Keputihan Berwarna Hijau? Ketahui Penyebab dan Solusinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Keputihan Berwarna Hijau? Ketahui Penyebab dan Solusinya

Keputihan merupakan fenomena umum yang kerap dijumpai wanita, terlebih menjelang masa subur. Kondisi ini bisa dibilang normal selama cairan yang keluar berwarna bening, bersih, tidak berlebihan dan tidak berbau tajam. Lantas, bagaimana bila keputihan berwarna hijau? Normalkah hal tersebut? 

Jawabannya tentu tidak. Mengapa? karena keputihan berwarna hijau merupakan sekresi feminim abnormal yang menjadi pertanda adanya infeksi pada organ kewanitaan. Dan akan semakin dipertegas bilamana disertai dengan timbulnya rasa gatal, bau tak sedap, nyeri dan kemerahan pada area kewanitaan.

Berdasarkan penelitian, keputihan berwarna hijau menjadi ciri khas dibalik salah satu jenis infeksi menular seksual yang disebut dengan trikomoniasis. Hampir 40% wanita dengan keputihan berwarna hijau memiliki masalah dengan parasit bernama Trichomonas vaginalis, dalang dibalik kondisi ini.

Meski demikian, ada banyak hal lain yang melatarbelakangi keluarnya cairan hijau kental berbau tak sedap pada organ intim wanita tersebut. Diantaranya seperti infeksi vaginosis bakterialis, vulvovaginitis, kebiasaan memasukkan benda asing yang tidak higienis hingga pertanda dari penyakit radang panggul yang dapat memicu infertilitas.

Berikut uraian lengkap seputar penyebab keputihan berwarna hijau

1. Trikomoniasis

Trikomoniasis menjadi penyebab keputihan berwarna hijau yang paling umum. Salah satu jenis infeksi menular seksual ini disebabkan oleh organisme protoza bernama Trichomonas vaginalis. 

Gejala yang dapat dikenali yakni, keputihan berwarna hijau atau kekuningan, berbusa dengan bau yang tidak menyenangkan, kemaluan yang terasa gatal atau terbakar, keluarnya bercak darah dari jalan lahir, hasrat ingin buang air kecil meningkat dan nyeri saat buang air kecil ataupun saat berkoitus.

2. Gonore

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui transmisi 'berkontak' secara vaginal, melalui mulut ataupun melalui anus dari bakteri . Ada beberapa gejala gonore yang begitu menonjol, yakni berupa rasa sakit yang hebat saat berkemih dan biasanya disertai pula dengan keluarnya cairan kental seperti nanah berwarna kuning atau hijau dari organ kewanitaan ataupun organ pria. Itulah mengapa penyakit menular seksual satu ini sering disebut juga dengan kencing nanah.

Beberapa gejala lain yang dapat dikenali diantaranya, nyeri perut atau panggul bagian bawah, perdarahan diantara siklus menstruasi, nyeri saat buang air kecil dan berhubungan badan serta intensitas buang air kecil yang meningkat. Jika tidak segera diobati, infeksi gonore pada wanita dapat menyebabkan peradangan pada leher rahim atau panggul dan memicu infertilitas.

3. Chlamydia

Chlamydia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita berusia muda yang begitu aktif dalam kehidupan bercinta.

Hampir sebagian besar wanita (70-80%) yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan sebagian kecilnya (<30%) mengalami beberapa gejala berupa keputihan yang tidak biasa dengan bau busuk, perdarahan di antara masa menstruasi dan setelah berhubungan badan, nyeri perut bagian bawah serta rasa sakit ketika buang air kecil.

4. Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan flora normal di dalam jalan lahir, terutama akibat meningkatnya jumlah bakteri Gardnerella vaginalis.

Terdapat sejumlah faktor risiko yang menyebabkan wanita lebih rentan mengalami vaginosis bakterialis, yakni merokok, sering bergonta-ganti 'pasangan' dan sering mencuci organ wanita dengan metode douche.

5. Memasukkan Benda Asing yang Tidak Higienis

Kebiasaan sering memasukkan benda asing yang tidak higienis, ke dalam jalan lahir dapat menyebabkan perubahan flora normal. Akibatnya akan timbul infeksi yang ditandai dengan keputihan berwarna hijau kekuningan atau coklat berbau, gatal hingga perdarahan. Kebiasaan buruk lain seperti sering terlambat mengganti tampon atau pembalut juga dapat menimbulkan risiko serupa.

6. Vulvovaginitis

Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva maupun vagina. Nama lainnya adalah vulvitis dan vaginitis. Kondisi ini dapat memengaruhi wanita dari segala usia, baik dewasa maupun anak-anak.

Penyebab dan faktor risikonya sendiri begitu beragam, seperti infeksi jamur/bakteri, infeksi menular seksual, atrofi jalan lahir, perubahan hormon, obesitas, kerap menggunakan pakaian lembab atau ketat hingga iritasi akibat penggunaan produk pembersih daerah intim.

Gejala yang dapat dikenali berupa keputihan berwarna hijau dengan bau tak sedap, gatal-gatal dan kemerahan pada organ wanita, nyeri saat berkemih atau berkoitus serta perdarahan ringan.

7. Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) suatu infeksi kronis yang melibatkan organ reproduksi wanita mulai dari serviks, saluran tuba, indung telur, rahim dan struktur sekitarnya.

Kondisi ini dapat mencakup kondisi medis seperti servisitis (peradangan pada leher rahim), salpingitis (radang saluran tuba), endometritis (peradangan pada jaringan dari lapisan dalam dinding rahim) dan peritonitis (radang selaput rongga perut).

Bagaimana cara mengatasi keputihan berwarna hijau?

Bergantung pada penyebabnya, berikut beberapa cara mengatasi sekaligus tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar keputihan berwarna hijau tak lagi terulang:

  1. Untuk infeksi akibat bakteri dapat mengonsumsi antibiotik, baik oral atau topikal. Intervensi bedah kerap diperlukan apabila terdapat abses, terutama pada kasus radang pinggul.
  2. Untuk infeksi jamur dapat menggunakan krim antijamur yang tersedia di apotek.
  3. Untuk rasa gatal atau pembengkakan, atasi dengan mengaplikasikan kompres dingin.

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya dengan menghindari penggunaan douching dan produk pembersih beraroma, tidak melakukan hubungan badan selain dengan pasangan resmi, mengganti tampon atau pembalut secara berkala (4-5 jam sekali), tidak memasukkan benda asing ke jalan lahir dan mulai meninggalkan pakaian ketat.

Di samping itu, berhati-hatilah ketika menggunakan toilet umum. Perhatikan pula cara membilas area intim yang benar. Bersihkanlah dari depan ke belakang jangan sebaliknya. Selepas itu segera keringkan dengan lembut menggunakan tisu atau handuk kering. Segera periksakan diri ke ginekolog apabila mendapati gejala mengkhawatirkan dari masalah keputihan yang dialami.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vaginal discharge color guide: Causes and when to see a doctor. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/322232.php)
Vaginal Discharge: Causes, Treatments, and Colors. Healthline. (https://www.healthline.com/symptom/vaginal-discharge)
Vaginal Discharge: Causes, Types, Diagnosis and Treatment. WebMD. (https://www.webmd.com/women/guide/vaginal-discharge-whats-abnormal)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app