dan tepat.

Tahap Laten

Pada tahap inilah berbagai gejala pada tahap primer dan sekunder menghilang, meskipun kenyataannya bakteri penyebab masih berada di dalam tubuh. Tahap laten ini terbagi menjadi dua, yakni tahap awal dan akhir.

Disebut dengan tahap laten awal, apabila infeksi sudah berlangsung selama dua tahun atau kurang. Sedangkan tahap laten akhir, apabila infeksi telah berlangsung selama dua tahun atau lebih.

Tahap laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun sebelum pada akhirnya berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahapan paling berbahaya karena dapat merusak banyak organ tubuh hingga mengancam nyawa si penderita.

Tahap Tersier

Tahapan terakhir dari infeksi raja singa adalah tahap tersier. Ada sekitar 15-30% dari penderita raja singa yang memasuki tahap ini, akibat tidak melakukan pengobatan dengan cepat dan tepat.

Dengan kata lain, orang-orang yang memasuki tahap ini adalah mereka yang cenderung tidak menyadari atau bahkan mungkin cenderung meremehkan gejala yang dialami sebelumnya.

Pada tahap ini, penyakit raja singa menjadi amat berbahaya hingga dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Lantaran pada tahap ini, banyak kerusakan organ yang dapat terjadi, seperti mata, otak, tulang, saraf, otot dan lain sebagainya.

Akibatnya, penderita raja singa pada tahap ini bisa saja mengalami satu atau beberapa kondisi seperti kebutaan, tuli, lumpuh, impotensi, hilang ingatan, stroke, meningitis, penyakit jantung, neurosifilis, sakit jiwa hingga kematian.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika mengalami luka yang mencurigakan pada bagian kemaluan atau bagian tubuh lainnya terlebih diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher atau pangkal paha, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Semakin cepat gejala raja singa dikenali dan kemudian diatasi, maka peluang kesembuhan pun akan lebih besar dan tentunya akan terhindar dari tahapan infeksi raja singa yang mematikan.

Penyebab dan Faktor Risiko

Apa penyebab raja singa?

Penyakit raja singa disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir. Bakteri ini kemudian menyebar secara limfogen dan hematogen ke semua jaringan tubuh dan berkembang biak membentuk infiltrat yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma.

Siapa yang lebih berisiko terjangkit raja singa?

Penyakit raja singa dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia, jenis kelamin atau ras tertentu. Meski begitu, beberapa orang berikut ini memiliki risiko lebih besar terkena penyakit raja singa, diantaranya:

  • Sering melakukan hubungan intim dengan bergonta-ganti pasangan.
  • Pekerja seks komersial.
  • Berada di penjara.
  • Memiliki pasangan yang menderita raja singa baik disadari atau tidak.
  • Memiliki kelainan seksual, yakni pria dengan pria atau wanita dengan wanita.
  • Menggunakan jarum suntik secara bersamaan.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Bagaimana memastikan diagnosis raja singa?

Penyakit raja singa dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan tes darah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri penyebab.

Jika dokter menduga bahwa pasien mengalami masalah sistem saraf akibat infeksi tahap tersier, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut melalui spinal tap atau tusukan ke tulang lumbal guna menguji bakteri Treponema pallidum. 

Obat dan Pengobatan

Bagaimana cara mengobati raja singa di rumah?

Pengobatan raja singa di rumah dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri seperti kemaluan dengan tidak membiarkannya dalam kondisi lembab.

Selain itu, hindari melakukan hubungan intim sementara waktu sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Bila perlu, konsumsilah obat-obatan herbal raja singa apabila dokter mengizinkan.

Apa saja penanganan dan obat raja singa di layanan kesehatan?

Penisilin merupakan salah satu antibiotik yang paling banyak diresepkan oleh dokter karena terbukti cukup efektif dalam mengobati penyakit raja singa pada tahap awal (primer dan sekunder).

Bagi yang memiliki alergi terhadap penisilin, maka dapat menggunakan antibiotik jenis lain seperti tetrasiklin, doksisiklin, azitromisin atau ceftriakson.

Apabila penyakit raja singa telah sampai pada tahap lanjut, misalnya telah menderita komplikasi seperti neurosifilis, maka dibutuhkan rawat inap di rumah sakit disertai dengan pemberian penisilin secara intravena atau melalui infus dengan dosis yang lebih tinggi.

Pada tahap lanjut ini, pengobatan lebih difokuskan untuk menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami penderita. Bakteri penyebab masih dapat dibunuh, namun bagian tubuh atau organ yang telah mengalami kerusakan tidak lagi dapat diperbaiki.

Selama melakukan pengobatan, dilarang keras untuk melakukan hubungan intim sampai infeksi benar-benar telah hilang dan dokter kembali mengizinkan si pasien untuk memuaskan hasrat biologisnya pada pasangan.

Perlu diperhatikan, pasangan intim dari penderita raja singa juga sebaiknya di uji atau dilakukan pemeriksaan secara lengkap guna memastikan apakah ia ikut terinfeksi atau tidak.

Komplikasi

Apa bahaya komplikasi raja singa yang mungkin timbul?

Penyakit raja singa yang telah sampai pada tahap lanjut akan berkembang menjadi komplikasi berbahaya yang ditandai dengan rusaknya satu atau beberapa organ tubuh. Contohnya seperti, stroke, meningitis, kebutaan, tuli, impotensi, hilang ingatan, kelumpuhan, berbagai gangguan jantung, neurosifilis hingga kematian.

Seorang ibu hamil yang menderita raja singa dapat menularkan infeksi yang dialami pada bayi yang dikandungnya. Kondisi ini disebut juga dengan sifilis kongenital.

Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital berisiko mengalami kelainan anggota tubuh, keterlambatan perkembangan, pembengkakan hati atau limpa, anemia, penyakit kuning, luka yang menular dan berbagai masalah lainnya.

Disamping itu, penderita raja singa juga berisiko tinggi terkena HIV akibat beberapa faktor seperti, kerusakan sawar epitel sebagai pintu masuk (atau keluar) HIV, Treponema pallidum yang dapat menginduksi ekspresi gen HIV-1 dari monosit dan makrofag dan beberapa faktor lainnya.

Pencegahan

Bagaimana mencegah raja singa?

Cara terbaik untuk mencegah raja singa yakni dengan menerapkan seks aman. Misalnya dengan menggunakan kondom ketika berhubungan atau memakai dental darm, yakni selembar kain dari lateks untuk berhubungan secara oral.

Dan yang tak kalah penting adalah setialah dengan pasangan, jangan melakukan hubungan intim dengan banyak orang. Hindari pula penggunaan jarum suntik secara bersamaan, biasanya pada para pengguna narkoba dan penggemar tato atau tindik.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app