ADELIA MARISTA SAFITRI, S.K.M
Ditulis oleh
ADELIA MARISTA SAFITRI, S.K.M
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Melidox Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Jan 25, 2022 Waktu baca: 5 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Melidox adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan faktor emosional dan somatik pada gangguan gastrointestinal.
  • Mengandung kombinasi 2 obat, yakni clidinium dan chlordiazepoxide. Bekerja efektif mengurangi gejala kram perut sekaligus memberikan efek menenangkan.
  • Dosis Melidox tablet untuk sindrom iritasi usus pada dewasa adalah 3-4 x sehari 1-2 tablet, diminum sebelum makan dan menjelang tidur.
  • Melidox menyebabkan kantuk. Jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin yang membutuhkan konsentrasi tinggi selama menggunakan obat ini.
  • Tidak disarankan untuk ibu hamil, terutama trimester pertama. Hindari penggunaan untuk anak usia di bawah 6 tahun.
  • Klik untuk mendapatkan Melidox Tablet atau obat lambung & gastrointestinal lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Melidox adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan faktor emosional dan somatik pada gangguan gastrointestinal. Obat Melidox juga dapat digunakan sebagai terapi tambahan dalam pengobatan ulkus peptikum dan dalam pengobatan sindrom iritasi usus besar (colon irritable, kolon spastik, kolitis mukosa) dan enterokolitis akut.

Obat ini mengandung kombinasi 2 obat, yakni clidinium dan chlordiazepoxide. Clidinium membantu mengurangi gejala kram perut dan usus, sedangkan chlordiazepoxide membantu mengurangi kecemasan serta bekerja pada otak dan saraf untuk menghasilkan efek menenangkan.

Mengenai Melidox Tablet

Pabrik

Meprofarm

Golongan

Harus dengan resep dokter

Kemasan

Melidox dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:

  • Box 20 x 10’s Film Coated Tablet

Kandungan

Setiap kemasan obat Melidox mengandung zat aktif sebagai berikut :

Mekanisme kerja Melidox Tablet

Cara kerja Melidox Tablet tentunya dipengaruhi oleh kandungan bahan aktif di dalamnya, berupa:

1. Chlordiazepoxide

Chlordiazepoxide adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan atau untuk bantuan gejala kegelisahan jangka pendek, gejala penarikan alkoholisme akut dan / atau penyalahgunaan obat, serta ketakutan dan kecemasan pra operasi. Chlordiazepoxide termasuk obat penenang dan hipnotis dari kelas benzodiazepine.

Chlordiazepoxide meningkatkan aktivitas penghambat GABA transmitter di berbagai bagian sistem saraf pusat dengan meningkatkan permeabilitas membrane neuronal terhadap ion klorida. Hal tersebut menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. Obat ini juga memiliki efek sebagai relaksan otot dan antikonvulsan.

2. Clidinium

Clidinium termasuk golongan obat antikolinergik atau antispasmodik. Clidinium menghambat reseptor muskarinik asetilkolin pada otot polos, kelenjar sekretori, dan pada sistem saraf pusat untuk mengendurkan otot polos dan mengurangi sekresi saluran empedu.

Clidinium membantu mengurangi gejala kram perut dan usus. Obat ini bekerja dengan memperlambat gerakan alami usus dan dengan merelaksasi otot-otot di lambung dan usus.

Manfaat Melidox Tablet

Kegunaan Melidox adalah:

  • Mengendalikan faktor emosional dan somatik pada gangguan gastrointestinal
  • Sebagai terapi tambahan dalam pengobatan ulkus peptikum dan dalam pengobatan sindrom iritasi usus besar (colon irritable, kolon spastik, kolitis mukosa) dan enterokolitis akut.

Kontraindikasi

Melidox Tablet tidak disarankan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Pasien dengan riwayat hipersensitif atau alergi obat Chlordiazepoxide HCl atau obat-obat kelas benzodiazepine secara umum.
  • Pasien dengan riwayat hipersensitif atau alergi obat Clidinium.
  • Pasien insufisiensi paru akut, depresi berat, pasien dengan kelemahan respek neuromuskular, psikosis kronis, atau porfiria, myasthenia gravis, glaukoma, uropati obstruktif, obstruksi gastrointestinal, ileus paralitik, dan perdarahan akut.
  • Ibu hamil atau ibu menyusui.

Dosis Melidox Tablet

Obat Melidox diberikan dengan dosis sebagai berikut:

  • Untuk sindrom iritasi usus pada dewasa: 3-4 x sehari 1-2 tablet. Obat diminum sebelum makan dan menjelang tidur
  • Lansia dan pasien yang lemah: pengurangan dosis mungkin diperlukan. Untuk dosis awal bisa diberikan 1-2 tablet sehari, lalu ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai dosis efektif.

Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Melidox harus sesuai dengan yang dianjurkan.

