Bacterial Vaginosis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 8, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Bacterial Vaginosis sering juga disebutgt;infeksi bakteri pada vagina adalah kondisi dimana bakteri jahat yaitu bakteri anaerob meningkat di vagina dan menyebabkan terganggunya keseimbangan bakteri baik yang menyebabkan terjadinya infeksi. Penyakit ini menyerang wanita dalam segala usia, namun berdasarkan beberapa data diketahui pada usia 15 – 44 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena.

Pada awalnya perkembangannya masih infeksi ringan, namun apabila lama kelamaan penderita tidak waspada dan bakteri jahat semakin banyak,gt;dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual pada pasangannya dan memberikan komplikasi terutama pada wanita yang sedang hamil. Untuk mengetahui penyakit ini dan apa saja yang perlu di waspadai, ayo simak artikel ini !

Apa saja gejala dari Bacterial Vaginosis?

Bacterial vaginosis terkadang tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, ada sebagian besar perempuan memiliki gejala utama yaitu keputihan. Keputihan tersebut memiliki tekstur encer dan berwarna putih susu, keabu-abuan, atau kuning. Keputihan juga mengeluarkan bau amis yang sangat kuat, terutama ketika menstruasi atau melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Selain itu terdapat juga gejala lainny seperti terasa gatal, nyeri, iritasi kulit, dan kemerahan di vulva dan vagina. Keluhan nyeri saat buang air kecil juga biasa dirasakan.

Apa penyebab dari munculnya Bacterial Vaginosis?

Penyebab utama dari munculnya bacterial vaginosis adalah terjadi ketidakseimbangan bakteri di dalam vagina. Biasanya bakteri yang menguntungkan seperti Lactobacillus yang berguna menjaga pH normal akan lebih banyak dari jumlah bakteri yang jahat seperti bakteri anaerob di vagina.

Jika jumlah bakteri jahat bertambah terlalu banyak akan mengganggu keseimbangan dan jumlah bakteri yang menguntungkan akan berkurang, karena itu akan menyebabkan infeksi bakteri vagina yaitu bacterial vaginosis. Kondisi yang memicu kondisi tersebut adalah kehamilan, reaksi terhadap antibiotik, penggunaan pil KB, penggunaan alat intrauterin, seks yang tidak aman, semprotan air, obesitas, merokok, sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom, pengobatan yang lama dengan obat steroid, cuaca panas, kurang higienitas membersihkan alat kelamin.

Bagaimana cara mendiagnosis Bacterial Vaginosis?

Untuk mendiagnosis bacterial vaginosis, dokter memulai dengan menanyakan riwayat kesehatan, gaya hidup, dan gejala yang dialami pasien. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisis langsung pada vagina untuk melihat langsung bagian dalam vagina dengan bantuan alat yang dinamakan spekulum untuk melebarkan liang vagina.

Pemeriksaan lainnya untuk memastikan kondisi bacterial vaginosis seperti pemeriksaan tingkat keasaman (pH) vagina dengan menggunakan kertas pH di vagina pasien, apabila pada pasien bacterial vaginosis didapatkan pH vagina biasanya meningkat di atas 4,5.

Selain itu, pemeriksaan sampel sekresi vagina dengan mengambil sampel cairan keputihan diambil dengan prosedur usap (swab), kemudian dilihat di bawah mikroskop untuk mendeteksi adanya pertumbuhan bakteri anaerob berlebih di dalam vagina.

Apa saja pengobatan yang diberikan pada Bacterial Vaginosis?

Bacterial vaginosis yaitu keadaan infeksi pada vagina bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diobati, namun biasanya perlu diobati dengan antibiotik, baik dalam bentuk tablet minum atau tablet yang dimasukkan ke dalam vagina. Pemberian antibiotik terutama diberikan apabila gejala terus berlangsung, gejala muncul saat kehamilan, dan akan menjalani prosedur operasi daerah panggul seperti pengangkatan rahim.

Jenis-jenis antibiotik yang sering diberikan pada penderita bacterial vaginosis antara lain metronidazole yang tersedia dalam bentuk tablet yang diminum dan ovula, namun memiliki efek samping seperti mual, nyeri perut, dan menurunnya nafsu makan. Selain itu, clindamycin yang tersedia dalam bentuk tablet minum, digunakan sebagai alternatif antibiotik apabila pengobatan dengan metronidazole menimbulkan efek samping yang mengganggu.

Pengobatan dengan antibiotik terhadap bacterial vaginosis biasanya berlangsung setidaknya satu minggu atau harus menunggu sampai intruksi dokter untuk berhenti.

Apa saja yang perlu diwaspadai agar tidak terkena Bacterial Vaginosis?

Tujuan utama untuk terhindar adalah dengan menjaga keseimbangan bakteri di vagina agar bakteri jahat tidak semakin banyak, yaitu dengan cara jangan menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air sebab mampu mengurangi bakteri baik yang melindungi vagina, hindari penggunaan sabun dengan kandungan pewangi untuk membersihkan bagian luar vagina, gunakan celana dalam berbahan katun, gunakan pembalut tanpa kandungan pewangi, dan mencegah infeksi menular seksual dengan tidak menganti-ganti pasangan atau menggunakan pelindung seperti kondom. 


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2015). Health A-Z. Bacterial Vaginosis. (https://www.webmd.com/women/guide/what-is-bacterial-vaginosis)
Healthline (2012). Infections in Pregnancy: Bacterial Vaginosis. (https://www.healthline.com/health/pregnancy/infections-bacterial-vaginosis)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app