Manfaat & Kekurangan Pil KB untuk Kontrasepsi

Dipublish tanggal: Mei 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Manfaat & Kekurangan Pil KB untuk Kontrasepsi

Pil KB merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh keluarga di Indonesia untuk mengatur jarak kehamilan dan kontrol kelahiran. Pemilihan alat kontrasepsi tentunya disesuaikan dengan kenyamanan, efektif tidaknya untuk mencegah kehamilan dan efek samping yang ditimbulkan.

Lantas apa sajakah manfaat serta kekurangan dari pil KB? Berikut ulasannya.

Kerja Pil KB

Siklus menstruasi wanita akan diatur oleh dua hormon aktif yaitu estrogen dan progestin. Keberadaan dua hormon inilah yang diatur oleh pil KB. Pil KB secara umum mengandung versi buatan dari dua hormon ini. 

Ada dua jenis pil KB yaitu pil mini yang hanya mengandung progestin dan pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progestin.

Ada tiga langkah yang dilakukan oleh kedua hormon ini untuk mencegah terjadinya kehamilan.

  • Langkah pertama adalah mencegah pelepasan sel telur dari indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan.
  • Langkah kedua adalah membuat sperma sulit masuk ke dalam Rahim dengan mengubah ketebalan lendir pada leher Rahim. 
  • Yang ketiga adalah membuat sel telur, apabila sudah dibuahi oleh sperma, tidak dapat tertanam di dalam Rahim dengan mengubah lapisan dinding Rahim.

Keefektifan Pil KB

Pil KB standar memiliki tingkat kesuksesan hingga 99 persen. Sementara pil mini memiliki kesuksesan hingga 95 persen. Namun, jika Anda tidak mengikuti cara pakai yang tepat maupun keliru mengkonsumsi maka akan menurunkan tingkat efektivitas pil hingga 92 sampai 94 persen.

Manfaat dari Konsumsi Pil KB

1. Mengatur siklus menstruasi

Ada beberapa wanita yang memiliki siklus bulanan yang tidak teratur, kadang terlalu cepat dan kadang lambat. Untuk itu pil KB akan membantu wanita memiliki siklus yang teratur dengan mengatur jumlah hormone dalam tubuh. Periode menstruasi umumnya juga menjadi lebih singkat.

2. Mencegah Anemia

Salah satu manfaat dari pil KB adalah mencegah anemia akibat defisiensi zat besi dengan mengurangi jumlah aliran darah saat periode menstruasi. Terlalu banyak darah yang hilang dapat meningkatkan risiko anemia.

3. Tidak berpengaruh terhadap kesuburan

Konsumsi pil KB juga tidak akan mempengaruhi kesuburan. Sehingga Anda tidak perlu khawatir mengkonsumsinya jika di kemudian hari akan merencanakan memiliki anak lagi. 

Namun perlu diingat bahwa mungkin Anda membutuhkan waktu dari 2 hingga 3 bulan untuk bisa hamil setelah berhenti mengkonsumsi pil KB.

4. Mengurangi risiko payudara fibrosistik

Terdapat laporan dari pasien bahwa terjadi peningkatan kondisi payudara fibrosistik dari 70 hingga 90 persen menggunakan terapi kontrasepsi oral.

5. Mencegah kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar Rahim misalnya di tuba falopi. Melakukan kontrasepsi hormon oral sangat tepat dipilih oleh wanita yang memiliki risiko tinggi mengalami kehamilan ektopik.

Kondisi kehamilan ektopik ini berbahaya karena dapat menyebabkan tuba falopi pecah

Kekurangan Pil KB

Beberapa efek ringan yang terjadi pada pasien seperti mual, pendarahan di antara menstruasi, sakit kepala dan nyeri payudara. Meski termasuk jarang terjadi pada pasien, namun pil KB tetap memiliki beberapa risiko yang berbahaya, seperti:

1. Stroke

Apabila wanita memiliki riwayat migraine sebelumnya maka konsumsi pil KB akan meningkatkan risiko stroke.

2. Kenaikan berat badan

Salah satu yang sering terjadi pada konsumen pil KB adalah kenaikan berat badan akibat penumpukan lemak dan cairan akibat estrogen di payudara, paha dan pinggul.

3. Peningkatan tekanan darah

Beberapa laporan menyatakan terjadinya peningkatan tekanan darah pada wanita. Namun peningkatan tekanan darah masih masuk dalam kisaran normal.


17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app