Efek samping Melidox

Berikut adalah beberapa efek samping Melidox:

  • Efek samping obat yang mengandung Chlordiazepoxide yang mungkin terjadi misalnya ketergantungan fisik dan psikologis.
  • Obat ini juga bisa menyebabkan withdrawal syndrome. Semakin tinggi dosis dan semakin lama obat diminum, semakin besar risikonya mengalami gejala withdrawal syndrome yang tidak menyenangkan.
  • Obat ini juga menyebabkan efek samping berupa mengganggu kinerja psikomotor, agresi (pada individu yang memiliki kecenderungan tersebut terutama jika pasien juga menggunakan alkohol).
  • Efek samping yang umum dari obat kelas benzodiazepine adalah efek sedasi.
  • Kadang bisa menyebabkan dislasi darah, sakit kuning, dan disfungsi hepar.
  • Efek samping Melidox lainnya seperti mulut kering, konstipasi, agranulositosis, granulocytopenia, kenaikan suhu tubuh, sengatan panas, takikardia, mydriasis, sakit kepala, gugup, mengantuk, lemah, dan mual.
  • Efek samping yang berpotensi fatal namun frekuensi kejadiannya jarang adalah anemia hipoplasia atau hemolitik.

Interaksi Melidox Tablet

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Melidox Tablet adalah:

  • Cimetidine menghambat proses metabolisme Chlordiazepoxide, sehingga meningkatkan kadar serumnya.
  • Bisa meningkatkan efek obat-obat neuroleptik mayor.
  • Alkohol mempotensiasi efek obat-obat depresan sistem saraf pusat.
  • Jus anggur dapat meningkatkan kadar serum dan toksisitas.
  • Penggunaan obat benzodiazepine bersamaan dengan obat opioid (misalnya codeine, oxycodone, dan morphine) menyebabkan efek samping yang sangat buruk bahkan sampai kematian. Hindari penggunaan secara bersamaan.
  • Penyerapan chlordiazepoxide ditingkatkan oleh metoclopramide dan aluminum hydroxide.
  • Penyerapan Chlordiazepoxide dihambat oleh Mg trisilicate, morphine, dan pethidine.
  • Efek antikolinergik Clidinium meningkat jika digunakan bersamaan dengan antidepresan, quinidine dan beberapa antihistamin.

Perhatian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat Melidox adalah sebagai berikut:

  • Gunakan obat Melidox sesuai anjuran dokter. Jangan melebihi dosis, menambah durasi, atau menghentikan pengobatan di tengah jalan.
  • Obat ini bisa menyebabkan withdrawal syndrome, dimana risikonya meningkat jika digunakan dalam dosis  tinggi atau penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, pengobatan hanya digunakan secara jangka pendek, dihentikan sesegera mungkin secara bertahap.
  • Jangan menggunakan obat Melidox bersamaan dengan obat golongan opioid karena bisa menyebabkan efek samping yang sangat buruk, misalnya kesulitan bernapas bahkan kematian.
  • Hindari penggunaan alkohol selama menggunakan obat ini.
  • Melidox menyebabkan kantuk. Jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin yang membutuhkan konsentrasi tinggi selama menggunakan obat ini.
  • Melidox rentan menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Gunakan obat ini hanya untuk jangka pendek, hindari penggunaan yang berkepanjangan.
  • Hati-hati jika digunakan untuk pasien yang mengalami disfungsi hati atau ginjal.
  • Pada pasien lanjut usia dan pasien yang lemah, disarankan agar menggunakan dosis efektif terkecil untuk mencegah pengembangan ataksia.
  • Karena respon pasien anak yang bervariasi terhadap obat sistem saraf pusat, terapi harus dimulai dengan dosis terendah. Karena data klinis penggunaan Chlordiazepoxide HCl pada pasien anak usia di bawah 6 tahun terbatas, penggunaan pada kelompok usia ini tidak dianjurkan.
  • Hati-hati penggunaan pada pasien yang mengalami hipertrofi prostat atau miastenia gravis.

Penggunaan Melidox untuk ibu hamil

FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) menggolongkan Chlordiazepoxide dan clidinium ke dalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut :

Terbukti berisiko terhadap janin manusia berdasarkan bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing maupun studi terhadap manusia. Namun jika potensi keuntungan bisa dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil bisa dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.

Peningkatan risiko malformasi kongenital yang terkait dengan penggunaan obat penenang ringan (chlordiazepoxide, diazepam, dan meprobamate) selama trimester pertama kehamilan telah ditemukan dalam beberapa penelitian. Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan obat Melidox untuk ibu hamil terutama pada trimester pertama harus dihindari.

Artikel terkait:


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Courtney, John & Gonzalez, Efrain. (2017). Chlordiazepoxide. 10.1007/978-3-319-56782-2_1636-2.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/321781689_Chlordiazepoxide)
Evers, Josef. (1991). Chlordiazepoxide.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/271966140_Chlordiazepoxide)
Chlordiazepoxide Hydrochloride (Oral Route) Description and Brand Names. Mayo Clinic. (https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/chlordiazepoxide-hydrochloride-oral-route/description/drg-20072246)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app